Sunday 6 November 2022

Persona


 Judul : Persona
Penulis : Fakhrisina Amalia
Tebal : 248 halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Namanya Altair, seperti salah satu bintang terang di rasi Aquila yang membentuk segitiga musim panas. Azura mengenalnya di sekolah sebagai murid baru blasteran Jepang yang kesulitan menyebut huruf L pada namanya sendiri.

Azura merasa hidupnya yang berantakan perlahan membaik dengan kehadiran Altair. Keberadaan Altair lambat laun membuat perasaan Azura terhadap Kak Nara yang sudah lama dipendam pun luntur.

Namun, saat dia mulai jatuh cinta pada Altair, cowok itu justru menghilang tanpa kabar. Bukan hanya kehilangan Altair, Azura juga harus menghadapi kenyataan bahwa orangtuanya memiliki banyak rahasia, yang mulai terungkap satu demi satu. Dan pada saat itu, Kak Nara-lah tempat Azura berlindung.

Ketika Azura merasa kehidupannya mulai berjalan normal, Altair kembali lagi. Dan kali ini Azura dihadapkan pada kenyataan untuk memilih antara Altair atau Kak Nara.

Review:
Azura si pendiam yang tidak punya teman ini memiliki dunianya sendiri. Saat ayahnya pergi dan ibunya melarikan diri dalam pekerjaan, Azura yang merasa tertolak mulai menutup diri. Bahkan di sekolahnya saja dia tidak berinteraksi sama siapa pun. Sampai dia bertemu murid baru, cowok blasteran bernama Altair yang ingin sekali menjadi temannya.

Sebenarnya sih begitu tahu namanya Altair dan settingnya di Palangkaraya, saya sudah tahu mau dibawa ke mana ceritanya. Karena ya menurut saya sih, cowok blasteran Jepang pasti sekolahnya di Jakarta. Apalagi si Azura ini suka melukai diri sendiri. Jadi, saya pengen lihat bagaimana penulis mengungkap semua rahasia Azura kepada orang-orang di sekitarnya.

Idenya cukup sederhana buat saya, namun penulis mampu menciptakan karakter kompleks seperti Azura yang dari awal sudah menarik perhatian saya. Karakter Azura ini narator yang sangat bikin penasaran. Dia polos, pemalu, dan penuh luka. Entah kenapa karakter seperti ini selalu resonate dengan saya. 

Recommended sebagai bacaan remaja yang mengedukasi tentang mental illness.

3/5

No comments:

Post a Comment