Sunday 9 November 2014

Veronika Decides To Die


Judul : Veronika Decides To Die
Penulis : Paulo Coelho
Tebal : 241 halaman
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)

Veronika Memutuskan Mati adalah novel tentang pencarian makna hidup dalam masyarakat yang terbelenggu rutinitas tanpa jiwa dan takluk terhadap tekanan sosial. Dengan tokoh utama Veronika, seorang gadis yang berusaha bunuh diri, Paulo Coelho mengisahkan individu-individu rapuh yang terlempar ke rumah sakit jiwa karena hasrat, impian, dan sikap hidup mereka berbeda dengan yang dianggap normal oleh masyarakat. 

Review:
Judul bukunya sangat mencolok. Saya langsung tahu kalau di buku ini Paulo Coelho mau membahas tentang bunuh diri. 

Di halaman awal kita langsung disuguhkan pikiran Veronika yang ingin bunuh diri. Ia mempertimbangkan berbagai cara untuk mati dan akhirnya memilih menelan obat tidur. Saya menebak-nebak kesusahan apa yang dialami si Veronika sampai mau bunuh diri. Ternyata alasannya sangat bodoh. Veronika berpikir hidupnya sia-sia. Dia tinggal di kota sepi yang tiap hari begitu-begitu saja. Dia toh akhirnya bakal menikah, punya anak, tua, sakit-sakitan, mati seperti orang lainnya. Membosankan sekali. Itu sebabnya dia lebih memilih mati di saat dia masih cantik dan muda.

Tapi sayang, usahanya gagal. Dia berhasil diselamatkan dan dimasukkan ke dalam rumah sakit jiwa. Ia dimonitor terus 24 jam. Ia kesal dan berharap bisa cepat mati saja. Namun sang dokter berkata kalau lebih baik menunggu saja. Toh, seluruh organnya sudah rusak akibat obat tidur. Dalam seminggu juga ia bakal mati.

Manusia memang aneh. Di saat mereka hidup senang dan sehat walafiat, mereka selalu berusaha merusak diri. Berfoya-foya, tidak menjaga kesehatan dengan makan sembarangan, bahkan dalam kasus Veronika ingin bunuh diri. Sementara di sisi lain, orang cacat dan terkena kanker ingin sekali menjadi sehat seperti orang normal lainnya. Ironi ini jugalah yang terjadi pada Veronika. Dengan batas waktu hidup yang sudah ditentukan, Veronika mulai merasa hidupnya berharga. Di rumah sakit jiwa itu, ia bertemu orang gila juga orang-orang waras yang sudah terlalu terbiasa hidup di sana sehingga tidak mau kembali ke kehidupan sebelumnya. Setiap perbincangan membuat Veronika sedikit demi sedikit takut menghadapi kematiannya. 

Ada satu hal yang menarik menurut saya dari kepribadian Veronika. Dia itu jaim. Dia berusaha keras menjaga reputasi orang tuanya, mengikuti harapan orang tuanya, berusaha keras di sekolah sehingga melupakan cara untuk bersenang-senang. Sepertinya Veronika terbelenggu dengan kekangan ini sehingga ingin lepas bebas ke dalam kematian. Tapi di rumah sakit itu, ia mempelajari bahwa hidup seperti orang gila membuat kita hidup dengan sepenuhnya. Tidak peduli kata orang, orang gila akan selalu bersikap gila dan semaunya. Itulah hidup yang sesungguhnya. Apalagi saat Veronika akhirnya jatuh cinta pada seorang pemuda di rumah sakit jiwa itu. Yah, adegan kegilaan Veronika di depan pemuda itu memang agak keterlaluan sih. Tapi intinya si Paulo Coelho mau menunjukkan keadaan yang ekstrim.

Di hari terakhir batas waktunya hidup, Veronika mulai menyesal dan takut meninggalkan kehidupannya. Ia sudah menemukan cinta dan arti hidup yang ingin dijalaninya. 

Buku ini mungkin sangat tepat untuk zaman sekarang di mana banyak kasus orang bunuh diri. Saya juga bingung kenapa mereka takut hidup, sementara saya takut sekali mati. Alasannya juga macam-macam: patah hati, depresi, bosan hidup, merasa tidak ada yang menarik di dunia ini, terlilit hutang besar, malu atas suatu kejadian, dsb. Menurut saya, mereka egois karena membuat orang-orang di sekitar mereka sedih. Lagipula nyawa adalah pemberian Tuhan yang paling berharga, jadi seharusnya mereka menghargainya.

3/5

2 comments:

  1. Terus terang saya pribadi pernah mikir ke arah sana. #mikirapacoba
    Tapi yah.. itu masa lalu. :')
    Persoalan hidup, sesulit apapun, pasti akan ada jalan keluarnya.
    Itulah mengapa peran agama sangat penting. :)

    ReplyDelete
  2. Haha... Kegalauan masa muda ya, Kang Opan? Gpp, asalkan sudah insyaf :)

    ReplyDelete