Tuesday 17 April 2012

Dari Datuk Ke Sakura Emas


Judul : Dari Datuk Ke Sakura Emas
Tebal : 168 halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Buku kumpulan cerpen ini dibuat untuk memberi sumbangan pada Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin yang kurang anggaran. Penulis para cerpen di sini merupakan penulis-penulis lokal yang namanya sudah sering terdengar.

Seperti biasa, cerpen harus dibahas satu per satu.

1. Datuk (Anwar Fuadi)
Hmm... Saya kurang suka sama cerpennya. Tidak ada klimaks. Nggak jelas maksudnya, ah.

2. Sebuah Keputusan (Alberthiene Endah)
Lumayan kaget sih sama endingnya. Ternyata... oh, ternyata... Boleh, deh. Bisa menjebak.

3. Ke Seberang Dermaga (Andrei Aksana)
Andrei Aksana itu salah satu penulis yang saya suka gaya penulisannya. Puitis banget sih. Tapi cerpennya nggak deh. Sampai akhir saya nggak ngerti si tokoh utama itu maunya apa. Cerai dengan suaminya atau selingkuh atau apa? Biasalah... saya memang lemot sama cerpen. 

4. Emak Ingin Naik Haji (Asma Nadia)
Bagus. Tapi biasa saja. Paling kasihan sama kejadian macam begini. Berusaha susah-susah dan saat akhirnya berhasil... mati konyol. Sialan!

5. Pagi Di Taman (Avianti Armand)
Cerpen ini seharusnya dikasih ke orang-orang yang seenaknya ngebuang orang tuanya ke panti jompo. Biar sadar bagaimana perasaan orang-orang tua kesepian itu.

6. Misalkan Ini Adalah Dongeng (Clara Ng)
Sakittttttttt!!!!! Gila!!!! Sinting!!!! Astaga, cerita ini super tega. Tokoh utamanya sudah autis diperkosa pula. 

7. Mencari Herman (Dewi "Dee" Lestari)
Sama seperti cerita Emak Ingin Naik Haji. Mati konyol setelah berhasil mendapatkan apa yang diinginkan. Es-We-Te...

8. Ingatan (Dewi Ria Utari)
Hmmm... Agak nggak yakin dengan cerpennya. Yang saya tangkap sih ceweknya selingkuh terus cowok selingkuhannya mati dan dia jadi gila or lupa ingatan. Ceweknya mikir kalau dia ngebunuh cowok itu dan ternyata sebenarnya orang lain yang melakukannya.

9. Kamis ke-200 (Happy Salma)
Ini cerpen juga nggak jelas. Nggak ada klimaksnya. Cuma tentang kakek yang sudah pikun dan keluarganya sedang mengobrol. Gajebo, ah.

10. Sambal Dadak (Icha Rahmanti)
Inilah penggambaran jelas perasaan kangen seseorang terhadap ibunya. Saya sangat mengerti sekali betapa masakan ibu selalu memang nomor satu.

11. Pagar Soka (Indra Herlambang)
Saya kurang suka dengan tema cerita yang ada bau-bau setan, dukun, dan kerasukan. Nyebelin.

12. Di Tempatmu Berbaring Sekarang (M. Aan Mansyur)
Mungkin dari seluruh cerpen di sini, saya paling suka yang ini. Mistik dan mengejutkan. Mengingatkan saya pada lagu Hangman di buku Mockingjay, Suzanne Collins.

13. Perempuan yang Berumah di Rumpun Bambu (Putu Fajar Arcana)
Nggak jelas. Ayahnya ke mana, woi? Matikah? Aneh juga kalau punya ibu yang ternyata perempuan yang berumah di rumpun bambu. Tapi, saya nggak yakin saya nangkep ceritanya dengan tepat.

14. Sakura Emas (Sitta Karina)
Gaya bahasanya sudah sangat saya kenal sekali. Memang Sitta Karina ini khas sekali tulisannya. Apik dan enak dibaca. Untuk cerpennya ini saya nggak suka. Kalau orang belum pernah baca karya-karyanya, pasti bingung deh sama kemampuan Kei. Saya langsung ngerti sih, cuma saya hanya mencoba kasih pendapat objektif saja (sok objektif =.=). 

Sekian. Saya memang bukan penggemar cerpen sih. Pikiran saya terlalu rumit dan bertele-tele untuk dikasih yang instan.

3/5

3 comments:

  1. sepertinya intinya ni buku gakbagus2 amat, meski yang nulis bagus-bagus amat
    #punyabelumdibaca

    ReplyDelete
  2. iya, penulisnya bagus tapi isinya sih biasa saja :)

    ReplyDelete
  3. kunjungan gan.,.
    bagi" motivasi.,.
    Orang miskin bukanlah seseorang yang tidak mempunyai uang,
    tapi ia yang tidak memiliki sebuah mimpi.,
    di tunggu kunjungan balik.na gan.,.,

    ReplyDelete