Saturday 2 March 2013

Blessed Heart


Judul : Blessed Heart
Penulis : Adam Aksara
Tebal : 784 halaman
E-book download

Di sebuat kota bernama Viginia...

Jaime Hunter bekerja sebagai bartender di sebuah kafe yang terletak tepat di seberang kantor BtP (Blessed to Protect) di mana seluruh anggotanya merupakan orang-orang terpilih atau baptisan yang memiliki kekuatan super. Dia pernah bermimpi untuk menjadi bagian dari kelompok itu, namun impiannya harus kandas karena ia tidak lulus pada ujian pertama. Ia tidak punya kekuatan sama sekali walau sebelumnya ia selalu merasa kalau dirinya bisa terbang.

Kegagalan tidak membuat Jaime ingin kembali ke kampung halamannya. Ia tetap menyimpan harapan di hatinya selama bertahun-tahun. Satu-satunya hal terdekat yang dimilikinya dalam hubungannya dengan BtP adalah Michelle, seorang agen bagian intelijen dan juga sahabat Jaime. Karena Michelle, ia bisa sesekali mengendarai mobil mewah, memiliki laptop canggih edisi terbaru LXX... Dan karena Michelle jugalah, ia bertemu Nadia di pesta topeng anggota BtP di mana dirinya menyamar sebagai pasangan Michelle. Jaime jatuh cinta pada gadis itu namun sayangnya ia merasa kedudukannya sebagai pelayan tidak setara dengan Nadia.

Sampai 20 orang bertarung menghajarnya...

Jaime terbangun tanpa mengingat sedikitpun bagaimana caranya ia bisa selamat setelah melawan dua puluh orang. Dan sejak saat itu, kemampuan terbangnya kembali. Ia pun segera mendaftar untuk menjadi anggota BtP lagi. Sayangnya ia ditolak karena sudah pernah mendaftar dan gagal. Itu berarti ia tidak boleh menggunakan kekuatannya lagi karena kalau ketahuan, ia akan dijadikan spesimen percobaan di bagian penelitian BtP.

Namun di saat ia sedang mencari cara supaya bisa diterima BtP, datang sebuah kabar dari kelompok yang membenci BtP. Mereka ingin membunuh Nadia karena kekuatan yang Nadia miliki bisa membahayakan kelompok mereka. 

Kini Jaime harus menyelamatkan gadis yang dicintainya. Namun tidak hanya Nadia, ia pun tiba-tiba menjadi buronan. 

Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa semua orang seakan menginginkan dirinya mati? Apakah semuanya berhubungan dengan ingatannya yang hilang? Dan kenapa kekuatannya bisa kembali lagi?

Review:
Agak bingung gimana menulis review buku ini. Rasanya perjalanan membaca sepanjang 784 halaman itu seperti melewati jalanan yang tidak rata, naik-turun, menguras emosi, bikin tegang, bikin sedih, dan entah apa lagi. Saya tidak yakin bisa merangkum semuanya dalam sebuah review.


Sewaktu penulis meminta saya membaca buku ini, saya merasa aneh melihat judulnya. Katanya bergenre fantasi, tapi kok judulnya Hati Yang Terbaptis? Saya curiga ada membahas tentang agama seperti karangan Dan Brown. Lalu jumlah halamannya bikin syok. 784 halaman. Wah, bagus kayaknya ya. Biasanya novel tebal sih bagus. Mana mungkin penulisnya tahan bikin cerita jelek sepanjang itu?

Saya pun mulai membaca.

Prolognya bikin saya mengerutkan kening. Ini maksudnya apa ya? Biasanya prolog suka diambil dari kejadian seru di tengah buku dan dibiarkan menggantung penasaran. Sepertinya si tokoh utama bakal mati. Eh... tunggu dulu. Kok tiba-tiba si tokoh bikin solusi sendiri dan memutuskan untuk hidup?

Menurut saya, prolognya kepanjangan. Bahasanya puitis amat dan saya suka walau agak aneh melihat bahasa puitis pada buku fantasi. Cuma kayaknya prolog ini bisa dihapus tanpa mempengaruhi jalan cerita.

Lalu tokoh utama pun diperkenalkan. Namanya Jaime Hunter. Oke, saya punya kecenderungan aneh menyukai nama barat berinisial "J". Jadi, jelas saya suka namanya. Belum lagi pekerjaannya sebagai bartender karena dulu saya sempat ingin mendalami ilmu bartender itu.

Ide ceritanya mengenai orang-orang yang memiliki kekuatan super power setelah terjadi hujan energi. Saya rasa cerita seperti itu sudah umum. X-Man, Heroes, Fantastic Four... Dan lucunya si Jaime Hunter ini punya mimpi kalau dirinya bisa terbang. Saya langsung teringat Peter Petrelli di serial Heroes yang  keren itu. Sepertinya penulis terinspirasi dari serial itukah? Hmm...

Sepuluh bab pertama alurnya sangat lambat. Mungkin bagi orang yang tidak terbiasa baca, buku ini agak menyiksa awalnya. Sepuluh bab pertama hampir tidak menyuguhkan kejadian yang menarik selain berkenalan lebih dekat dengan tokoh-tokohnya. Tapi jangan salah. Kejadian yang sepertinya tidak penting itu ternyata berhubungan semua dengan pemecahan di akhir. Dan itu salah satu kehebatan novel ini. Saya tertipu bahkan sejak bab pertama saat Jaime diperkenalkan.

Saya tidak begitu mempermasalahkan typo karena memang penulis sudah bilang kalau karyanya belum di-edit. Pemilihan kata dan bahasa juga lumayan enak dibaca. Yang mengganggu hanyalah penggantian sudut pandang. Saya tidak begitu suka sudut pandang orang pertama sebenarnya. Tapi buku ini menggunakan sudut pandang orang pertama dan terkadang menjadi sudut pandang orang ketiga secara tiba-tiba. Saya rasa akan lebih bagus kalau dijadikan sudut pandang orang ketiga yang tahu segalanya. Lalu pikiran Jaime tidak perlu ditulis dalam cetak miring karena first POV berarti sudah mencakup pikiran dan monolog tokoh, tapi itu hanya pendapat saya sih...

Selebihnya saya hampir tidak mempunyai keluhan tentang cerita ini. Semuanya bener-bener unexpected dan bikin syok. Tokoh-tokohnya cukup nyata. Jaime sebagai tokoh utama pun memiliki banyak kelemahan, which is good, karena saya jadi bisa bersimpati dengan tokoh ini. Cuma yah mindernya kadang berlebihan. Ampunnnnn... Kayaknya si Jaime ini seneng banget ngomongin harga barang, terutama barang mahal yang dimiliki anggota BtP. Semuanya dibandingkan dengan jumlah gajinya sebagai bartender. Kasihan banget sih ini orang. Kebelet banget jadi anggota BtP.  

Eh, tapi minder begitu si Jaime masih suka tebar pesona ke cewek-cewek. Sumpah, gombalnya... keju banget. Keju dosis tinggi uy sampe saya ngakak melulu. Geli dan lucu aja (I know I have a weird sense of humor). Tapi hatinya tetap setia untuk Nadia seorang.

Saya bahas romance-nya deh. Action-nya mah terlalu perfecto magnifico, jadi tidak butuh dikomentari. Romance-nya tipe magical, seperti dongeng Cinderella atau The Little Mermaid. Cuma Cinderella-nya cowok. Ih, kesel deh. Ini penulis sepertinya tahu selera saya. Saya tuh suka banget romance kayak gitu. Love at first sight. Tapi saya cukup merasa masuk akal kenapa Nadia bisa suka sama Jaime. Soalnya kemunculan Jaime pertama kali itu cukup keren, menolong Nadia dan mengalahkan dua anggota BtP dalam beberapa detik saja. Kalau Jaime sih nggak usah ditanya, dia kan gatel sama cewek cantik. Lagipula gambaran Nadia sebagai cewek delicate dan kalem itu langsung mengaktifkan jiwa protektif si Jaime.

Tokoh favorit saya di buku ini adalah Michelle dan Xian. Michelle yang annoying dan suka iseng itu kayaknya asyik banget dijadiin temen. Apalagi dia suka ngerjain si Jaime sampai bikin Jaime kesel tapi nggak bisa ngelawan. Lalu si kakek Xian... Tenang namun menghanyutkan. Kekuatannya dahsyat banget. Cuma sayang. Kenapa dikau membiarkan kesalahpahaman berjalan begitu lama? Dasar drama. Drama para kakek nenek yang nggak ada kerjaan.

Endingnya sesuai ekspektasi saya. Bittersweet and heartbreaking. Walau sebenarnya Jaime tidak boleh melakukan itu pada Nadia.

Oh, tapi ternyata buku ini ada sekuelnya. Aaaarggghhh, paling sebel digantung begini. Mana penulisnya? Saya mau ngelem dia di kursi depan komputer biar ngarang seharian. Cepat selesaikan novelmu ini. *ngancem

Saran saya sebagai reviewer amatir (sebaiknya abaikan saja karena saya sangat sotoy): Karena ini novel masih belum diedit dengan benar, mungkin masih ada kesempatan untuk memperbaiki beberapa bagian. Novel ini memiliki banyak sekali pengulangan kalimat yang sama, terutama bagian Jaime selalu merasa tidak pantas untuk Nadia, gaji dia yang kecil, dan pengungkapan perasaan hatinya pada Nadia. Aturan show don't tell itu akan membuat novel ini jauh lebih tipis. Daripada menggunakan kalimat "aku mencintaimu" atau "aku merindukanmu" berulang-ulang, lebih baik gunakan deskripsi atau ekspresi atau apalah. Sepuluh bab pertama itu menurut saya harus dipotong lebih banyak lagi karena untuk membuat pembaca betah dengan novel ini, bab-bab awal harus menarik. Justru buku ini terlalu lambat di awal. Buang saja bagian Madame yang suka boros membeli alat-alat dapur, buang saja percakapan panjang Master dengan Jaime karena tampaknya Master bukan tokoh yang terlalu penting, dan entah apa lagi saya sudah lupa. Dan mungkin bikin Jaime biar nggak terlalu tebar pesona? Karena menurut saya, sosok heroik dalam diri Jaime sama sekali tidak cocok dengan kegemarannya menggoda setiap perempuan yang lewat. Kalau sifatnya jelalatan seperti itu, harusnya dia sudah tidak punya energi untuk menyelamatkan dunia dong. Lalu bagian spiritual dan filosofinya mungkin bisa dibuang beberapa karena tidak terlalu relevan dengan cerita. Yah, hanya sekadar saran sih. Saya melihat potensi besar dalam novel ini dan saya suka dengan twist-nya. Cuma berapa banyak orang yang bisa tahan dengan halaman-halaman awal yang membosankan untuk terus membaca sampai menemukan jawaban hebat di akhir? Saya sendiri sempat merasa bingung dengan hal-hal aneh di awal walau di akhir semua keganjilan itu tampak masuk akal. Tapi pembaca terkadang tidak punya kesabaran sebesar itu kalau bagian awal terlalu lambat.

Anyway, bunch of thanks for the author karena sudah kasih saya kesempatan buat membaca karyamu dan bikin saya terhibur sampai tidak tidur. Semoga karyamu bisa menjadi bestseller.

4/5

2 comments:

  1. Hebath. Bisa bertahan di sepuluh bab pertama. Kalo aku sudah kututup, hahaha...

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, abis aturannya harus abis kalo baca buku apapun... hahaha

      Delete