Judul : A House Divided (House of Earth #3)
Penulis : Pearl S. Buck
Tebal : 536 halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cucu-cucu Wang Lung, petani sederhana yang seumur hidupnya harus bekerja keras mengolah tanah, kini tinggal menikmati hasil jerih-payah kakek mereka. Anak-anak Wang sang Tuan Tanah hidup berfoya-foya di kota pantai, sementara di dalam Rumah Keluarga Wang yang seluas istana, anak-anak Wang sang Saudagar tetap hidup sesuai tradisi lama, dilayani puluhan pelayan. Tujuan hidup mereka jelas: mengumpulkan harta sebanyak mungkin.
Di antara kedua gaya hidup itulah Wang Yuan, putra Wang si Macan, terombang-ambing. Sejak kecil dia tak pernah bahagia, dan tak pernah punya tujuan hidup yang jelas, sampai pada suatu hari dia dijebloskan ke penjara karena terlibat pemberontakan kaum revolusioner yang sesungguhnya tidak benar-benar dia pahami.
Di antara kedua gaya hidup itulah Wang Yuan, putra Wang si Macan, terombang-ambing. Sejak kecil dia tak pernah bahagia, dan tak pernah punya tujuan hidup yang jelas, sampai pada suatu hari dia dijebloskan ke penjara karena terlibat pemberontakan kaum revolusioner yang sesungguhnya tidak benar-benar dia pahami.
Review:
Saya ini jarang berhenti membaca serial di tengah-tengah. Saya selalu berkomitmen ingin baca sampai buku terakhirnya. Kecuali kalau bukunya memang terlalu parah.
Seri House of Earth ini bagus ceritanya, tapi entah kenapa saya merasa tiga buku itu kebanyakan. Wang Lung si tokoh utama di buku pertama kan sudah meninggal di awal buku kedua. Buat apa ada buku ketiga? Tapi seri ini memang menceritakan satu orang per generasi. Wang Lung, anaknya, dan lalu cucunya.
Buku ketiga ini menceritakan Wang Yuan, anak dari Wang si Macan yang tidak suka berperang seperti ayahnya. Dia lebih suka menulis puisi. Wang Yuan ini tipe pelajar. Dia bakal pindah dari rumah ayahnya dan tinggal bersama istri pertama ayahnya di kota besar. Di sana ia akan menghadapi banyak clash kebudayaan.
Dengan kemajuan zaman dan pengaruh negara barat, kota besar tempat Wang Yuan tinggal sangatlah berbeda dari desanya. Dia bergaul dengan banyak orang modern yang gaya hidupnya begitu bebas. Dia juga kuliah ke Amerika dan menyadari betapa berbedanya bangsa lain dari bangsanya. Yang saya tidak suka dari Wang Yuan adalah sikap sombong dan cepat tersinggungnya. Dia kerap kali membanggakan dirinya dan membenci bangsa lain hanya karena berbeda pendapat. Dia juga berpendirian lemah karena sangat takut memilih suatu pendapat. Dia lebih suka menjadi bunglon dan cari aman. Saya sangat tidak suka orang seperti itu. Palsu.
Awalnya, saya sempat terintimidasi dengan ketebalan buku ini dan kerapatan tulisannya. Tapi gaya penceritaan Pearl S. Buck sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Enak sekali dibaca. Mengalir banget. Ceritanya juga sangat menarik karena sangat berbeda dengan dua buku sebelumnya. Tapi saya agak tidak betah membaca si Wang Yuan yang sifatnya sering bikin saya kesal. Saya malah merasa kasihan pada Wang si Macan. Memang dibanding Wang Lung dan Wang Yuan, saya lebih suka Wang si Macan. Orang berprinsip walaupun sangat arogan. Cara dia mengungkapkan kasih sayang memang bukan cara terbaik, tapi saya tetap menyukai tokoh kompleks itu.
Sesuai dengan judulnya, saya sudah bisa menebak bagaimana akhir cerita di buku ini. Memang, generasi sebuah keluarga tidak akan mungkin bisa bertahan jika masing-masing dari anggotanya tidak saling bekerja sama. Apalagi dengan perubahan zaman, warisan Wang Lung habis karena ulah keturunan-keturunannya yang egois.
Sebuah trilogi fiksi sejarah yang temanya solid dan ceritanya bagus. Sangat recommended.
4/5
Saya ini jarang berhenti membaca serial di tengah-tengah. Saya selalu berkomitmen ingin baca sampai buku terakhirnya. Kecuali kalau bukunya memang terlalu parah.
Seri House of Earth ini bagus ceritanya, tapi entah kenapa saya merasa tiga buku itu kebanyakan. Wang Lung si tokoh utama di buku pertama kan sudah meninggal di awal buku kedua. Buat apa ada buku ketiga? Tapi seri ini memang menceritakan satu orang per generasi. Wang Lung, anaknya, dan lalu cucunya.
Buku ketiga ini menceritakan Wang Yuan, anak dari Wang si Macan yang tidak suka berperang seperti ayahnya. Dia lebih suka menulis puisi. Wang Yuan ini tipe pelajar. Dia bakal pindah dari rumah ayahnya dan tinggal bersama istri pertama ayahnya di kota besar. Di sana ia akan menghadapi banyak clash kebudayaan.
Dengan kemajuan zaman dan pengaruh negara barat, kota besar tempat Wang Yuan tinggal sangatlah berbeda dari desanya. Dia bergaul dengan banyak orang modern yang gaya hidupnya begitu bebas. Dia juga kuliah ke Amerika dan menyadari betapa berbedanya bangsa lain dari bangsanya. Yang saya tidak suka dari Wang Yuan adalah sikap sombong dan cepat tersinggungnya. Dia kerap kali membanggakan dirinya dan membenci bangsa lain hanya karena berbeda pendapat. Dia juga berpendirian lemah karena sangat takut memilih suatu pendapat. Dia lebih suka menjadi bunglon dan cari aman. Saya sangat tidak suka orang seperti itu. Palsu.
Awalnya, saya sempat terintimidasi dengan ketebalan buku ini dan kerapatan tulisannya. Tapi gaya penceritaan Pearl S. Buck sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Enak sekali dibaca. Mengalir banget. Ceritanya juga sangat menarik karena sangat berbeda dengan dua buku sebelumnya. Tapi saya agak tidak betah membaca si Wang Yuan yang sifatnya sering bikin saya kesal. Saya malah merasa kasihan pada Wang si Macan. Memang dibanding Wang Lung dan Wang Yuan, saya lebih suka Wang si Macan. Orang berprinsip walaupun sangat arogan. Cara dia mengungkapkan kasih sayang memang bukan cara terbaik, tapi saya tetap menyukai tokoh kompleks itu.
Sesuai dengan judulnya, saya sudah bisa menebak bagaimana akhir cerita di buku ini. Memang, generasi sebuah keluarga tidak akan mungkin bisa bertahan jika masing-masing dari anggotanya tidak saling bekerja sama. Apalagi dengan perubahan zaman, warisan Wang Lung habis karena ulah keturunan-keturunannya yang egois.
Sebuah trilogi fiksi sejarah yang temanya solid dan ceritanya bagus. Sangat recommended.
Seri House of Earth:
3. The House Divided (Runtuhnya Dinasti Wang)
No comments:
Post a Comment