Judul : Outlander book 1 & 2 (Outlander #1)
Penulis : Diana Gabaldon
Tebal : 580 & 548 halaman
Penerbit : Gagasmedia
1945.
Claire Randall, seorang mantan perawat perang yang sedang menikmati bulan madu kedua sekembalinya dari bertugas. Saat berjalan melalui batu di salah satu lingkaran batu kuno, tanpa diduga dia justru ‘terlempar’ ke puluhan tahun lalu.
1743.
Perang klan sedang berkecamuk di Skotlandia. Claire Randall adalah Sassenach—seorang ‘outlander’.
Gairah dalam Dilema.
Claire tak hanya terlempar ke masa lalu, tetapi juga terperangkap dalam situasi yang tak dimengerti sama sekali olehnya. Kapan saja, di mana saja, perempuan bisa terperosok dalam bahaya—mengancam hidup dan juga hatinya. Terutama ancaman bernama James Fraser, sosok prajurit Skotlandia yang muda dan tampan. Perempuan Masa Depan yang terlempar ke masa lalu itu berjalan di persimpangan, antara keinginan bersetia dan keinginan mengikuti gairah.
Dan saat James berada di sekitarnya, dilema itu semakin menyiksanya...
Review:
Akhirnya saya baca juga buku fenomenal ini. Setelah tahun lalu TV series-nya keluar, saya memang sudah menargetkan untuk membacanya. Pokoknya aturannya kan baca dulu sebelum nonton. Tapi saya baru menemukan mood sekarang.
Claire Randall sedang menjalani bulan madu bersama suaminya, Paul di Skotlandia. Setelah enam tahun terpisah karena perang dan pekerjaaan masing-masing, mereka sekarang bisa bebas menikmati pernikahan dan kebahagiaan mereka.
Paul Randall adalah seorang sejarawan. Dia sedang menyelidiki asal-usul nenek moyangnya di Skolandia. Penyelidikannya itu juga sempat membawa mereka ke sebuah lingkaran batu tempat "penyihir" melakukan ritual. Dan tanpa disangka, Claire terlempar ke masa lalu saat menyentuh salah satu batunya.
Claire tiba di masa Skotlandia sedang perang antarklan. Dia bertemu seseorang yang mirip Paul di dekat tempat ia mendarat, tapi saat ia meminta tolong, pria itu malah hampir memerkosanya. Untungnya ia diselamatkan oleh seorang anggota klan MacKenzie. Dalam kebingungan, Claire terpaksa mengikuti nasibnya. Ia merawat Jamie Fraser, salah satu anggota klan yang terluka dan bahkan akhirnya tinggal di kastil Skotlandia milik klan tersebut. Ia hanya berharap bisa kembali ke masanya. Tapi untuk sementara, ia menggunakan kemampuannya dalam ilmu perawat untuk menjadi penyembuh di kastil itu.
Namun identitasnya yang misterius sebagai orang Inggris sangat mencurigakan. Pada akhirnya ia terpaksa menikah dengan Jamie demi mendapatkan perlindungan klan. Tapi saat ia jatuh cinta pada pria itu, ia tidak yakin lagi kehidupan mana yang nyata baginya. Bagaimana mungkin ia tega kembali pada Paul saat Jamie menginginkan dirinya untuk tetap tinggal?
Wow. Novel yang sangat tebal dan... membosankan. Hahahaha.... Saya bukan penggemar cerita yang murni romance, saya lebih suka jika unsur sejarahnya yang ditonjolkan. Justru hal yang paling saya suka dari Outlander adalah settingnya. Saya bisa membayangkan pemandangan dan kemuraman zaman itu. Tapi hanya itu saja. Sisanya cuma seputar kisah romansa antara Claire dan Jamie. Romantis? Menurut saya sih biasa saja. Tapi saya harus akui Jamie itu lucu. Dia lebih muda 4 tahun dari Claire dan kepolosannya cukup adorable. Saya sangat bisa mengerti kenapa akhirnya Claire jatuh cinta pada Jamie. Jamie sangat tulus dan baik hati. Kalau bicara soal fiksi, saya suka cowok-cowok nakal yang penuh percaya diri. Tapi pada kenyataannya, akan lebih bahagia punya cowok yang mencintai dengan manis seperti Jamie. Eaaa... Orang praktis dan tanpa basa-basi seperti Claire bahkan tersentuh dengan kebaikan Jamie.
Buku setebal ini cukup bikin saya tersiksa membacanya. Tidak ada adegan yang dramatis atau penting sih. Penjahatnya juga nggak jelas. Sampai akhir saya tidak mengerti kenapa Jonathan Randall (leluhur Paul) sangat terobsesi pada Jaime dan Claire. Seorang kaptain Kerajaan Inggris peduli pada Jaime? Memang apa bagusnya si Jaime? Kenapa si Randall sampai segitu sukanya menyiksa Jaime? Kasihan. Sumpah, si Diana Gabaldon lumayan kejam menggambarkan penyiksaan Jaime. Saya sampai bingung. Kok bisa si Jaime masih utuh jiwanya?
Saya tidak suka ceritanya yang terlalu terfokus pada kedua tokoh utamanya. Segala hal terjadi karena mereka padahal mereka bukan siapa-siapa. Tapi saya suka setting dan sifat kedua karakter utamanya.
Saatnya nonton filmnya :)
2/5