Tuesday 5 August 2014

A Street Dream: The Evergreen Architecture


Judul : A Street Dream: The Evergreen Architecture
Penulis : Angel G
Tebal : 510 halaman
Penerbit : CV. Evergreen Creative House

Menyimpan mimpi untuk mengubah dunia dengan kejujuran, jutawan muda Sean Walker mengubur masa lalu gelapnya di balapan liar hutan evergreen bersama kisah misterius lenyapnya Billy. Ketika kehidupan barunya sebagai pembalap nasional sekaligus mahasiswa biasa di departemen arsitektur malah mempertemukannya dengan sahabat-sahabat tak biasa:

Nathan Evan—mahasiswa miskin nyaris dropped out yang berjuang menjadi DJ berbekal sepasang turntable tua, di tengah trauma akan kematian adiknya yang tertembak dengan kepala pecah dalam perkelahian gangster di club kota. 
Rachel Scott—mahasiswi arsitektur teladan yang tak pernah percaya pada mimpi. Hingga George Thomas—mahasiswa Departemen Musik yang membawa handgun kemana pun, rapper mantan penghisap ganja yang lahir dari kerasnya kehidupan kumuh ghetto penuh kriminalitas.

Cerita anak-anak muda yang mempertaruhkan sebuah keyakinan, mengejar mimpi, dan mencari arti kejujuran yang akhirnya malah mereka temukan di jalan jalan pinggiran kota. Mulai dari kisah imigran gelap yang menjadi pembalap kriminal di pinggir pelabuhan, corat-coret pemberontakan dalam graffiti ilegal di dinding lorong lorong kota, cinta seorang stripper, hingga penari dan rapper-rapper jalanan yang mengejar mimpi di bawah garis kemiskinan. Mulai dari nyaris terbunuh berandal-berandal kota yang berjuang bertahan hidup, anak kecil buruh perkebunan yang mengajarkan makna terbang tanpa sayap, hingga cerita kakek tua yang menjadi penyanyi jalanan di atas kursi roda. 

Semua akhirnya menguak filosofi indah di balik kisah lenyapnya Billy serta mimpinya dan Sean yang tak pernah berubah: mimpi untuk mengubah dunia... dengan murninya sebuah kejujuran hati.

Review:
Sebelum memulai menulis review, saya ingin minta maaf pada penulis karena saya bacanya lama banget. Kebetulan saya lagi sibuk dan belum sempat menulis review. Terima kasih juga sudah dikasih buku ini. Hehe...

Buku ini cukup tebal dan terutama tulisannya penuh sekali, spasi antara paragrafnya juga rapat-rapat. Yah, nggak pentinglah itu. Yang penting isinya. Dan menurut saya, cerita ini sangat menginspirasi untuk tetap bermimpi di tengah banyaknya kegagalan. 

Ceritanya tentang mahasiswa di Evergreen University. Tokoh utamanya adalah Sean Walker. Dia adalah pembalap terkenal yang sangat kaya. Bayangkan. Masih muda dan kaya. Dia kuliah juga sih, cuma asal-asalan karena dia sudah sukses sebagai atlet. Rasanya semua orang pasti pengen jadi seperti dia. Tapi ternyata dia kesepian karena kedua orang tuanya sudah meninggal. Dia menemukan persahabatan dengan orang-orang di jurusan arsitektur. Dua di antaranya adalah Nathan dan Rachel. 

Nathan Evan adalah tokoh yang paling bikin saya simpatik. Impiannya sederhana. Dia ingin menjadi DJ dan ditentang orang tuanya. Dia kuliah malas-malasan sampai diancam dikeluarkan dari sekolah karena terlalu banyak mata pelajaran yang tidak lulus. Dia tidak suka arsitektur seperti keinginan ayahnya. Saking pengennya jadi DJ, Nathan rela keluar dari rumah dan hidup di daerah kumuh dan tidak aman yang uang sewa rumahnya rendah. Dia bahkan tidak mau menerima bantuan dari Sean. Namun kesialan terus menimpa Nathan. Saya sampai greget sendiri. Kenapa sih nasib sial amat? Walaupun begitu, ada banyak sisi Nathan yang saya tidak suka. Orangnya agak plinplan dan suka bingung nggak jelas sendiri. Tapi karakternya sangat nyata buat saya.

Rachel adalah si sempurna yang selalu meraih kejuaraan di bidang arsitektur. Tapi dia merasa menemukan kebebasan setiap kali menggunakan mobil balap Sean dan berpacu gila-gilaan di sirkuit yang sulit. Sayangnya, dia kerap menyangkal passion-nya itu karena arsitektur lebih menjanjikan masa depan. Yah, mungkin inilah yang banyak dihadapi banyak orang di luar sana. Impiannya apa, tapi tidak berani mengambil jalan menuju impian tersebut karena terlalu bahaya. Cari aman, ceritanya. Hanya saja, saya lebih suka tokoh yang ingin berjuang daripada orang normal seperti Rachel ini.

Para tokohnya bukan orang Indonesia. Mungkin itu satu alasan saya tidak begitu suka buku ini. Saya selalu lebih suka orang Indonesia menulis tokoh orang Indonesia lagi. Memang, penulis sangat pandai menggambarkan budaya, kebiasaan, cara bicara, dan juga deskripsi tempat di luar negeri sehingga cerita terasa hidup. Tapi tetap saja saya lebih suka yang lokal gitu. Eh, tapi jangan salah. Saya tetap menganggap ceritanya keren. Beneran. Saya suka sekali cara penyampaiannya. Banyak deskripsi settingnya yang asyik banget. Banyak kata-kata bijaknya pula. Kebetulan si Sean mantan murid filosofi, jadi suka mengeluarkan kalimat-kalimat bagus yang bikin kesel si Nathan. Selain itu, buku ini banyak tulisan miringnya, alias bahasa Inggris. Kalau mau baca buku ini, setidaknya harus bisa bahasa Inggris sedikit-sedikit dan tahu beberapa kata gaul yang digunakan. Bahasanya juga agak kasar karena dunianya mencakup dunia bar, prostitusi, kaum kelas bawah, dan dunia malam. Tapi di situlah letak kehebatan penulis yang bisa menuliskan cerita penuh warna ini.

Sebenarnya tokoh-tokohnya cukup banyak. Tapi saya tidak terlalu peduli sama mereka karena porsi mereka hanya sedikit di cerita ini. Dari semuanya, anehnya saya paling suka kisah ayah dan ibu Sean. Sedih dan tragis, uy. Yah, maklum. Saya memang suka yang sedih-sedih gitu. Dan ternyata ada rahasia di balik identitas Sean. Keren gila ini orang. Tapi agak nggak masuk akal, nggak mungkin ada orang kayak begitu soalnya. 

Secara keseluruhan, ini buku yang sangat menginspirasi. Pesan moralnya memang sangat idealis, tapi penting buat mereka yang tetap ingin menggapai impiannya masing-masing.

“Just like a dream I ’ve found on the street—tak peduli kau arsitek atau bukan, arsitektur paling agung tetaplah bangunan bernama kehidupan. Penari atau DJ, rapper atau pembalap liar, apapun, all is good, jadilah arsitek untuk kehidupanmu sendiri...  Seperti pepohonan evergreen yang selalu hijau, waktu dan musim bisa mengubah segalanya, tapi tidak dengan siapa dirimu sebenarnya...” - Sean Walker

4/5

1 comment:

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete