Judul : Heaven's Net Is Wide (Tales of Otori #0)
Penulis : Lian Hearn
Tebal : 786 halaman
Penerbit : Matahati
Berseting masa feodal Jepang, Heaven's Net is Wide bertutur tentang Lord Otori Shigeru—dalam buku-buku sebelumnya digambarkan sebagai ksatria yang menyelamatkan Takeo dan membesarkannya sebagai pewaris klan Otori.
Dibesarkan dalam masyarakat yang mengagungkan kesetiaan dan kehormatan, Shigeru menyaksikan sendiri bagaimana pengkhianatan bertanggung jawab atas kematian ribuan ksatria Otori dan penurunan posisinya dari pewaris klan.
Shigeru menemukan kekuatan dalam pelatihan yang diberikan gurunya, Matsuda Shingen, hubungannya dengan mata-mata misterius Tribe, berbagai pertempuran yang menguji kemampuannya, dan pertemuannya dengan Lady Maruyama, yang hidupnya juga telah dihancurkan oleh musuh besar Otori—Klan Tohan.
Dibesarkan dalam masyarakat yang mengagungkan kesetiaan dan kehormatan, Shigeru menyaksikan sendiri bagaimana pengkhianatan bertanggung jawab atas kematian ribuan ksatria Otori dan penurunan posisinya dari pewaris klan.
Shigeru menemukan kekuatan dalam pelatihan yang diberikan gurunya, Matsuda Shingen, hubungannya dengan mata-mata misterius Tribe, berbagai pertempuran yang menguji kemampuannya, dan pertemuannya dengan Lady Maruyama, yang hidupnya juga telah dihancurkan oleh musuh besar Otori—Klan Tohan.
Review:
Rasanya sudah lama sekali sejak saya membaca keempat kisah Otori. Kalau tidak salah itu waktu saya SMA. Terus-terang kisah Otori ini adalah salah satu novel yang benar-benar tidak bisa saya lupakan. Banyaknya pengkhianatan, sakit hati, dilema, dan kejamnya masa hidup Takeo membuat saya selalu ingat pada tokoh satu itu. Apalagi saat dia membunuh temannya sendiri demi memperlihatkan kesetiaan di depan musuh. Memang saya punya kekecewaan tersendiri dengan ending buku keempat, tapi perjalanan saya membaca buku-buku tebal itu sungguh menyenangkan.
Saya agak terkejut sewaktu tahu ada buku satu lagi yang menceritakan kisah sebelum Takeo lahir. Heaven's Net Is Wide ini ternyata mengisahkan perjalanan hidup Otori Shigeru, ayah angkat Takeo. Di buku inilah saya tahu kenapa Shigeru mau mengangkat Takeo sebagai anak (seperti yang diceritakan di Across the Nightingale Floor, buku ke-1) dan apa sebenarnya hubungan Shigeru dengan ayah kandung Takeo. Kebetulan saya masih lumayan ingat beberapa tokoh pentingnya sehingga saya tidak punya kesulitan untuk mengikuti cerita di buku ini. Kalaupun lupa, masih ada glosarium yang mendaftarkan setiap tokoh pentingnya.
Cerita dibuka dengan pembunuhan Kikuta Isamu, ayah kandung Takeo. Dari sinilah saya langsung bisa menebak hubungan Isamu dan Shigeru sendiri. Lalu setelah itu, cerita bergulir ke masa kecil Shigeru dan kehidupannya sebagai putra mahkota. Saya sangat suka dengan perjalanan hidup Shigeru ini. Dari pemuda angkuh menjadi pemuda yang penuh welas asih dan bijaksana karena dibimbing oleh biksu Matsuda Shingen, lalu dari remaja naif yang terlalu percaya diri menjadi orang yang terhina saat kalah perang dan dikhianati, dan terakhir bagaimana ia berhasil bertahan dan bersabar dengan menjadi petani sebelum menemukan kesempatan untuk membalas dendam.
Bagi saya, buku ini memberikan terlalu banyak kesedihan. Mungkin ceritanya sendiri tidak begitu sedih. Tapi yang membuat saya sedih adalah karena saya sudah tahu nasib Shigeru kelak di buku-buku selanjutnya. Semua harapan yang dimilikinya membuat saya patah hati sendiri. Kalau memang dia harus mati akhirnya, lebih baik dia tetap menjadi petani saja dan tidak pernah membalas dendam. Tapi tentu saja seorang ksatria tidak akan pernah menyerah sampai akhir. Selain itu, kisah cinta terlarangnya dengan Lady Maruyama juga benar-benar menyedihkan. Yah, mungkin memang itulah bayaran untuk memenangkan pembalasan dendamnya.
Tapi tidak ada yang mengalahkan adegan saat Shigeru pertama kali menemukan Takeo (akhir buku ini adalah awal dari buku pertama). Penjelasan perasaan Shigeru benar-benar membuat saya tersentuh dan menangis. Pokoknya dari pertemuan pertama itu, saya bisa merasakan kasih sayang instan yang tumbuh di hati Shigeru untuk Takeo. Andai ia tahu bagaimana perjalanan Takeo memperjuangkan perdamaian nantinya...
Bahasa yang digunakan cukup puitis dan penuh dengan metafora yang berhubungan dengan alam. Sangat Jepang walau ini hanyalah fantasi modifikasi dari budaya Jepang. Terjemahannya bagus walau masih ada beberapa bagian yang agak ganjil. Tapi saya tetap bisa menikmatinya.
Wuihhh... akhirnya novel tebal ini selesai juga hahaha...
4/5
No comments:
Post a Comment