Judul : Hujan Dan Teduh
Penulis : Wulan Dewatra
Penerbit : Gagasmedia
Kepadamu, aku menyimpan cemburu dalam harapan yang tertumpuk oleh sesak dipenuhi ragu.
Terlalu banyak ruang yang tak bisa aku buka. Dan, kebersamaan cuma memperbanyak ruang tertutup.
Mungkin, jalan kita tidak bersimpangan. Ya, jalanmu dan jalanku. Meski, diam-diam, aku masih saja menatapmu dengan cinta yang malu-malu.
Aku dan kamu, seperti hujan dan teduh. Pernahkah kau mendengar kisah mereka? Hujan dan teduh ditakdirkan bertemu, tetapi tidak bersama dalam perjalanan. Seperti itulah cinta kita. Seperti menebak langit abu-abu.
Mungkin, jalan kita tidak bersimpangan....
Bacaan singkat. Saya membacanya sebelum pergi ke Changi Airport Singapore untuk pulang ke Indonesia. Terus-terang saja saya tidak menyangka buku setipis ini bisa menceritakan sesuatu sedalam itu.
Hujan dan teduh... Tidak ada hubungan antara judul dengan ceritanya. Bahkan untuk jenis cerita, saya justru lebih menyukai Till We Meet Again.
Tapi kenapa novel ini justru yang mendapat juara satu dalam lomba roman?
Alasannya terletak pada idenya yang tidak biasa. Tidak ada sesuatu yang sweet atau menjual mimpi dalam kisah ini. Lebih banyak sakit hati dan persoalan menyedihkan yang disebabkan oleh cinta itu sendiri. Tokoh utamanya terkesan lemah karena mampu menjadi budak cinta sekalipun saya menyukai tokoh Bintang ini karena kerelaannya berkorban luar biasa besar.
Kalau saya boleh jujur, saya juga bakal memilih novel ini untuk dijadikan juara satu. Masalahnya, novel ini sangat memorable. Bukan tipe yang dibaca selewat dan dilupakan. Tokoh utamanya yang ternyata punya kisah cinta tragis di masa lalu dengan seseorang, ketertarikan tidak normalnya pada sesama jenis (lesbian), dan pada saat ia mencintai seorang cowok... cowok itu kasar dan sedikit sadistis. Tapi demi cinta, Bintang rela memberikan semua miliknya yang paling berharga, bahkan maafnya berkali-kali untuk cowok itu.
Yah, yang membuat novel ini agak aneh adalah bagian cowoknya yang terlalu cepat berubah dan menyadari kalau Bintang sangatlah berharga baginya. Kesannya terlalu diburu-buru. Lalu endingnya yang menggantung cukup mengganggu saya. Kenapa endingnya hanya satu kalimat itu? Seharusnya ditambah lagi.
Tapi sekalipun begitu, saya memberikan tiga setengah bintang untuk novel ini.
Great!!! Dreamer is coming back again to Singapore... Oh, gosh...
:)
No comments:
Post a Comment