Friday, 31 March 2017

Out of the Easy


Judul : Out of the Easy
Penulis : Ruta Sepetys
Tebal : 346 halaman
Penerbit : Penguin Books Ltd

Out of the Easy is set against the vivid backdrop of 1950s New Orleans. Written by New York Times bestselling author Ruth Sepetys, this novel has something for everyone: love, mystery, murder, blackmail and warmth.

Josie Moraine wants out of The Big Easy - she needs more than New Orleans can offer. Known locally as a brothel prostitute's daughter, she dreams of life at an elite college, far away from here.

But then a mysterious death in the Quarter leaves Josie caught between her ambition and a clandestine underworld. New Orleans is luring Josie deeper in as she searches for the truth, and temptation beckons at every turn.


Review:
Dimulai dengan adegan di mana Josie bertemu Willie, seorang Madam pemilik rumah pelacuran. Saat itu umurnya baru 7 tahun dan dia sudah bisa membuat campuran minuman beralkohol. Willie sangat terkesan, sama seperti saya. Mungkin karena adegan itulah, saya langsung penasaran dengan kisah hidup Josie.

Josie bukan dari keluarga yang bagus. Ibunya seorang pelacur dan ia bahkan tidak tahu siapa ayah kandungnya. Dia tumbuh besar di rumah pelacuran milik Willie. Bukan sebagai pelacur, tapi sebagai pembantu rumah tangga. Dialah yang mengurus keperluan harian Willie dan juga membersihkan kamar-kamar yang dipakai untuk... Yah, tahulah sendiri.

Di samping itu, Josie juga bekerja di toko buku milik keluarga Marlowe. Gaji yang didapatnya dari dua pekerjaannya selalu Josie tabung secara rahasia di kamarnya yang terletak di lantai dua toko buku Marlowe. Ia bermimpi untuk bisa bersekolah dan keluar dari kota kecil di New Orleans itu. Josie juga berteman dengan putra keluarga Marlowe yang bernama Patrick. Josie naksir pada pemuda itu sekalipun Patrick terkesan seperti tidak tertarik. 

Sebenarnya agak sulit menjelaskan secara jelas isi cerita di buku ini. Saya sangat suka settingnya karena saya belum pernah membaca fiksi sejarah tahun 1950-an di New Orleans. Saya juga suka dengan tokoh-tokoh sampingan di buku ini, terutama para pelacur di rumah bordil milik Willie. Biasanya semua orang selalu menganggap kaum pelacur itu buruk. Tapi mereka juga manusia. Mungkin mereka menjadi pelacur karena terjebak dan terpaksa demi bisa bertahan hidup. Dan di buku ini... para pelacur ini adalah teman Josie, keluarga Josie, dan bahkan lebih baik daripada ibu kandung Josie yang tidak tahu diri. Saya juga suka sekali dengan tokoh Willie. Tegas, kuat, galak, dan berpendirian keras. Walaupun profesinya tidak terpuji, tapi dia menghormati dan memahami Josie. Setiap kali dia muncul, saya selalu suka dengan dialog-dialognya walau dia lebih sering marah-marah.

Selain itu, buku ini juga menceritakan masalah keluarga Marlowe. Kalau kalian berharap untuk mendapatkan romance di buku ini, kalian harus kecewa. Romance-nya tidak penting dan bahkan saya tidak terlalu suka dengan cowoknya. Saya lebih menikmati kehidupan sehari-hari Josie dan ketakutan-ketakutannya. Saya suka sekali membaca isi kepala Josie. Saya memahami rasa tidak percaya dirinya atas asal-usulnya. Saya juga mengerti kenapa ia ingin pergi dari kota itu. Dan yang jelas saya juga sama marahnya dengan Josie sewaktu adegan "itu". Kayaknya itu salah satu adegan paling mengesalkan yang pernah saya baca. Jahat banget, sumpah. Setelah perjuangan selama bertahun-tahun, semuanya diambil begitu saja. Si Louise itu ke laut ajalah. Ibu tidak berguna. Kalau saya punya ibu seperti itu, saya sudah usir dari kapan. Ugh. 

Endingnya realistis. Tidak semua hal bisa didapatkan dengan mudah. Tapi selalu ada keindahan dari setiap keadaan. Josie akhirnya mengerti dan bisa menerimanya. Nice.

4/5

No comments:

Post a Comment