Tuesday 5 July 2016

Cress


Judul : Cress (The Lunar Chronicles #3)
Penulis : Marissa Meyer
Tebal : 550 halaman
Penerbit : Puffin Books

Cinder and Captain Thorne are fugitives on the run, now with Scarlet and Wolf in tow. Together, they’re plotting to overthrow Queen Levana and her army. 

Their best hope lies with Cress, a girl imprisoned on a satellite since childhood who's only ever had her netscreens as company. All that screen time has made Cress an excellent hacker. Unfortunately, she’s just received orders from Levana to track down Cinder and her handsome accomplice. 

When a daring rescue of Cress goes awry, the group is separated. Cress finally has her freedom, but it comes at a high price. Meanwhile, Queen Levana will let nothing prevent her marriage to Emperor Kai. Cress, Scarlet, and Cinder may not have signed up to save the world, but they may be the only hope the world has.


Review:
Inilah kenapa saya selalu memberi kesempatan pada buku serian. Mungkin buku pertamanya biasa saja atau bahkan jelek. Yah, namanya juga perkenalan, membangun struktur dan plot cerita. Tapi buku kedua, ketiga, dan selanjutnya belum tentu sama. Seperti seri The Lunar Chronicles ini yang ternyata di luar ekspektasi. Mengejutkan. 

Di akhir buku kedua, Scarlet dan Cinder sudah berhasil mengudara di luar angkasa tanpa terdeteksi makhluk di bumi. Mereka masih belum tahu tujuan mereka selanjutnya. Cinder pun memutuskan untuk berkomunikasi dengan seseorang yang pernah memberikan informasi pada Nainsi, android milik Kai yang diperbaikinya di buku pertama.

Orang itu adalah Cress, seorang penduduk Lunar yang tidak punya kekuatan glamour. Semua penduduk yang tidak punya kekuatan biasanya diberikan pada Ratu Levana sejak kecil untuk dijadikan bahan percobaan atau dibunuh. Tapi Cress pintar. Dia jago meretas jaringan apapun sehingga ia dibiarkan hidup. Ia ditugaskan oleh Thaumaturge Sybil untuk memantau bumi dan membantu pesawat-pesawat Lunar masuk ke dalam bumi tanpa diketahui. Jadi, selama bertahun-tahun ia tinggal di satelit yang mengorbit bumi sendirian. Tanpa siapapun yang menemani selain miniatur dirinya yang direkam dalam bentuk artificial intelligence. Hanya Sybil yang mengunjunginya beberapa minggu sekali untuk mengirimkan makanan dan barang-barang keperluan lainnya.

Setelah pembicaraan mereka, Cinder dan krunya memutuskan untuk menyelamatkan Cress. Tapi ada kesalahan. Mereka terpisah. Cress dan Thorne terjebak dalam satelit yang jatuh turun menuju bumi. Kepala Thorne mengalami benturan dan matanya pun buta. Yah, sesuai dengan dongeng Rapunzel itu. 

Cress dan Thorne terjebak di Gurun Sahara. Rambut super panjang Cress dipotong oleh Thorne demi kemudahan. Dengan berbekal air sedikit dan udara yang super panas, mereka mengarungi gurun demi mencapai peradaban. 

Cress sudah lama jatuh cinta pada Thorne, si pencuri dan buronan terkenal. Padahal dia mengenal Thorne hanya dari pernyelidikannya di situs media dan internet. Cress terpesona akan wajah tampan Thorne, juga perbuatan kriminal Thorne yang ternyata memiliki alasan bagus di baliknya. Tapi tentu saja kenyataan tidak sama dengan media sosial. Walaupun begitu, hubungan Cress dan Thorne sangat lucu dan unyu. Cress yang kikuk dan tidak terbiasa bergaul harus berhadapan dengan Thorne yang pintar bicara dan narsis.

Sementara itu, Cinder berhasil menyelamatkan Wolf yang terluka dan menculik Jacin, pengawal pribadi Sybil. Sayangnya, Wolf tidak berfungsi untuk membantu karena depresi setelah mengetahui Scarlet tertangkap dan dibawa ke Lunar. Cinder menerbangkan pesawat ke arah Afrika untuk bertemu dengan dokter yang pernah menyelamatkan nyawanya dulu. 

Di sisi lain, Kai semakin pusing dengan tuntutan-tuntutan Ratu Levana yang bakal jadi permaisurinya. Tapi ia punya rencana cadangan yang terkesan putus asa. Diam-diam ia masih mencari keberadaan Putri Selene. 

Sedangkan Putri Selene alias Cinder yang merasa terjebak dengan status barunya itu baru berhasil menyusun dua rencana. Pertama, menculik Kai. Dan yang kedua... menciptakan revolusi.

Wow. Seri Lunar Chronicles ini asyik banget. Seru. Persilangan antara dongeng dan dunia android itu ternyata bagus. Nuansa canggih dan fairy tale-nya pas. Keren. Memang, seri ini bukan karya literatur yang luar biasa. Tapi asyik. Thorne dan Cress juga menyenangkan sebagai karakter walau saya masih lebih suka Scarlet dan Wolf. Terus, saya agak kurang suka dengan betapa mudahnya Thorne dan Cress akhirnya menemukan Cinder. Harusnya dibikin lebih rumit dan menegangkan.

Tinggal satu buku lagi. Ahay!

4/5

No comments:

Post a Comment