Judul : Seperti Sungai yang Mengalir
Penulis : Paulo Coelho
Tebal : 304 halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Seperti Sungai yang Mengalir berisi kumpulan renungan dan cerita pendek Paulo Coelho, kisah-kisah yang menggugah tentang kehidupan dan kematian, suratan takdir dan pilihan, cinta yang hilang dan ditemukan. Kadang humoris, kadang serius, tapi selalu dalam, buku ini––seperti semua karya Coelho lainnya––mengeksplorasi artinya menjalani hidup dengan sepenuh-penuhnya.
Review:
Ada sesuatu dalam tulisan Paulo Coelho yang membuat saya betah membacanya. Filosofi yang ditulisnya selalu sederhana dan mudah dicerna. Walaupun saya bukan penggemar buku-buku inspirasi dan motivasi, saya tetap setia membaca karya Paulo Coelho.
Buku ini hanya cerita-cerita pendek yang ringan namun bermakna. Cerita-cerita pendek itu merupakan pengalaman penulis sendiri, renungan, ataupun suatu dongeng yang menyiratkan suatu arti. Seperti judulnya, membaca buku ini terasa seperti sedang mengarungi sungai dengan sebuah rakit dilatarbelakangi angin yang bertiup pelan. Damai, tenang, dan menyejukkan (maafkan bahasa saya yang lebay, Saudara-Saudara...).
Ada banyak cerpen yang cukup menarik di dalam buku ini. Tapi yang paling berkesan adalah Kisah Sebatang Pensil. Seorang nenek sedang menasehati cucunya untuk selalu seperti sebatang pensil. Ada lima pokok yang harus diperhatikan, yaitu:
"Pertama, kau sanggup melakukan hal-hal besar, tetapi jangan pernah lupa bahwa ada tangan yang membimbing setiap langkahmu. Kita menyebutnya tangan Tuhan, dan Dia selalu membimbing kita sesuai dengan kehendak-Nya.
"Kedua: sesekali Nenek mesti berhenti menulis dan meraut pensil ini. Pensil ini akan merasa sakit sedikit. tetapi sesudahnya dia menjadi jauh lebih tajam. Begitu pula denganmu, kau harus menanggung beberapa penderitaan dan kesedihan, sebab penderitaan dan kesedihan akan menjadikanmu orang yang lebih baik.
"Ketiga; pensil-pensil ini tidak keberatan kalau kita menggunakan penghapus untuk kesalahan-kesalahan yang kita buat. Ini berarti, tidka apa-apa kalau kita memperbaiki sesuatu yang pernah kita lakukan. Kita jadi tetap berada di jalan yang benar untuk menuju keadilan.
"Keempat: yang paling penting pada sebatang pensil bukanlah bagian luarnya yang dari kayu, melainkan bahan grafit di dalamnya. Jadi, perhatikan selalu apa yang sedang berlangsung di dalam dirimu.
"Dan akhirnya, yang kelima: pensil ini selalu meninggalkan bekas. Begitu pula apa yang kaulakukan. Kau harus tahu bahwa segala sesuatu yang kaulakukan dalm hidupmu akan meninggalkan bekas, maka berusahalah untuk menyadari hal tersebut dalam setiap tindakanmu." (hal 13-14)
4/5
No comments:
Post a Comment