Judul : Jejak Kenangan
Pengarang : Rina Suryakusuma
Tebal : 264 halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Duka masa lalu membayangi Allysa Gumulya. Berawal dari ayah yang tak pernah dikenalnya, kepergian ibunda yang sangat dicintainya, juga masa remaja penuh keprihatinan karena perbuatan gadis kejam yang tak berperasaan.
Ally bersumpah, demi malam yang dilaluinya dengan tangis, kesempatan untuk membalas luka masa lalunya akan tiba. Dan saat yang ditunggu itu memang tiba. Gadis masa lalu itu, Nadia Wibrata, hadir sebagai tunangan Ivan Adidjaja, pria yang sangat Ally cintai.
Solusinya terasa sangat mudah untuk Ally. Rebut Ivan, buat pria itu mencampakkan Nadia. Tapi, tidak semua kejadian berjalan seperti yang Ally rencanakan. Ketika Ivan mengetahui motif tersembunyi Ally, ego pria itu terluka.
Kini untuk kedua kalinya Ally harus berjuang. Kali ini bukan untuk dendam masa lalunya, tapi demi cinta sejatinya.…
Saya beli buku ini karena sangat tertarik dengan resensinya. Sumpah, menarik banget. Saya suka tipe cerita dramatis balas dendam kayak model begini.
Aduh, baca buku ini bikin saya kangen sama karya-karya Marga T. Dulu saya penggemar besar cerita tentang dokter-dokternya. Marga T. adalah salah satu pengarang yang bikin saya jatuh cinta sama karya lokal. Saya kan nasionalis, jadi cinta produk bangsa sendiri. Tapi sayangnya, saya tidak bisa menemukan pengarang lokal bagus yang lain setelah itu sehingga saya jadi banyak mengkonsumsi karya luar deh.
Bukan berarti pengarang lokal lain itu jelek. Tapi ceritanya kurang cocok dengan selera saya saja. Novel sekarang kan banyak menggunakan gaya bahasa yang memamerkan branded items, lalu tokohnya kaya-kaya padahal sebagian besar masyarakat Indonesia berada di bawah garis kemiskinan. Oke, itu memang pilih kasih. Tapi saya lebih suka tokoh yang miskin atau yang biasa-biasa saja, bukan yang hiperbola banget kekayaannya. Soalnya lebih terasa Indonesianya.
Nah, Rina Suryakusuma ini bisa menjadi Marga T. versi modern. Saya baru pertama kali baca bukunya dia tapi saya langsung suka deh. Tokoh-tokohnya nyata banget. Terus nggak terlalu cheesy dan sangat membumi. Memang masih ada terpengaruh dengan gaya bahasa memamerkan branded items, tapi saya rasa masih dalam porsi yang wajar.
Dan cowoknya sweet banget. Yang dia lakukan sangat sederhana tapi terasa sweet. Benar-benar menggambarkan kehidupan sehari-hari. Ditambah ada bumbu dramatisnya dengan soal dendam itu.
Namun, sayang. Nah, ini memang kelemahan yang sering saya temukan di novel Indonesia. Kurang penjelasan. Kalau saya baca novel asing, buku-bukunya kaya akan deskripsi sehingga bisa berimajinasi. Nah, buku ini kurang itu. Banyak adegan di-skip, alurnya terlalu cepat.
Padahal ceritanya sudah bagus banget. Tapi kekurangan dalam masalah teknis itu cukup mengganggu sehingga saya cuma bisa kasih tiga bintang saja.
Dreamer is wondering if it is good to know what she wants, but her dream seems useless and people will say so too...
:)