Friday 18 January 2013

The Devil And Miss Prym


Judul : The Devil And Miss Prym
Penulis : Paulo Coelho
Tebal : 256 halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Seorang laki-laki asing tiba di Viscos. Ia menganggap desa terpencil yang nyaris hancur itu tempat yang sempurna untuk menemukan jawaban yang dicari-carinya, yaitu apakah pada hakikatnya manusia baik atau jahat? Untuk membuktikan jawabannya, orang asing itu bertekad mengerahkan segenap kelihaiannya, namun ia membutuhkan seseorang untuk menolongnya. Maka ia memilih Chantal, gadis yatim-piatu miskin yang sangat ingin meninggalkan Viscos. Tawaran orang asing itu akan mengubah hidup Chantal selama-lamanya, namun sebagai gantinya, ia harus mengkhanati nilai-nilai yang diyakininya. Chantal dilanda perang batin, dan sebagaimana yang terjadi dalam diri setiap manusia, iblis dan malaikai bertarung alot di dalam hatinya. Siapakah akhirnya yang akan memenangi hati gadis itu? Malaikatkah, atau iblis? Sebab jika iblis menang, meskipun hanya di desa kecil yang nyaris terlupakan seperti Viscos, kemenangannya akan menyebar ke lembah, daerah, seluruh negeri, benua, tujuh samudra, dan akhirnya ke seluruh dunia.

Review:
Membaca buku ini serasa seperti bercermin ke dalam dunia nyata. Walaupun kisahnya seperti dongeng, tapi pertanyaan dan dilema di dalamnya banyak dihadapi di kehidupan kita sendiri.

Benarkah Tuhan itu baik? Kalau dia baik, kenapa dia merenggut nyawa anak dan istri si laki-laki asing? Seperti kisah Ayub dalam Perjanjian Lama, laki-laki asing yang datang ke Viscos itu telah kehilangan segalanya. Dalam kemarahan dan kebenciannya terhadap nasib, iblis menemukannya dan berhasil mempengaruhinya. Laki-laki itu ingin menumpahkan kemarahannya pada orang lain. Ia ingin orang lain berbuat jahat supaya ia bisa menerima pembunuhan istri dan anaknya, bahwa alasan mereka terbunuh adalah karena pada dasarnya manusia itu jahat. Tapi ia menggunakan cara yang tidak langsung. Ia ingin orang-orang itu memilih. Kalau penduduk Viscos memilih kejahatan, maka ia akan tenang. Tapi jika orang-orang itu memilih kebaikan, maka ia akan pergi dalam kecewa karena ia tidak akan punya pembenaran.

"... Aku bepergian ke segala penjuru dunia, sendirian bersama kepedihanku, bertanya-tanya bagaimana umat manusia sanggup melakukan kejahatan seperti itu. Aku telah kehilangan sesuatu yang paling berharga yang dapat dimiliki seorang manusia: kepercayaanku pada sesamaku. Aku tertawa dan menangisi ironi yang diciptakan Tuhan, cara absurd yang telah Dia pilih untuk menunjukkan padaku bahwa aku adalah alat Baik dan Jahat."

"... Aku mengerti manusia bisa membunuh karena perasaan benci atau cinta, tapi kenapa mereka membunuh tanpa alasan khusus, semata karena transaksi bisnis?"

"... Aku ingin tahu apakah, jika Baik dan Jahat berhadap-hadapan, ada saatnya, entah seperdetik lamanya, Baik kemungkinan akan menang."   ~~hlm. 94-95
  
Chantal hidup di Viscos selama hidupnya. Ia kerap kali berharap bisa pergi keluar dan menjelajah dunia. Tapi seperti semua orang yang sudah menemukan kenyamanan dalam safe zone hidupnya, ia takut untuk melepaskan diri.

"... ada dua hal yang mencegah kita meraih mimpi-mimpi kita: percaya bahwa mimpi-mimpi itu mustahil, atau menyaksikan bagaimana putaran nasib mendadak membuat impian itu menjadi mungkin, tepat ketika kita sama sekali tidak menduganya. Di saat seperti ini segenap ketakutan kita muncul di permukaan: takut memulai perjalanan yang membawa kita entah ke mana, takut terhadap kehidupan yang penuh tantangan baru, takut selamanya akan kehilangan segala sesuatu yang akrab dengan kita."   ~~hlm. 52

Ketika diberi kesempatan untuk mendapatkan emas dan menjadi orang kaya, Chantal kebingungan. Ia bisa mengambil emas itu secara cuma-cuma atau mengumumkan pada desanya bahwa ada emas yang terkubur di hutan. Dengan kata lain, berbagi. Sementara itu, penduduk desa boleh memiliki emas itu jika mereka membunuh salah satu tetangganya. Emas atau nyawa?

"Jauh lebih mudah untuk percaya dirimu baik daripada mengkonfrontasi orang lain dan berjuang mendapatkan hak-hakmu. Lebih mudah menelan makian dan tidak membalasnya, daripada balas melawan orang yang lebih kuat daripada dirimu. Kita bisa saja mengatakan kita tidak terluka oleh batu-batuan yang dilemparkan orang lain kepada kita. Namun pada malam hari--di saat kita sendirian dan istri atau suami kita atau teman sekolah kita telah tertidur--diam-diam kita meratapi kepengecutan kita sendiri."   ~~hlm. 63  (Jlebbb, saya sering banget menyesali kepengecutan saya sendiri)

Kita akan dibawa melihat percakapan-percakapan dan diskusi yang menunjukkan niat busuk manusia. Bahkan seorang pastor rela mengorbankan kode etiknya dan menyarankan agar satu orang dikorbankan. Mereka pun memutuskan untuk memilih korban yang sudah tua, tidak berguna, dan tidak bahagia dengan dalih untuk menyelamatkan orang itu dari ketidakbahagiaan duniawi. Bah! Munafik!

Jadi, pada akhirnya siapa yang menang? Baik atau Jahat?

"Jika malam ini pelacur tercantik desa ini datang kemari, apakah kau akan sanggup memandangnya dan menganggapnya tidak cantik dan tidak menggoda?"

"Tidak, tapi aku akan bisa mengendalikan diriku."

"Dan jika aku menawarimu setumpuk kepingan emas agar kau meninggalkan guamu di gunung dan bergabung dengan kami, sanggupkah kau memandang emas itu dan menganggapnya batu kerikil?"

"Tidak, tapi aku akan bisa mengendalikan diriku."

"Dan jika kau dicari-cari oleh dua bersaudara, yang satu membencimu dan yang lain menganggapmu suci, sanggupkah kau memiliki perasaan yang sama terhadap keduanya?"

"Itu benar-benar sulit, tapi aku akan bisa mengendalikan diriku sendiri dan memperlakukan mereka dengan sama."

"... Semuanya hanya masalah pengendalian diri. Dan pilihan. Tidak kurang, tidak lebih."  ~~hlm. 246-247

Menurut saya, ini karya terbaik Paulo Coelho. Saya lebih suka ini dibandingkan The Alchemist.

4/5

8 comments: