Judul : A Gathering of Shadows (Shades of Magic #2)
Penulis : V.E. Schwab
Tebal : 508 halaman
Penerbit : Titan Books
It has been four months since a mysterious obsidian stone fell into Kell's possession. Four months since his path crossed with Delilah Bard. Four months since Prince Rhy was wounded, and since the nefarious Dane twins of White London fell, and four months since the stone was cast with Holland's dying body through the rift--back into Black London.
Now, restless after having given up his smuggling habit, Kell is visited by dreams of ominous magical events, waking only to think of Lila, who disappeared from the docks as she always meant to do. As Red London finalizes preparations for the Element Games--an extravagant international competition of magic meant to entertain and keep healthy the ties between neighboring countries--a certain pirate ship draws closer, carrying old friends back into port.
And while Red London is caught up in the pageantry and thrills of the Games, another London is coming back to life. After all, a shadow that was gone in the night will reappear in the morning. But the balance of magic is ever perilous, and for one city to flourish, another London must fall.
Now, restless after having given up his smuggling habit, Kell is visited by dreams of ominous magical events, waking only to think of Lila, who disappeared from the docks as she always meant to do. As Red London finalizes preparations for the Element Games--an extravagant international competition of magic meant to entertain and keep healthy the ties between neighboring countries--a certain pirate ship draws closer, carrying old friends back into port.
And while Red London is caught up in the pageantry and thrills of the Games, another London is coming back to life. After all, a shadow that was gone in the night will reappear in the morning. But the balance of magic is ever perilous, and for one city to flourish, another London must fall.
Review:
Review ini akan mengandung spoiler dari buku pertama. Jadi, bagi yang belum baca buku pertamanya, sebaiknya jangan membaca review ini.
Empat bulan setelah peristiwa di buku pertama, Lila bergabung dalam dunia bajak laut bersama sang kapten kapal yang bernama Alucard Emery. Di sisi lain, Kell harus berusaha untuk menerima tatapan penuh tuduhan dari raja dan ratu karena tindakan sembrononya telah mengakibatkan Pangeran Rhy meninggal. Agak aneh sih. Padahal si Kell sudah susah payah membangkitkan Rhy dari kematian dan mengikat nyawanya dengan si pangeran.
Kell ingin bebas dari tuntutan istana sebagai Antari terakhir. Rhy merasa galau karena hidupnya kini bukan lagi miliknya seorang. Ia tidak bisa mati selama Kell hidup. Ia juga kesal karena dia tidak pernah meminta Kell untuk berkorban begitu. Pokoknya ini dua orang galau, tidak tahu bagaimana menghadapi kondisi di antara mereka.
Kebetulan sebuah turnamen sihir antar kerajaan akan diadakan di Red London. Rhy menggunakan statusnya untuk membuat Kell diam-diam masuk ke dalam daftar peserta. Dengan nama samaran, tentunya. Kell awalnya tidak setuju karena kalau dia terluka, Rhy akan ikut merasakan sakitnya. Tapi... Kell butuh turnamen itu. Alasannya sangat aneh, menurut saya. Kell merasa terpenjara dan butuh menggunakan kemampuannya untuk merasa bebas, bertarung dan memamerkan keahliannya. Ugh.
Lalu ada Lila. Saya merasa tokoh satu ini tidak nyata. Kayak karikatur. Dia terlalu suka mengambil risiko dan cari mati. Pokoknya entah bagaimana caranya, dia memaksa ingin ikut turnamen sihir itu. Padahal kemampuan sihirnya saja masih pas-pasan. Dia baru berguru dari Alucard sebentar, tapi sudah nekad begitu. Jujur saja, saya tidak begitu mengerti kenapa banyak orang suka sama karakter ini. Badass, katanya. Tapi nggak realistis. Jalan pikiran Lila ini sangat nggak masuk akal. Saya mengerti sih alasan di balik keputusan-keputusan yang dibuatnya. Tapi rasanya tidak mungkin ada orang seperti ini. Seperti kata Kell, Lila ini one of a kind.
Yah, turnamennya sih tidak begitu spektakuler. Saya tidak terlalu peduli dengan Kell dan Lila. Toh, cuma turnamen. Saya lebih tertarik sama si Alucard. Entah kenapa begitu tokoh ini muncul, saya langsung suka. Charming dan keren gitu. Tenang, tidak ada cinta segitiga. Soalnya Alucard punya sejarah dengan Rhy.
Kyaaaa!!! Iya, saya memang aneh. Apa spesialnya sih gay? Tapi saya suka saja sama Alucard dan Rhy. Saya penasaran kenapa mereka putus dan saling patah hati.
Di tengah semua kejadian itu, ada hal lain yang menanti mereka di White London. Tentu saja Holland masih hidup. Saya sudah tahu itu. Soalnya cara matinya di buku pertama tidak tuntas.
Yah, buku ini menghibur. Sebagai sekuel, saya cukup lumayan menikmati membacanya. Tapi... buku ini tidak penting. Tidak ada kemajuan plot yang berarti. Turnamen yang menghabiskan sebagian besar bagian di buku ini juga tidak menyumbang apa pun ke dalam plot besar seri ini. Tapi peduli amat. Saya suka petualangannya. Saya juga suka sama dunianya.
Saatnya lanjut ke buku ketiga~~
4/5
No comments:
Post a Comment