Judul : Of Bees And Mist
Penulis : Erick Setiawan
Penerbit : Gagasmedia
Resensi :
Meridia jatuh cinta pada Daniel saat masih berumur enam belas tahun dan dia tahu hidupnya akan berubah sejak hari itu.
Ketika laki-laki itu melamarnya, Meridia tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya karena punya alasan untuk keluar dari rumah. Tapi saat menjalani kehidupan sebagai pengantin baru di rumah mertua, dia mendapati rahasia tentang masa lalu keluarga itu yang selama ini tersimpan. Dan lebih mengejutkan lagi, Meridia juga menemukan kenyataan tak terduga tentang ‘keluarga baru’-nya yang membuat dia kini mempertanyakan cinta, keberanian, dan akal sehatnya....
*
Of Bees and Mist adalah karya debut mengagumkan Erick Setiawan, penulis muda kelahiran Jakarta yang kini tinggal di Amerika Serikat. Novel ini pertama kali diterbitkan di Amerika Serikat dan mendapatkan respons positif dari para kritikus. Of Bees and Mist menjadi finalis QPB New Voices Award (2010) dan longlisted bagi penghargaan International IMPAC Dublin Literary Award (2011). Novel ini juga telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.
Ketika laki-laki itu melamarnya, Meridia tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya karena punya alasan untuk keluar dari rumah. Tapi saat menjalani kehidupan sebagai pengantin baru di rumah mertua, dia mendapati rahasia tentang masa lalu keluarga itu yang selama ini tersimpan. Dan lebih mengejutkan lagi, Meridia juga menemukan kenyataan tak terduga tentang ‘keluarga baru’-nya yang membuat dia kini mempertanyakan cinta, keberanian, dan akal sehatnya....
*
Of Bees and Mist adalah karya debut mengagumkan Erick Setiawan, penulis muda kelahiran Jakarta yang kini tinggal di Amerika Serikat. Novel ini pertama kali diterbitkan di Amerika Serikat dan mendapatkan respons positif dari para kritikus. Of Bees and Mist menjadi finalis QPB New Voices Award (2010) dan longlisted bagi penghargaan International IMPAC Dublin Literary Award (2011). Novel ini juga telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.
Pengarang Indonesia yang menulis dalam bahasa Inggris?!!! Keren gila. Itu sebabnya saya penasaran membaca ceritanya. Apalagi buku ini mendapat tanggapan yang positif dari para kritikus sastra.
Yah, ceritanya bagus sih. Tapi masalahnya, saya tidak suka cerita surealisme, mistis, dan yang berhubungan dengan hantu-hantu. Sangat gelap juga tak masuk akal. Memang penggambaran tentang lebah dan kabut di sini cukup jenius karena cocok sekali dengan tokoh-tokohnya.
Saya suka Meridia, dia kuat dan tegar. Dia mampu membuat keputusan dan juga menjaga akal sehat saat diinjak-injak oleh sang ibu mertua.
Mungkin saya memang tidak begitu suka bagian mistis dan kepercayaan dari kisah ini, tapi saya tidak bosan sepanjang membacanya. Terutama saya harus memberikan penulis pujian untuk menciptakan tokoh yang sangat memorable dan mengesalkan seperti Eva, si ibu mertua.
Entah berapa kali saya hampir melempar buku ini saking kesalnya dengan tindakan Eva. Dia memanipulasi, berbohong, merencanakan sesuatu yang licik demi kepentingannya sendiri. Kalau saya yang jadi Meridia, buku ini pasti tidak akan lebih dari 200 halaman karena saya pasti sudah membunuh Eva saking marahnya. Kejam memang, tapi sehebat itulah tokoh antagonis ini membuat saya emosi. Saking lihainya, keluarganya sama sekali tidak menyadari pengaruh buruk Eva.
Buku ini menciptakan konflik keluarga yang bisa ditemukan dalam kehidupan nyata. Mulai dari ayah yang punya simpanan, ibu yang terlalu bodoh untuk memahami dunia luar selain mengurus rumah tangga, mertua gila yang suka mendominasi, pertengkaran suami istri akibat pengaruh ibu mertua, iri hati antara saudara yang terbentuk karena pilih kasih orang tua, dan masalah domestik dalam keluarga lainnya. Semuanya dikemas dengan tambahan kepercayaan dan ramalan aneh-aneh.
Yang paling berkesan tetaplah si Eva yang amit-amit jahatnya. Dia menjadi salah satu tokoh menyebalkan yang berkesan buat saya setelah Bella Swan dalam seri Twilight. Setidaknya Bella baik terhadap keluarganya sekalipun dia sangat egois dalam menyangkut Edward dan menggapai semua keinginannya.
Tiga bintang. Seharusnya sih empat bintang tapi... saya tidak suka magical realism dan sihir-sihirnya. UGH... No offense, though. Saya tetap suka sama bukunya dan pasti akan membaca karya-karya selanjutnya dari si Erick Setiawan ini.
Dreamer hates how the sounds of air conditioning in the bedroom are like the sounds of bees buzzing... NGUNGGGGGGG...
:)
No comments:
Post a Comment