Saturday, 25 July 2015

Ally: All These Lives


Judul : Ally: All These Lives
Penulis : Arleen A.
Tebal : 264 halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Apa yang akan kaulakukan jika satu menit yang lalu kau anak tunggal orangtuamu, lalu satu menit kemudian ada seseorang yang muncul entah dari mana dan duduk di sampingmu mengaku sebagai adikmu? Apa yang kaulakukan jika kau menemukan foto di meja, menampilkan dirimu dan seseorang yang belum pernah kaulihat? Apa yang kaulakukan jika kau pulang ke rumah dan menemukan bahwa di dalam rumah itu sudah ada dirimu yang lain?

Kehidupan Ally memang bukan kehidupan biasa. Kerap kali ia mendapati dirinya ditempatkan dalam kehidupan yang seolah miliknya, tapi ternyata bukan. Dan tiba-tiba kata “pulang” punya makna yang baru. Apakah Ally akan memiliki kesempatan untuk “pulang”? Akankah ia bisa kembali pada cinta yang ditinggalkannya di kehidupannya yang lain?


Review:
Saya memilih buku ini di antara sekian banyak tumpukan buku yang belum saya baca karena sinopsisnya yang bikin penasaran. Pasti ada penjelasan bagus mengenai kehidupan aneh Ally.

Ally punya kelainan. Ia menyebutnya Saat Ketidakberadaan. Tanpa bisa diprediksi, segala hal di sekelilingnya tiba-tiba menghilang dan saat semuanya kembali normal, pasti ada yang lain dari hidup Ally. Mendapatkan adik kecil padahal sebelumnya dia anak tunggal, menemukan pacarnya tidak ada di dunia ini sama sekali, menghadapi kematian adiknya yang ternyata sudah terjadi bertahun-tahun lalu padahal sedetik lalu ia baru berbicara dengan adiknya itu, dan masih banyak lagi. Ally terus berusaha mencari jawaban atas penyakitnya itu walaupun semua psikiater menganggapnya normal.

Saya percaya dengan teori di buku ini, bahwa semesta memiliki banyak versi kehidupan. Saat kita dihadapkan ke dalam dua pilihan dan memilih salah satunya, semesta membagi dirinya ke dalam dua skenario: yang nyata (sesuai pilihan kita) dan yang tidak nyata (pilihan satunya yang tidak dipilih). Itulah yang dialami Ally. Dia bisa berpindah-pindah ke dalam setiap semestanya. Tapi apakah itu suatu keberuntungan? Jelas tidak. Kasusnya seperti mencintai seseorang yang divonis akan mati. Pilihannya cuma dua: mencintai sepenuh hati dalam batas waktu yang tersisa atau menutup diri supaya tidak sakit hati di akhir. 

Kisah sederhana Ally ini membuat saya sedih sepanjang membacanya. Ia memang memiliki orang-orang baik yang menyayanginya, tapi saya tetap merasa hidupnya sepi dan dingin. Tapi saya kagum akan ketegaran Ally dalam menghadapinya. Dia menjalani hari-hari seperti biasa sekalipun hatinya hancur. Pokoknya bagi Ally, setiap hari adalah anugerah yang harus dijalani sebaik mungkin.

Mungkin keluhan saya sama buku ini cuma satu. Kenapa setting dan tokohnya orang luar? Sampai sekarang saya tetap tidak begitu sreg dengan novel lokal seperti itu. Saya tetap ingin mencari sisi Indonesianya atau apapun yang menandakan novel tersebut ditulis orang lokal. Kesan buku ini seperti novel luar dan mungkin saya tetap akan menganggapnya begitu kalau saja saya tidak membaca biografi penulisnya. 

Dan satu keluhan lagi. Saya agak menyayangkan Ally tidak berakhir dengan Kevin. Entah kenapa saya lebih suka Kevin dibanding James. Mungkin karena Kevin muncul lebih dulu kali ya. Tapi itu bukan masalah sih. Setidaknya saya jadi tidak bisa menebak jalan ceritanya. Seperti Ally, saya juga deg-degan setiap kali Saat Ketidakberadaan datang. Saya penasaran apa lagi yang berubah dari kehidupan Ally dan hal baru apa yang ditemukannya kali ini.

Novel yang tidak biasa. Sangat bermakna dan bikin saya sedikit merenung tentang kehidupan. Saya bahkan menangis di beberapa bagian. Saya merekomendasikan buku ini buat semua orang yang suka fiksi filosofi ringan yang seru.

5/5

2 comments:

  1. rating yang tinggi dan sempurna. pasti ada sesuatunya.m

    ReplyDelete
  2. Unik soalnya. Ga bisa ketebak alur selanjutnya apa...

    ReplyDelete