Judul : Montase
Penulis : Windry Ramadhina
Tebal : 368 halaman
Penerbit : Gagasmedia
Pertemuan Rayyi dan Haru terjadi di IKJ, Institut Kesenian Jakarta. Keduanya sama-sama mempelajari dunia film. Haru dengan film-film dokumenternya dan Rayyi dengan bidang film sinetronika sesuai ambisi ayahnya.
Tapi yang ayah Rayyi tidak tahu, putra tunggalnya tidak pernah tertarik dengan sinetron-sinetron yang dihasilkan rumah produksinya. Rayyi menyukai film dokumenter dan dia diam-diam mengikuti sayembara pembuatan film itu.
Di situlah Rayyi bertemu dengan Haru.
Haru adalah sosok idealis yang mencintai dunia. Dia ceroboh, ceria, dan selalu terlambat datang. Awalnya, Rayyi tidak menyukai gadis itu karena merasa gadis itu saingannya yang paling berat. Tapi koneksi tetap terbentuk di antara mereka karena rasa suka keduanya pada film-film dokumenter.
Dan Rayyi jatuh cinta pada gadis Jepang itu.
Ini kisah tentang cita-cita dan seberapa berani kita meraihnya.
Review:
Saya semakin jatuh cinta dengan tulisan Windry Ramadhina. Setiap buku yang ditulisnya membicarakan tentang profesi-profesi yang jarang dibahas. Saya suka sekali pembahasan tentang pembuatan film. Mulai dari kamera, teknik pengambilan gambar, dan tugas-tugas kuliahnya. Menarik sekali.
Seperti yang saya tulis dalam blurb ceritanya, ini adalah kisah tentang cita-cita Rayyi. Dia tidak berani menentang ayahnya dan tetap memaksakan diri untuk belajar di bidang yang tidak disukainya. Saya rasa topik seperti ini selalu menarik buat saya karena relatable. Betapa sering saya menjadi pengecut di hadapan cita-cita saya sendiri dulu. Tapi tentu saja dunia nyata berbeda dari buku. Pertimbangan dan konflik di dunia nyata tidak sesederhana buku.
Kisah cinta Rayyi dan Haru bukan bagian utama di buku ini. Tapi tanpa kehadiran Haru, cerita di buku ini tidak akan seindah itu. Melankolisnya, gambaran perasaannya... Mantap! Saya suka bagaimana Haru akhirnya bisa mengubah pikiran Rayyi. Saya juga suka sekali bagaimana Rayyi akhirnya melawan ayahnya dan berjuang mati-matian demi mengejar mimpinya. Seru sekali bagian ini.
Saya juga suka persahabatan Rayyi dengan gengnya. Ih, lucu banget sih. Windry Ramadhina selalu bisa menciptakan hubungan persahabatan yang asyik dibaca.
Oh, ya. Judulnya bagus, uy. Montase. Saya baru tahu artinya setelah saya google. Pas banget judulnya. Beautiful.
"...Kita tidak hidup selamanya, Rayyi. Karena itu, jangan buang-buang waktu untuk sesuatu yang tidak kita inginkan."
4/5
Tapi yang ayah Rayyi tidak tahu, putra tunggalnya tidak pernah tertarik dengan sinetron-sinetron yang dihasilkan rumah produksinya. Rayyi menyukai film dokumenter dan dia diam-diam mengikuti sayembara pembuatan film itu.
Di situlah Rayyi bertemu dengan Haru.
Haru adalah sosok idealis yang mencintai dunia. Dia ceroboh, ceria, dan selalu terlambat datang. Awalnya, Rayyi tidak menyukai gadis itu karena merasa gadis itu saingannya yang paling berat. Tapi koneksi tetap terbentuk di antara mereka karena rasa suka keduanya pada film-film dokumenter.
Dan Rayyi jatuh cinta pada gadis Jepang itu.
Ini kisah tentang cita-cita dan seberapa berani kita meraihnya.
Review:
Saya semakin jatuh cinta dengan tulisan Windry Ramadhina. Setiap buku yang ditulisnya membicarakan tentang profesi-profesi yang jarang dibahas. Saya suka sekali pembahasan tentang pembuatan film. Mulai dari kamera, teknik pengambilan gambar, dan tugas-tugas kuliahnya. Menarik sekali.
Seperti yang saya tulis dalam blurb ceritanya, ini adalah kisah tentang cita-cita Rayyi. Dia tidak berani menentang ayahnya dan tetap memaksakan diri untuk belajar di bidang yang tidak disukainya. Saya rasa topik seperti ini selalu menarik buat saya karena relatable. Betapa sering saya menjadi pengecut di hadapan cita-cita saya sendiri dulu. Tapi tentu saja dunia nyata berbeda dari buku. Pertimbangan dan konflik di dunia nyata tidak sesederhana buku.
Kisah cinta Rayyi dan Haru bukan bagian utama di buku ini. Tapi tanpa kehadiran Haru, cerita di buku ini tidak akan seindah itu. Melankolisnya, gambaran perasaannya... Mantap! Saya suka bagaimana Haru akhirnya bisa mengubah pikiran Rayyi. Saya juga suka sekali bagaimana Rayyi akhirnya melawan ayahnya dan berjuang mati-matian demi mengejar mimpinya. Seru sekali bagian ini.
Saya juga suka persahabatan Rayyi dengan gengnya. Ih, lucu banget sih. Windry Ramadhina selalu bisa menciptakan hubungan persahabatan yang asyik dibaca.
Oh, ya. Judulnya bagus, uy. Montase. Saya baru tahu artinya setelah saya google. Pas banget judulnya. Beautiful.
"...Kita tidak hidup selamanya, Rayyi. Karena itu, jangan buang-buang waktu untuk sesuatu yang tidak kita inginkan."
4/5
The blurb is not in italic type ?
ReplyDeleteBecause I wrote the synopsis myself, not copying from the back of the book.
Delete