Sunday 4 September 2011

First Love Forever Love


Judul : First Love Forever Love
Penulis : Shu Yi
Penerbit : Serambi
Resensi :
Jika saat itu aku punya keberanian, cinta kita pasti tak akan berakhir seperti ini. Jika saat itu kamu gigih, kisah kita pasti tak akan menjadi begini.

Cinta pertama telah menorehkan luka di hatiku. Menyisakan malam-malam penuh derai air mata, mengingatkanku selalu kepadamu, pada cinta kita …

Kita sering tak mengerti apakah yang dinamakan cinta. Dulu aku selalu berpikir cinta bisa melampaui segalanya. Saat itu aku tak tahu bahwa ternyata ada kekuatan lain yang disebut takdir … Kita tak bisa melakukan apa pun untuk mengubahnya dan hanya bisa menerimanya.

Novel indah yang berkisah tentang kenangan cinta pertama yang sangat romantis ini dipersembahkan kepada mereka yang meyakini kekuatan cinta.


Saya awalnya tidak tertarik sama buku ini. Tapi karena ada yang merekomendasikan, jadi deh penasaran.

Setelah membaca buku ini, terus terang saya tidak bisa berkomentar lain selain LUAR BIASA. Saya adalah penggemar cerita dramatis dan penuh tragedi. Dan novel ini bisa dibilang menyajikan semuanya dalam porsi yang cukup berlebihan.


Akhirnya tragis namun sangat mengena. After-tastenya terbayang-bayang terus sampai saya nggak bisa tidur. 


Dulu saya tidak suka sama cerita sad ending. Tapi semakin ke sini, saya tidak keberatan karena justru cerita sad ending itulah yang lebih diingat.

Cerita dimulai saat Zhao Mei atau Meimei kuliah di Odessa, sebuah desa kecil di Ukraina. Dia tinggal bersama temannya, Peng Wei Wei. Di awal saya bisa melihat betapa polos dan bodohnya Zhao Mei. Tipikal cewek Asia kali ya. Lemah dan sering menangis.


Sampai suatu hari ia diselamatkan oleh seorang pria yang hanya dikenalnya lewat suaranya. Dan pria itu, Sun Jiayu adalah seorang playboy mata keranjang yang bekerja sebagai penyelundup barang-barang impor gelap. 

Cinta tak bisa memilih...


Zhao Mei tidak pernah ingin mencintai Jiayu yang adalah pacar Wei Wei, sahabatnya. Hanya saja saat hubungan kedua orang itu putus, Jiayu terus mendekatinya. Saya saja langsung suka dengan Jiayu yang tengil dan terlalu pede dalam meluluhkan hati Zhao Mei. Apalagi si Zhao Mei.


Jiayu tidak pernah ingin berhubungan dengan Zhao Mei. Namun saat suatu hari dia mengambil "kepolosan" Zhao Mei, dia mungkin jadi merasa bersalah. Tapi semakin lama, Zhao Mei berhasil menimbulkan rasa sayangnya melalui keceriaan dan kemurniannya. 


Gadis bodoh... begitu menurut Jiayu. Mulut Jiayu memang kasar dan kurang ajar. Bahkan tak jarang Zhao Mei marah karena Jiayu begitu tidak berperasaan setelah mengambil "miliknya".


"Aku ini mata keranjang dan tidak punya tanggung jawab, juga tak bisa merayu dengan romantis, tapi mengapa kau masih ingin hidup denganku ?”


Saya bisa merasakan perlahan-lahan cinta tumbuh di hati Jiayu, dilihat dari ekspresi dan sikap sehari-harinya pada Zhao Mei. Saya sendiri tersentuh dengan pengorbanannya pada Zhao Mei. Ia rela mati-matian menjaga dan melindungi Zhao Mei sekalipun mulutnya memang jahat dan suka menghina.


Zhao Mei tidak pernah benar-benar mengenal Jiayu. Dia mencintai pria itu tanpa syarat dan dengan cinta yang buta. Tapi sesungguhnya kalau dia tahu masa lalu Jiayu, dia pasti bisa jauh lebih memahami pria itu.


Bercerita tentang kesalahan-kesalahan. Seandainya Zhao Mei tidak pernah jatuh cinta pada Sun Jiayu, semua tragedi hidupnya tidak akan pernah terjadi. Ini sih parah. Jiayu digambarkan sebagai pembawa sial terhadap semua perempuan yang dicintainya. Perempuan pertama kabur dengan uangnya, perempuan kedua yang adalah sahabat Zhao Mei mati bunuh diri, dan yang terakhir... Saya speechless. Zhao Mei rela mengorbankan semuanya demi cintanya pada Jiayu. Bahkan ia rela tidur dengan mantan rekan bisnis Jiayu hanya demi uang supaya bisa membebaskan pria itu dari penjara. Tapi semua tindakannya malah membuat dirinya kehilangan pria itu. Kejam sekali. Hanya gara-gara kebodohan dan kepolosannya, Zhao Mei membahayakan nyawa dan kekayaan Jiayu. Tapi tetap saja. Jiayu masih terus melindungi dan mengutamakan Zhao Mei. 

"Perempuan tak bisa melupakan lelaki yang mampu membuat mereka meneteskan air mata. Begitu juga halnya dengan lelaki. Mereka hanya ingat pada perempuan yang pernah membuat mereka sakit hati"

Itu adalah perkataan Luo Qian, salah satu kenalan Jiayu setelah Jiayu berhasil keluar dari penjara dari uang yang dikumpulkan Zhao Mei. Hanya saja Jiayu tidak mau bertemu Zhao Mei lagi karena merasa telah menghancurkan gadis itu. 

Begini lengkapnya.


"Duh, Nona. Aku beri tahu kau sesuatu hal yang menyenangkan. Kemarin sore Lao Qian (mantan rekan bisnis Jiayu) datang ke tempatku. Dia membawa kaset rekaman video dan mencari Jiayu. Dia membawa benda ini untuk ditukarkan dengan jaringan kerja yang dikumpulkan Jiayu di Ukraina selama tujuh tahun ini. Jika tidak, dia akan menyebarkan isi rekaman video ini di internet. Jiayu tak punya pilihan dan terpaksa menuruti kemauannya. Jerih payah selama tujuh tahun, kau tahu apa artinya? Selain itu, kau ingin tahu apa isi rekaman video itu?" (Sumpah saya sudah tahu apa kelanjutannya setelah membaca kalimat ini. Saya sampai syok sendiri karena sebelumnya tidak terlalu dijelaskan dengan jelas apa yang dilakukan si Zhao Mei dengan Lao Qian)

"Apa maksud ucapanmu ini?"


"Menurutmu apa maksudku? Kau tidur dengan lelaki demi dua puluh ribu dolar AS, pelacur paling mahal di Odessa pun takkan semahal itu. Kaupikir siapa dirimu? Kau ingin tahu apa yang telah dilakukan Lao Qian? Ya. Lao Qian menggunakan kamera tersembunyi. Dengar, Zhao Mei. Kenapa kau tak berpikir dengan otakmu? Apa tindakan ini masuk di akal? Apa kaupikir semua lelaki itu bodoh? 


"Uang untuk menyelamatkan nyawa seorang lelaki didapat dari kekasihnya dengan menukarkan tubuhnya. Ini ibarat belati yang ditusukkan pada dirinya secara hidup-hidup! Kau mengerti? Kau membuat dia tak lagi punya harga diri untuk menemuimu.


"Zhao Mei, saat aku seumurmu, aku bahkan lebih bodoh darimu. Aku beri kau sebuah saran. Kau harus ingat baik-baik. Jangan sekali-kali kau memandang terlalu tinggi pengaruhmu terhadap lelaki. Mereka punya dunia dan prinsipnya sendiri. Juga jangan korbankan dirimu demi mereka. Mereka akan berterima kasih kepadamu, tapi takkan membuat mereka lebih mencintaimu." 

Saya kaget-sekagetnya. Kasihan sekali keduanya. Cinta yang tak sejalan dengan takdir... 

"Lupakan semua ini. Teruskan impianmu. Berjalanlah terus dan pasti ada orang lain yang mencintaimu dibandingkan aku."

Itulah pesan terakhir Jiayu disertai uang puluhan ribu dolar untuk biaya kuliah Zhao Mei di Austria.

Epilognya adalah satu setengah tahun kemudian di mana Zhao Mei sedang kuliah di Austria melanjutkan studinya belajar piano. Suatu hari ia melihat pengumuman pencarian dirinya oleh seorang bernama Cheng Ruimin, sahabat Jiayu. Tapi pengumuman itu sudah lima bulan berlalu. Dari Ruimin, Zhao Mei baru tahu kalau Jiayu sudah meninggal dua bulan lalu (terlambat!!) karena kanker lambung. Memang Jiayu selalu terkena keram lambung kalau sedang tegang. Tapi saat Zhao Mei dulu menyuruhnya ke dokter, Jiayu tidak mau menurut. Jadi saat terakhir diperiksa, semua sudah terlambat.

Jiayu meninggalkan sebuah alkitab yang selalu dibacanya saat menunggu Zhao Mei les piano dulu. Memang Jiayu sempat membayarkan guru les piano untuk Zhao Mei. Kata Ruimin, Jiayu selalu membawa alkitab itu ke mana-mana sampai ajal menjemputnya. Di alkitab itu Zhao Mei menemukan sebuah foto dirinya sedang tertawa gembira di depan piano. Di belakangnya bertuliskan : Perempuanku, kudoakan kau berbahagia seumur hidupmu!


Namun di dalam hari-harimu yang sunyi dan sedih,
Kumohon sebutkan namamu dengan lirih
Katakan bahwa ada yang sedang merindukanku
Di dunia ini aku hidup di dalam hati seseorang yang merindukanku


Puisi di atas itu penggalan dari karya Pushkin, sang penulis Rusia yang berjudul "Namaku". Puisi itu sebenarnya dibisikkan kepada Jiayu oleh seorang gipsi peramal. Ternyata si gipsi sudah tahu akhir dari nasib si Jiayu. Kepada Zhao Mei, si gipsi memberitahu kalau tubuhmu akan berada di satu tempat namun hatimu di tempat lain dan atas paksaan para dewa hatimu akan terus berkelana. 

Tragis gila. Zhao Mei yang polos baru tahu di akhir kalau selama ini Jiayu benar-benar mencintainya dan bukan hanya sebagai pengganti pacar pertamanya yang dulu mirip dengan si Zhao Mei. Dan parahnya Zhao Mei nggak pernah sekalipun mengucapkan "I Love You" pada si Jiayu. Teganya, teganya, teganya...

...Ternyata dia ingin menggunakan cara-cara itu untuk berterus-terang kepadaku bahwa apa yang dia lakukan untukku memang hanya sejauh itu saja. 

Sayangnya, saat itu aku mengira sudah berhasil memahami betapa kejamnya cinta. Pikirku, aku telah berhasil membuka kedok seorang pria yang sebenarnya. Namun, ternyata saat itu aku masih terlalu muda. Aku masih belum mengerti apa-apa. 


Hari ini akhirnya aku paham, tetapi semuanya sudah terlambat, sangat terlambat.

Dan yang paling parah...


Aku mengulurkan tangan untuk melihat telapak tanganku. Di sana seolah mengalir masa lalu yang perlahan-lahan pergi. Cintaku yang pernah hilang di Odessa, dalam tempo 10 bulan kini telah menjadi jalinan cinta yang sehidup dan semati. Ternyata mencintai seseorang bergantung pada takdir dari langit dan tak bisa ditentukan oleh diri sendiri. 

Masa-masa yang paling indah dalam hidup, saat itu justru terasa biasa-biasa saja. Namun kini, ketika aku menolehkan kepala, barulah aku sadar, ternyata masa-masa yang paling kemilau justru telah lama berlalu. 


Musim dingin di Austria juga diwarnai salju lebat. Namun, aku tak pernah lagi hujan salju sebesar yang kualami di Gunung Carpathian saat itu. Aku juga tak pernah bertemu  lagi dengan seseorang yang seperti dia. Seseorang yang mencintaiku layaknya dia mencintai nyawanya sendiri.

Oh, my God...


Romantis? Lumayan sih. Saya suka sekali pada tokoh Jiayu yang cerewet dan narsis. Dia sangat tegas dan blak-blakan. Namun di balik semua sikap itu dia menyimpan kelembutan dan dia selalu melindungi orang-orang yang disayanginya sampai titik penghabisan.
 
Empat bintang. Sayang sekali saya tidak bisa menangis sekalipun ceritanya begitu sedih. Terjemahannya buruk dan banyak sekali kesalahan ketik. Lalu gaya bahasa penulisan Mandarin memang kurang cocok mungkin di otak saya. Banyak sekali majas dan peribahasa yang cukup aneh walaupun bisa dimengerti.


Tapi saya sangat menyukai ceritanya. Buku favorit saya menggeser kedudukan Jane Eyre. 


Dreamer is sad because my family went back to Indonesia,


:)

No comments:

Post a Comment