Judul : Heartbreak Motel
Penulis : Ika Natassa
Tebal : 400 halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Dalam hidup yang tidak pernah berhenti menyimpan misteri dan menyembunyikan arti, tidak selalu memberikan jawaban atas setiap pertanyaan, dan waktu bergulir—satu jam, satu momen, satu hari, satu minggu, satu bulan—pertanyaan dan permasalahan baru terus lahir sebelum yang lama sempat terurai, Ava menemukan panggilan hati sebagai aktris sejak usianya enam belas tahun. Berpindah dari satu peran ke peran lain—ada yang dia pilih, ada yang memilihnya—Ava berupaya membuat semua yang tidak dipahaminya tentang takdir menjadi terasa masuk akal. Dia tidak peduli bahwa setiap selesai memikul peran, dia harus menyepi, jungkir balik memulihkan diri di ssatu tempat yang disebutnya Heartbreak Motel.
Di ulang tahunnya yang ketiga puluh, dimulai dari tempat itu, pertanyaan-pertanyaan baru menyergapnya tumpang-tindih, dihadirkan oleh tiga lelaki yang mengisyaratkan sekaligus mengecoh masa lalu, masa kini, dan masa depannya.
Di ulang tahunnya yang ketiga puluh, dimulai dari tempat itu, pertanyaan-pertanyaan baru menyergapnya tumpang-tindih, dihadirkan oleh tiga lelaki yang mengisyaratkan sekaligus mengecoh masa lalu, masa kini, dan masa depannya.
Review:
Sepertinya saya tidak pernah bisa menyukai cerita yang tokoh utamanya seorang aktor ataupun figur terkenal. Terlalu glamor mungkin. Saya lebih suka mengikuti karakter yang sunyi dan tenang kehidupannya. Kayak capek saja gitu mengikuti skandal dan masalah yang ditimbulkan fans serta berita media.
Ava adalah aktor yang sangat terkenal dengan film-film unik yang dibintanginya. Dia itu kalau sudah beres akting selalu pergi ke satu motel untuk menyendiri dan mengembalikan jiwanya ke dirinya yang sebenarnya. Saking menjiwai karakter kali ya. Sampai tidak bisa membedakan Ava yang asli atau karakter yang diperankannya.
Buku ini punya alur yang sangat acak dan maju mundur seperti khasnya Ika Natassa. Sayangnya, semua itu tidak bisa mengisi karakter seorang Ava. Sampai akhir saya tetap merasa dia itu kosong belaka. Alurnya lambat dan itu tidak masalah buat saya kalau memang tokoh yang diikuti itu menarik. Sayangnya, saya bahkan tidak bisa suka dengan romance yang muncul di akhir. Terlalu cepat dan kurang esensi.
Tapi Ika Natassa selalu menang dari diksinya yang enak dibaca. Saya termasuk yang menikmati diksi saat membaca.
3/5

No comments:
Post a Comment