Sunday 18 June 2017

Throne of Glass


Judul : Throne of Glass (Throne of Glass #1)
Penulis : Sarah J. Maas
Tebal : 404 halaman
Penerbit : Bloomsbury USA Childrens

In a land without magic, where the king rules with an iron hand, an assassin is summoned to the castle. She comes not to kill the king, but to win her freedom. If she defeats twenty-three killers, thieves, and warriors in a competition, she is released from prison to serve as the king's champion. Her name is Celaena Sardothien.

The Crown Prince will provoke her. The Captain of the Guard will protect her. But something evil dwells in the castle of glass--and it's there to kill. When her competitors start dying one by one, Celaena's fight for freedom becomes a fight for survival, and a desperate quest to root out the evil before it destroys her world.
 


Review:
Ya, saya termakan rekomendasi booktuber. Seri Throne of Glass ini memang sangat terkenal. Sebenarnya dari awal saya tertarik karena si tokoh utama adalah seorang assassin. Semua buku yang ada kata "assassin" dan "thief" pasti akan langsung saya masukkin ke wishlist tanpa pikir panjang. Cuma buku ini punya blurb yang bikin ilfil: "Two men loved her". Hahahahaha.... Sumpah, atulah. Saya tidak benci cinta segitiga selama unsur itu berpengaruh terhadap jalan cerita dan bikin drama yang seru. Tapi bukan berarti saya suka. 

Oke, kembali ke buku ini. Tokoh utamanya bernama Celaena Sardothien. Ceritanya dia itu pembunuh bayaran nomor satu yang paling berbahaya. Tapi di awal buku dia sedang berada di tambang garam, tempat dia menjadi budak selama satu tahun terakhir. Dia dibebaskan dan dibawa oleh Kapten Pengawal Kerajaan Adarlan untuk menghadap pangeran kerajaan itu yang bernama Dorian. Intinya, Celaena harus setuju menjadi petarung yang mewakili Dorian dalam perlombaan yang diadakan sang raja. Kalau Celaena menang, dia akan bekerja selama 4 tahun di kerajaan itu dan setelahnya dia bisa bebas.

Tentu saja Celaena setuju. Demi bisa bebas dari tambang terkutuk. 

Lalu Celaena dibawa ke istana dan dilatih oleh Kapten Pengawal yang bernama Chaol. Si Chaol ini sahabat Dorian dan dia yang menyusun strategi supaya Celaena bisa menang dalam sayembara itu. 

Saya tidak akan menceritakan lebih lanjut soal sayembaranya. Itu jauh lebih asyik dan seru dibaca sendiri. Tapi, saya mau komentar soal adegan-adegan awalnya. Mungkin sekitar 100 halaman pertama. Yang paling menonjol adalah narasi Celaena yang agak bikin saya jijik. Saya tidak terlalu bermasalah dengan cara dia mengomentari dalam hati tentang cowok-cowok tampan di sekitarnya. Yah, cuma dua sih. Chaol dan Dorian. Tapi saya tidak suka sikapnya yang dangkal dalam menghadapi gaun-gaun cantik. Saya sedang membaca seorang assassin. Pembunuh bayaran kejam yang pintar dalam seni membunuh tanpa jejak. Bahkan katanya Celaena ini pembunuh Adarlan nomor satu yang paling ditakuti. Sampai-sampai si Chaol minta supaya Celaena menyamar jadi orang lain dan berpura-pura bodoh dalam sayembara itu. Kalau dia menunjukkan kekuatannya yang sebenarnya, pasti sejak awal dia menjadi target lawan yang harus dikalahkan duluan. 

Assassin yang suka sekali dandan pakai gaun cantik. Celaena bahkan suka mengomel tentang penampilannya. Dia sangat percaya diri. Dia cantik dan sangat sadar soal itu. Dia juga suka baca buku. Bayangkan. Sepertinya penulis menumpahkan semua karakteristik menyenangkan ke dalam sosok Celaena sampai-sampai tidak nyata. Assassin tidak membaca. Tepatnya, tidak punya waktu untuk membaca. Assassin nomor satu yang terkenal menghabiskan hidupnya mengintai target dan membunuh dengan darah dingin. Jadi, karakter Celaena tidak cocok. Sikap arogannya sih bagus. Saya suka pembunuh arogan. Dan cewek pula. How badass is that?

Lalu hubungannya dengan Dorian... Kosong, nggak ada koneksi. Sepertinya tujuan hubungan itu cuma buat menunjukkan betapa lucu dan baik hatinya Dorian. Tidak seperti ayahnya yang kejam, Dorian punya hati. Kasihan sebenarnya. Dorian benar-benar mencintai Celaena, tapi Celaena hanya melihat Dorian sebagai sosok yang mengingatkannya pada pembunuhan orangtuanya. Kebetulan sang rajalah yang membunuh keluarga Celaena. 

Tapi parahnya, Celaena juga melirik Chaol. Kayak mendua gitu. Capek, deh. Cinta segitiga boleh. Kalau mendua hati sih saya tidak suka. Plin plan banget sih jadi orang. Pilih! Bikin keputusan dong!

Eh, tapi saya suka Chaol. Padahal dia itu irit kata banget. Tapi tiap kali dia muncul, adegan-adegannya selalu berkesan. Lebih tepatnya, kata-kata yang keluar dari mulutnya itu yang keren sangat. Saya suka banget bagian waktu Celaena marah karena Chaol diam saja saat ada orang yang menghina dan mengancam si Celaena. Dengan santainya Chaol bilang kalau dia tahu Celaena bisa menjaga dirinya sendiri. Kyaaaa!!! Langsung suka saya. Jarang kan tokoh cowok kayak begini. Biasanya selalu protektif dan sok melindungi. Yah, saya nggak suka Celaena, tapi saya juga nggak mau Chaol patah hati. Jadi, Chaol harus dapetin si Celaena pokoknya. 

Tuh, kan! Sekarang dikau mulai jadi fangirl nggak jelas, Sab.

Ceritanya sih standar. Maksudnya, sudah jelas endingnya bakal bagaimana. Cuma saya lumayan penasaran dengan latar belakang Celaena yang masih buram. Saya tidak bisa percaya kalau dia adalah pembunuh paling ditakuti di Adarlan. Sikapnya saja tidak menunjukkan itu. Dan sepertinya seri ini bakal lumayan rumit dan dalam. Sudah ada lima buku yang terbit. Pasti ceritanya tidak sesederhana yang terlihat di buku pertamanya ini.

3/5

No comments:

Post a Comment