Masih merayakan ulang tahun BBI yang kedua, selain bikin giveaway saya juga ikut Close Up Interview (CUI). Apa sih CUI ini?
Jadi, begini. Kan sekarang BBI sudah punya banyak anggota. Saya sendiri sampai nggak hafal siapa saja mereka. Nah, CUI ini diadakan supaya bisa mengenal anggota-anggota yang lain. Kebetulan target saya adalah R. Maryana. Blog bukunya ada di Ryana's Locker dan ternyata dia punya blog lain yang bisa dicek di Ryana's Journal.
Awalnya saya bingung. Terus-terang saya tidak pernah meng-interview orang, jadinya saya tidak tahu apa yang harus ditanyakan. Pokoknya saya nggak bakat jadi wartawan. Tapi setelah mencari ide ke sana kemari, saya berhasil menyusun beberapa pertanyaan.
Saya menghubungi Ryana pertama kali lewat email yang ternyata tidak dibalas. Jadi, saya menghubungi lewat goodreads. Eh, ternyata Ryana sudah mengirim balasan email tapi dia salah pencet dan emailnya malah masuk ke draft. Haha...
Setelah itu, saya kirim pertanyaannya lewat email. Saya mengira posting CUI ini tanggal 26 April, jadi saya salah kasih deadline ke Ryana. Malam tanggal 24 April saya langsung kirim email lagi buat meralat deadline-nya (haha... terlambat memang).
25 April pagi... saya sudah punya jawaban, saya sudah punya bahan buat posting. Tapi teman saya datang dari Sydney. Jadi, saya seharian jalan-jalan dan terpaksa harus menunda menulis posting sampai malam. Saya pikir tidak apa-apalah. Yang penting masih tanggal 25. Tapi... begitu saya pulang, saya baru tahu kalau internet di rumah rusak. Nggak bisa dipake. Terpaksa harus menunggu lagi. Pokoknya saya nunggu sehari penuh sebelum akhirnya internetnya jalan lagi. Cape, deh... Hidup tanpa internet bener-bener bikin stres.
Oke, abaikan curhat saya yang terakhir. Kembali ke CUI.
Saya belum pernah ngobrol sekali pun dengan Ryana. Saya bahkan belum pernah mampir ke blognya (ya, saya memang kurang rajin blogwalking hehe...). Jadi, interview kali ini beneran bikin saya mengenal siapa R. Maryana ini.
Inilah hasil interview
S: Hai, Ryana. Ini pertanyaan buat CUI-nya. Maaf, banyak hehe...
R: *gosok-gosok tangan*
Oke, thanks for the questions. Senang rasanya mendapatkan banyak pertanyaan. Karena pada dasarnya aku orang yang suka banyak cerita hingga kehabisan kata. Hingga kadang aku mengulang ceritaku XD
Semoga saja interview ini bisa jadi ajang promosi jika aku terkenal nanti *ditimpuk farmakope*
Dan inilah pembalasanku, Sabrina :P Selamat menikmati...
K: Siap menikmati sambil makan snack...
R: About my self. Terkadang aku bimbang jika ada orang yang menanyakan hal ini. Beberapa hal tidak bisa kuceritakan demi keamanan dan kedamaian hati ini #eaaa.
Hal pertama yang perlu aku sampaikan adalah aku merasa dipereteli seperti apa yang profesor McGonagal dan Madam Hooch lakukan pada firebolt milik Harry #apadeh.
Namaku R. Maryana. Nama pena yang sungguh sulit dicari. Ini beneran lho. Sejak lama aku memikirkan soal ini. Buatku ini soal serius.
Karena ini interview yang aku anggap sebagai latihan kalau aku terkenal nanti—abaikan jika aku lebay—aku akan menjawabnya dengan serius.
Namaku Raden Roro Maryana Ulfah. Perempuan yang lahir di Bandung tanggal 25 Desember 1992. Aku masih tinggal di kota yang sama hingga saat ini. Tapi aku bukan asli orang Bandung. Aku sendiri bingung sih kalau ditanya orang mana ._.a
Aku anak ke dua. Punya seorang kakak dan adik. Perempuan. Dan maaf aku tak bisa bercerita lebih banyak tentang ini.
Pekerjaan. Aku seorang asisten apoteker di Instalasi Farmasi di salah satu rumah sakit di Bandung. Dan aku yang termuda di ruangan tempatku bekerja :P Gak enaknya, aku sering jadi ‘sasaran’ -_-
K: Ternyata sama-sama dari Bandung! Ya, ampun.
S: Sejak kapan suka membaca? Kenapa?
R: Aku suka baca belum lama sih. Saat kecil aku gak punya buku cerita. Teman terbaikku adalah buku pelajaran. Aku suka dengan buku bergambar. Aku sering membaca pelajaran buku di—maaf—WC. Yah, aku kan gak punya buku cerita. Buku bahasa Indonesia yang sering aku baca karena biasa ada cerita pendeknya. Juga buku IPA. Karena yang paling banyak gambarnya.
Aku mulai serius saat aku SMP. Tapi waktu itu aku cuma sok-sok’an kalau datang ke perpustakaan. Satu buku ukuran standar—sekitar 200 halaman—baru bisa kubabat habis dalam waktu seminggu. Sampai akhirnya seorang teman mengubah hidupku. Aku suka membaca sejak ia mengenalkanku pada seorang manusia setengah vampir bernama Darren O’Shaugnessy.
K: Hihi... saya juga suka baca di WC.
S: Sejak kapan bergabung dengan BBI? Kenapa bisa tertarik bergabung?
R: Aku masih anak bawang. Baru gabung sejak bulan Januari meski blog buku yang aku punya kini aku bangun pada bulan Desember. Kenapa aku tertarik? Hal paling awal karena ngiri sama temen yang pasang logo BBI di blognya -_-
K: Kepincut sama logo BBI juga toh... Saya suka sama rambut cacingnya BBI *ga nyambung*
S: Apa genre buku favoritnya? Apa saja buku favorit dari genre tersebut?
R: Belum lama sadar kalau Fantasi yang paling bisa meninggalkan bekas di hatiku. Padahal awal-awal aku membaca, aku hanya memburu teenlit. Tapi lama-lama genre itu terlihat klise buatku. Meski dikemas dengan berbagai cara. Buku favoritku belum banyak. Sejauh ini tentu saja serial dari para penulis favoritku. Harry Potter dan Darren Shan.
K: Saya juga demen fantasi dan saya memang tumbuh besar bersama Harry Potter, tapi ga termasuk kacamata bulat culunnya. *apa sih*
S: Siapa penulis favoritmu? Kenapa?
R: Favoritku ada empat. J.K. Rowling, Darren Shan, Sinta Yudisia, Bang Aswi.
J.K. Rowling.
Aku lebih dulu berkenalan dengan tante Jo ketimbang Harry Potter. Sebelum aku berkenalan dengan tante Jo, aku memang sudah bertemu dengan Harry Potter tapi kami hanya saling berpandangan tanpa melempar senyum apalagi bertegur sapa. Kemudian seorang teman mengenalkanku pada tante Jo. Aku tahu sedikit lebih banyak tentangnya. Mengenal masa kecilnya hingga akhirnya ia melahirkan anak khayalannya. Aku tahu sedikit cerita bagaimana tante Jo membesarkan dua anak sekaligus. Lalu kakak sepupuku—entah kesambet apa—memberiku buku Harry Potter and the Order of the Phoenix yang masih baru, berplastik bahkan masih ada label harganya. Saat itulah aku berkenalan dengan Harry Potter. Dan aku sadar kalau tante Jo telah merapal mantra dan diarahkan padaku.
Darren Shan.
Om Shan adalah penulis pertama yang berhasil mengambil hatiku. Untuk pertama kalinya aku ingin membaca cerita tulisannya lagi, lagi dan lagi. Dan Darren Shan Saga adalah serial pertama yang aku punya lengkap. Ah om Shan, dia benar-benar membuatku ingin jadi keponakannya.
Sinta Yudisia.
Pertama kalinya aku membaca buku mbak Sinta itu di tahun terakhir di SMP. Waktu itu lagi rame-rame dateng ke bazar di kantor Mizan. Aku asal ambil buku. Dan aku mengambil buku mbak Sinta. Tadinya aku berniat membeli buku itu untuk disumbangkan ke perpustakaan. Sebuah buku kumcer berjudul Cadas Kebencian. Dan ternyata, aku tidak rela buku itu jadi milik perpustakaan. Ceritanya luar biasa. Sederhana tapi ngena. Sayang sekali seseorang meminjamnya dan tak pernah mengembalikan. Hingga aku lupa siapa yang meminjam. Dan kini hanya keajaiban yang bisa membuatku mendapatkan buku itu kembali. Karena tidak ada satupun yang tersisa di gudang penerbit.
Bang Aswi.
Aku kenal beliau lewat buku antologi berjudul Can You Keep the Secret. Aku membacanya sekali pinjam dari teman. Lalu menemukannya di toko buku dan beli sendiri. Aku membaca biodata para penulis. Aku sadar satu hal. Bang Aswi adalah orang yang sama dengan orang yang pernah mama ceritakan. Mama kenal Bang Aswi. Buku itu punya nasib yang sama dengan Cadas Kebencian. Hanya saja aku tahu siapa yang meminjam. Tapi aku tidak tahu kenapa aku bisa meminjamkan buku itu. Hanya itu sih karya Bang Aswi yang aku baca. Aku lebih sering membaca tulisannya di blog. Mendengar ia memenangkan banyak hal dengan tulisannya membuatku kagum. Terlebih karena aku—akhirnya—aku mengenalnya—setelah berinteraksi hanya lewat internet—aku mengunjungi rumahnya, ia berkunjung ke rumahku, ia di depan mataku. Rasanya seperti mimpi. Karena kalau bertemu, ia terlihat biasa. Orang lain mungkin tak akan menyangka kalau goresan penanyalah yang punya sentuhan.
K: Saya cuma tahu satu doank >.<
S: Saya baca blogmu dan ternyata kamu suka Darren Shan. Apa istimewanya dari penulis ini?
R: Seperti yang sudah kukatakan. Om Shan—anggap saja aku ini keponakannya—adalah penulis pertama yang memikatku. Aku suka membaca ceritanya berulang kali. Tidak bosan. Dan selalu berharap bisa membaca seluruh karyanya. Bukan julukan master of horror yang membuatku terpikat. Sesuatu yang ajaib telah merasukiku saat membaca bukunya. Aku selalu merasa ada di sisinya. Andai ia benar-benar ada di sisiku. Sekali saja..... *lalu mencari tissue*
K: Saya penasaran mau baca karya Om Shan ini. Tapi begitu melihat genrenya... "master of horror", kabur ah~~ *takut*
S: Kamu suka nulis sejak kapan? Kenapa kamu suka menulis? Karya mana sajakah yang sudah diterbitkan? Siapakah yang menjadi inspirasi terbesarmu? (oops, diborong)
R: Aku suka menulis karena orang yang sama. Seorang teman yang diam-diam kuajak bicara karena aku males juga jalan bareng temen buat ngerjain tugas tapi gak ngobrol. Dia membisikan sesuatu padaku kalau tentang ceritanya. Tentang seorang tokoh perempuan bernama Aqua. Dari sanalah aku ingin menulis. Aku tidak ingin kalah darinya. Seorang pendiam yang menghasilkan karya. Seharusnya aku juga bisa. Tapi karyaku belum ada yang diterbitkan *lalu mengambis tissue lagi* Tiga tulisanku masuk buku. Tapi kuharap tidak ada yang menghitungnya karena perjuangan ketiganya sama sekali tidak berasa. Tidak ada orang khusus yang menjadi inspirasi terbesarku. Terkadang inspirasi itu datang dari mimpiku sendiri. Beneran mimpi, mimpi pas lagi tidur. Hehe. Tapi aku selalu bilang pada diriku untuk mempersembahkan satu ceritaku untuk seseorang yang kupikir punya pengaruh besar. Nama mereka akan tertulis di buku yang—semoga—kelak diterbitkan J optimis weh lah aku mah...
K: Optimis dong :D Lagipula gaya tulisanmu bagus nih. Saya bahkan nggak perlu edit jawabanmu hehe...
S: Apa impian terbesarmu?
R: Aku berharap bisa meraih impian yang tersisa. Maksudku, aku sudah 3 kali mengubur impianku dan tentu saja itu menyedihkan. Aku ingat saat kecil ingin menjadi apa saat besar nanti. Kujawab sebuah profesi. Tapi karena suatu hal yang tak bisa kuhindari, membuatku menguburkan impian itu. Lalu aku berganti mimpi, ingin menjadi sesuatu. Tapi saat aku kembali terbentur kenyataan kalau aku tidak bisa meraihnya, aku kembali mengubur impian itu. Lalu aku berganti mimpi lagi. Yang pertama terpikir saat aku SD, lalu yang kedua aku lupa tapi anggap saja saat SMP. Dan yang terakhir itu terpikirkan saat aku SMF. Sebuah impian yang sesungguhnya berbeda jalur dengan apa yang aku pelajari. Tapi saat aku sadar aku juga tidak bisa melakukannya, aku menangis sebelum aku mengubur mimpi itu. Kini aku kembali mendapat pijakan. Menulis. Hanya itu yang bisa kuraih dalam keadaan yang sekarang. Jikalau aku tidak bisa menjadi seorang penulis, aku tidak tahu aku ingin menjadi apa. Sepertinya tidak ada hal lain yang kuimpikan selain melawan rasa takutku. Ya, aku takut saat ada yang membaca tulisanku. Setidaknya itulah mimpiku. Yang kita bicarakan ini bukan mimpi manusia pada umumnya kan? Seperti hidup sejahtera dan bahagia hingga akhir waktu?
K: Profesi apa nih? Guru, dokter, menteri keuangan? Haha... Kalau mimpi manusia pada umumnya, saya juga mau :D
S: Apa hobimu selain membaca dan menulis?
R: *langsung mati gaya* haduh, nulis sama baca aja belum bisa dibilang hobi XD Gak ada lagi kayaknya. Sejak 3 bulan yang lalu sih demen main game online Travian. Tapi berhubung bikin kecancuan, aku close semua akunku. Kadang rindu juga. Itu game yang aku banget. Bangun pagar, bagun ladang, berpetualang..... Aku juga jarang keluar rumah. Kalau gak sama laptop ya sama buku kalo enggak ya sama tv. Dan pilihan lain ya sama tempat tidur dan gulingku tercinta #eh
K: Tos! Saya juga anak rumahan, jarang keluar rumah dan senang guling-gulingan di kasur sambil baca buku. *eh?
S: Apa pendapatmu soal seri Harry Potter? Kan kamu suka banget sama seri itu.
R: Kalau aku bilang amazing sih udah banyak yang bilang ya? Hahaha. Kenyataannya adalah aku menyukai cerita ini lebih ke behind the scene-nya. Jadi bukan hanya tentang Harry Potter tapi tentang J. K. Rowling. Aku masih heran apa yang sebenarnya ia lakukan hingga seluruh dunia tahu tentang Harry Potter. Satu hal yang sih yang aku percaya. Apa yang ia lakukan dulu setimpal dengan apa yang ia dapatkan sekarang. Tapi aku berusaha meyakinkan diriku bahwa aku tidak perlu sesedih Tante Jo jika aku berharap aku mendapatkan apa yang bisa ia dapatkan.
K: Memang, perjuangan tanpa lelah pasti membuahkan hasil pada akhirnya. *wise mode on*
S: Kamu bisa bahasa Jepang ya? (soalnya ada posting judulnya pake bahasa itu :D) Bisa bahasa apa lagi selain Indonesia?
R: Ah, itu mah gaya-gayaan aku aja. Aku gak bisa bahasa Jepang kok. Cuma tahu sapaan selamat pagi, selamat siang, sampai jumpa lagi, minta maaf, pernyataan cinta, ucapan selamat ulang tahun, ucapan selamat tidur, ucapan selamat makan, tunggu, Cuma kosakata yang benar-benar dasar. Aku memang mengagumi Jepang tapi gak bisa kok bahasa Jepang. Cuma kalau baca teks bahasa Jepang emang udah gak kaku. Udah biasa lidahnya :D Bahasa lain? Inggris pun aku belum lancar eung -_- Dan kita gak menghitung bahasa daerah kan? Karena soal ini aku pun tidak pandai o_O
K: Ah, menurut saya kalau sudah bisa pernyataan cinta berarti sudah lumayan bisa bahasanya. *ngaco*
S: Kelihatannya kamu sibuk ya sampai membutuhkan 30 jam sehari? Ceritakan tentang pekerjaanmu sehari-hari.
R: Aku suka dengan kesibukan. Membuatku merasa seperti orang penting dan aku perlu alasan itu agar aku tidak bermalas-malasan di kasur. Aku perlu 7 jam untuk tidur, 7 jam untuk bekerja, 4 jam untuk rutinitas di rumah, 4 jam untuk bermain, 4 jam untuk menulis dan 4 jam untuk membaca. Bukankah 24 jam sehari itu jauh dari cukup?
K: Setuju sekali. Sibuk berarti orang penting! Makanya saya suka pura-pura sibuk padahal santai begini *eaaa*
S: Kalau disuruh milih, kamu ingin tinggal di negara mana?
R: Kembali ke Jepang. Aku suka Jepang. Tapi kalau urusan tempat tinggal....
Aku senang aku tinggal di Indonesia. Dan sungguh, aku rasa tidak ada tempat tinggal yang lebih baik dari tempat di mana aku dilahirkan...
K: Saya jadi kangen Bandung~~ *lupakan*
S: Tokoh fiksi mana yang paling disukai? Kenapa?
R: Kalau paling, aku bingung sebenarnya. Sejauh ini belum benar-benar suka sama seorang tokoh :p Ada satu sih, tapi tokoh yang aku ciptakan sendiri XD Namanya Renee. Dia akan kuperkenalkan pada dunia secepat yang aku bisa. (berkata dalam hati : entah deh kapan).
K: Ayo, cepatlah menuliskan cerita Renee. Namanya bagus, uy.
S: Apa kamu punya quote favorit dari buku?
R: Kalau kata-kata indah sih banyak. Tapi favoritku itu kalimat biasa tapi sungguh bisa membuat tenggorokanku tercekat. Aku merasa dadaku sesak. Seketika aku harus berusaha untuk membendung air mataku. Agak lebay ya? Oke aku tahu ini bukan agak lebay tapi memang lebay :p Favoritku adalah paragraf pertama dari bab 29 dari buku Cirque Du Freak karya om-ku, om Shan :p
"Aku memperlakukan setiap menit yang kuhabiskan bersama keluarga dan teman-teman bagaikan waktu-waktu yang sangat berharga. Aku memperhatikan wajah dan suara mereka dengan cermat, supaya tidak melupakan semua itu. Aku tahu aku takkan pernah melihat mereka lagi dan hal itu membuat hatiku pedih, tapi hal ini memang harus terjadi. Tidak ada jalan kembali."
K: Betul, waktu tidak bisa diputar ulang. Enjoy while you can. XD
S: Apakah kamu punya dosa timbunan buku yang belum dibaca? Seberapa besar timbunan itu?
R: Aku tidak mau membicarakan ini. Ada banyak di kamarku. Mungkin sekitar 45 judul. Dan aku tidak tahu aku harus mulai dari yang mana *ngacak-ngacak rambut*
K: Tenang, nanti akan nambah lagi kok. Sama kayak saya, hehe... *tambah ngacak-ngacak rambut*
S: Apa kesanmu menjadi anggota BBI? Apa harapanmu ke depan sebagai anggota BBI?
R: Sungguh menyesal. Aku jadi kecanduan baca buku. Dan kini lagi kena virus dystopia ._.
K: Haha... Dijamin makin kecanduan. Sebelum gabung BBI, timbunanku cuma 60 buku. Sekarang? 211 :(
~R. Maryana with her books~
Nah, itulah hasil interviewnya. Saya jadi mengenal seorang anggota lain dari Bandung :)
Untuk melihat hasil interview anggota lain, silakan kunjungi link-link yang ada di sini.
Hahaha....ini Roro emang demen amat cerita ya :))
ReplyDeleteApa ini artinya mbak Dewi beneran gak keberatan baca ceritaku? Kalau ditotal mungkin jumlahnya--mungkin lhi ya--hampir 200 :p
Deletewuah member baru, semoga bisa ngeramein BBI yang udah rame seklai sewperti pasar tradisional di man abanyak orang lalu lalang menawar harga #dikepalk sabrina
ReplyDeleteAtas sayah typo sangat! x))
ReplyDeletetimbunannya pada banyak ya :O
haduh.. saya malah tak pernah baca buku Om Shan...
ReplyDelete*jangan timpuk pake Farmakope yah Ryana...
*timpuk*
Deletehahaha.. asyik nih baca interview-nya :))
ReplyDeleteSalam kenal buat kalian berdua ;)