Wednesday, 12 June 2013

Lapis Lazuli


Judul : Lapis Lazuli
Penulis : Fenny Wong
Tebal : 360 halaman
Penerbit : Diva Press

Belasan tahun lalu, Kerajaan Gondvana terpaksa menyerah di bawah pemerintahan Kerajaan Luraxia. Sang raja menyerahkan putrinya pada raja Luraxia untuk dijadikan selir dengan berat hati. Namun, sang putri meninggal dalam kesendiriannya di tempat asing.

Kini, Pangeran Aran sudah siap menyerang Kerajaan Luraxia demi balas dendamnya atas kematian kakaknya itu. Tapi sang ayah tidak mengizinkannya karena ia punya rencana lain.

Sementara Kerajaan Gondvana punya Pangeran Aran yang berdedikasi kuat terhadap kerajaannya, Kerajaan Luraxia dipenuhi oleh para pangeran yang ingin berebut kekuasaan. Sekalipun begitu, para pangeran itu sadar akan rencana penyerangan Pangeran Aran. Dan mereka pun mengajukan gencatan senjata dengan memberi banyak intan dan upeti yang jumlahnya sangat banyak.

Tapi Raja Gondvana hanya punya satu keinginan: Putri Lethia, putri tercantik di Kerajaan Luraxia. Ia hanya ingin mengulang apa yang terjadi dulu pada putri kesayangannya. Mata ganti mata, gigi ganti gigi.

Tanpa sepengetahuan kakak kandungnya, Lethia diculik oleh kakak-kakak tirinya dan dibawa ke istana Gondvana untuk dipersembahkan sebagai tahanan Aran. Perdamaian pun berhasil disepakati.

Hanya saja Pangeran Balvier, kakak kandung Lethia tidak mau menerima kenyataan kalau adiknya terjebak di istana Gondvana. Ia mempersiapkan perang untuk merebut Lethia kembali. Ia bahkan tidak peduli pada daerah kekuasaannya yang siap direbut oleh kakak-kakaknya yang lain. 

Saat Aran akhirnya mendapatkan perang yang diinginkannya, ia pun enggan meneruskan dendamnya. Karena ia tidak mungkin membunuh Balvier dan menghancurkan Luraxia... saat ia jatuh cinta pada putri kerajaan itu.

Review:
Sejak saya membaca cerita ini di blog Fenny, saya tidak pernah bisa lupa dengan kisahnya. Waktu itu, saya menganggap ceritanya terlalu diburu-buru dan karakternya kurang diperdalam. Saya memutuskan untuk membacanya lagi setelah diterbitkan karena saya ingin tahu apa yang diubah dalam ceritanya.

Ternyata jalan cerita dan plotnya banyak yang diubah. Tokoh pentingnya lebih mendapatkan porsi dialog dan narasi. Interaksi Aran dan Lethia juga lebih banyak. Namun pendapat saya tetap satu, Lapis Lazuli adalah cerita paling menarik yang pernah saya baca. Dan saya beneran serius. Dari entah berapa banyak novel dan buku cerita yang saya baca, saya paling suka Lapis Lazuli. Kenapa? Bukan karena teknik menulis, dialog, tokoh, adegan, atau segala tetek-bengek tentang cara menulis novel yang baik. Tapi murni karena ceritanya. Ini sangat subjektif ya. Saya suka fiksi. Kalau dibedah lagi, saya mengakui saya jauh lebih suka fantasi, drama, dan kisah tragedi. Dan kalau mau lebih spesifik lagi, saya suka fantasi yang melibatkan perang, kerajaan, putri, pangeran, pengkhianatan, tragedi, dan ending yang bittersweet (pengakuan: saya memang penggemar fanatik Putri Huan Zhu). Jadi, nggak aneh kalau saya suka banget sama Lapis Lazuli. Semua unsur yang saya sebutkan barusan ada di dalam buku ini. Saya sampai surprised sendiri. 

Sekarang soal detail... Novel ini memang kurang detail. Saya tahu kalau semuanya demi memadatkan isi cerita dalam satu buku. Padahal seharusnya kisah ini bisa diperpanjang sedikit menjadi dua buku supaya lebih terasa emosi dan ketegangannya. Saya masih tetap suka dengan gaya menulis Fenny yang super apik. Dan saya terkejut kalau dia menggunakan bahasa jadul yang sangat sastra dan puitis untuk dialog-dialognya. Mungkin tujuannya supaya menunjukkan sisi medieval dan kunonya. Saya tidak masalah dengan itu. Sedikit cheesy dan aneh, tapi kan memang begitu orang zaman dulu bicara. 

Saya suka dengan sedikit latar belakang masing-masing tokohnya yang disebutkan di dalam buku ini. Semuanya punya kisah tragedi sendiri yang mendorong mereka melakukan kejahatan dan juga balas budi. Jenderal Antares, Pangeran Balvier, Pangeran Aran, Putri Lethia, Pangeran Alderamin... Singkat namun membekas saking kerennya. 

Dan endingnya... Saya tidak tahu harus komentar apa. Perumpamaan anak petani dan gadis penjual bunga itu sukses bikin saya mewek dahhh. Terlalu bagus. Tidak perlu kata cinta sama sekali, cukup satu adegan itu. Jleb...

Perfecto magnifico!! Sayangnya kurang panjang dan kurang detail. Dan typo-nya, ugh...

4/5

2 comments:

  1. Ci, makasih yahh reviewnya ^^ Glad you enjoyed it.

    ReplyDelete
    Replies
    1. sama-sama, fen... kapan nih novel selanjutnya? :D

      Delete