Sunday 16 November 2014

Angels and Demons


Judul : Angels and Demons (Robert Langdon #1)
Penulis : Dan Brown
Tebal : 620 halaman
Penerbit : Corgi

CERN Institute, Switzerland: a world-renowned scientist is found brutally murdered with a mysterious symbol seared onto his chest.

The Vatican, Rome: the College of Cardinals assembles to elect a new pope. Somewhere beneath them, an unstoppable bomb of terrifying power relentlessly counts down to oblivion.

In a breathtaking race against time, Harvard professor Robert Langdon must decipher a labyrinthine trail of ancient symbols if he is to defeat those responsible - the Illuminati, a secret brotherhood presumed extinct for nearly four hundred years, reborn to continue their deadly vendetta against their most hated enemy, the Catholic Church.


Review:
Ya, saya tahu kalau saya memang telat banget baru baca Dan Brown. Saya memang kurang tertarik sama genre misteri ataupun thriller. Saya suka ketakutan sendiri bacanya. Tegang sedikit, saya langsung cek kanan kiri takut ada sesuatu. 

Saya tahu Dan Brown sejak SMP. Tapi saya baru benar-benar melihat karyanya sewaktu nonton film Angels and Demons. Waktu itu, saya merasa filmnya rame tapi kurang detail. Saya sudah memutuskan buat baca bukunya walau terus ditunda-tunda. 

Setelah membaca buku ini, saya tahu kenapa Dan Brown sangat fenomenal. Dia sangat hebat dalam meriset dan menuangkan ilmu pengetahuan aneh-aneh dalam bukunya. Saya tahu ini karya fiksi, tapi saat saya membacanya saya merasa percaya dengan semua yang ditulisnya. Apalagi soal fisika kuantum dan Illuminati yang jelas sangat asing buat saya.

Buku ini menceritakan seorang profesor ahli simbologi bernama Robert Langdon yang dipanggil ke Vatikan untuk membantu dalam penyelidikan pembunuhan yang berhubungan dengan Illuminati. Illuminati adalah kelompok penentang gereja Katolik yang anggotanya terdiri dari para ilmuwan. Kelompok itu dipercaya sudah punah. Tapi anehnya, empat kardinal diculik tepat di hari pemilihan Paus dan seorang ilmuwan fisika dibunuh. Dan di dada ilmuwan itu terdapat simbol ambigram bertuliskan Illuminati. Kebetulan Robert Langdon penggemar Illuminati dan sudah menulis buku tentang itu. Ia diharapkan bisa memecahkan misteri itu. 

Saya tidak bisa menjelaskan ceritanya lebih lanjut karena akan jauh lebih menarik jika dibaca sendiri. Buku ini berisi petualangan menjelajahi Kota Vatikan dalam memecahkan jalur Illuminati. Di jalur itulah, kardinal-kardinal itu dibunuh satu per satu setiap satu jam mulai dari jam 8 malam. Perlombaan antara pembunuh dan kejelian Langdon dalam memecahkan kode-kode kuno membuat saya tidak bisa berhenti membalik halaman buku. Deskripsi setting yang begitu kental membuat petualangan Langdon terasa hidup dan menakutkan. Saya stres bacanya karena jantung saya deg-degan terus. Hahaha...

Inti buku ini adalah pertentangan antara sains dan agama. Pada akhirnya, keduanya adalah dua ilmu yang saling melengkapi. Kefanatikan terhadap satu aliran saja jelas merupakan sesuatu yang buruk. Sains punya kelebihannya sendiri, agama juga sama. 

Menurut saya, buku ini seru sekali. Bagian akhirnya bikin syok dan saat rahasia kehidupan si Camerlengo (asisten pribadi Paus) dibuka, saya merasa itu ironis sekali. Keren. Cuma yah... saya agak kurang suka baca debat agama dan sains begitu. Walaupun saya berusaha bersikap netral, saya tetap lebih condong ke sains soalnya. Jadi, saya selalu membela si Langdon dan partner ceweknya yang adalah ilmuwan. Saya bahkan merasa nggak nyaman sendiri saat umat-umat Katolik melantunkan pujian seakan tersihir oleh mukjizat palsu yang terjadi di hadapan mereka. Aneh aja rasanya. Padahal saya harusnya dapat moralnya: agama dan sains harus berdiri berdampingan secara seimbang. 

4/5

1 comment:

  1. saya sudah liat filmnya aja, belum baca bukunya,,
    tapi dari reviewnya kayaknya bagus sih.
    masuk list daftar buku yang harus dibaca :D

    ReplyDelete