Saturday 31 December 2016

Priceless Moment


Judul : Priceless Moment
Penulis : Prisca Primasari
Tebal : 304 halaman
Penerbit : Gagasmedia

Yanuar ditinggal istrinya secara tiba-tiba. Kehidupannya yang normal seakan hancur tanpa penopang. Kini ia punya dua anak yang masih kecil untuk diurus. Ia baru sadar kalau selama ini dia bukan ayah yang baik. Ia terlalu sibuk bekerja sehingga tidak pernah benar-benar mengenal anaknya. 

Lalu Yanuar berkenalan Lieselotte, pegawai desain baru di perusahaan mebel tempat dia bekerja. Lieselotte sangat eksentrik dan tidak begitu disukai oleh pegawai yang lain. Desain mebelnya sangat berbeda dan dia lumayan ngotot dengan desainnya itu. Tapi entah kenapa Yanuar tertarik padanya. 

Tapi Yanuar tidak bisa mengulangi kesalahannya. Dulu ia memilih pekerjaan dan mengabaikan keluarganya. Ia mengecewakan almarhum istri dan kedua anaknya. Ia tidak bisa sembarangan mengikuti kata hatinya. Ia harus memilih prioritas hidupnya.


Review:
Sejauh ini, penulis Gagasmedia yang paling saya suka adalah Prisca Primasari. Ada sesuatu dalam cerita yang dia buat dan gaya penulisannya yang terasa magis. Dan buku ini juga tidak mengecewakan.

Salah satu tema cerita yang tidak pernah gagal bikin saya nangis adalah tentang ayah yang belajar melakukan pendekatan dengan anaknya. Apalagi Yanuar ini tipe yang kaku, dingin, dan menutup diri. Dia bahkan minta diajari cara membaca dongeng dari adiknya yang lebih flamboyan. Saya ikut sedih saat kedua anaknya, Acha dan Feru bilang kalau mereka tidak mengerti saat Yanuar baca dongeng. Aduh, deh. Susah kalau sudah menyangkut anak-anak. Mereka terlalu lucu untuk bisa ditegur bahwa mereka harus menghargai usaha ayahnya. 

Di sisi lain, Lieselotte adalah tokoh yang cukup unik. Keturunan setengah Jerman (salah satu negara favorit saya) yang penyendiri, percaya diri, dan mandiri. Dari luar dia terlihat kuat dan tak peduli, tapi ternyata aslinya dia rapuh. Dia menjaga hatinya dengan memilih sedikit orang yang bisa disayanginya. Dan dia juga seorang penulis dongeng. 

Sebenarnya dua orang penyendiri hampir tidak mungkin bisa saling mendekatkan hati. Siapa yang bisa berinisiatif untuk memulai? Tapi kedua orang ini adalah pengamat yang baik. Yanuar menyadari kerapuhan Lieselotte di balik kepercayaaan diri wanita itu. Ia bisa melihat bagaimana Lieselotte cocok mengobrol dengan kedua anaknya. Sementara itu, Lieselotte yang kerap dihina cara kerjanya merasa menemukan sosok atasan yang mau menghargai karyanya dalam diri Yanuar. Saya rasa bagi seorang pekerja seni, penghargaan jauh lebih berarti daripada apapun. Tidak perlu memuji, cukup memberi kesempatan, dan seniman itu akan menganggapmu seperti dewa. Hahaha...

Adegan yang paling bikin saya sedih adalah saat Acha mau ikut neneknya ke San Fransisco untuk melihat sekolah di sana. Sewaktu dia tidak jadi pergi dan bilang mau tinggal sama ayahnya saja... Sialan. Saya nangis pol. 

Dan endingnya... Kasihan Lieselotte. 11 tahun. Ya, ampun. Hidupnya sepi bener. 

Pokoknya buku ini keren. Saya pasti akan selalu menanti karya penulis satu ini.

4/5

No comments:

Post a Comment