Sunday, 30 September 2012

So Much Closer


Judul : So Much Closer
Penulis : Susane Colasanti
Tebal : 326 halaman
Penerbit : Elex Media Komputindo

Brooke selalu suka pada Scott. Dia mencintai laki-laki itu dari jauh. Namun entah dapat ilham dari mana, ia ingin menyatakan keberadaannya pada Scott karena ia yakin laki-laki itu juga menyukainya.

Tapi sewaktu Scott akan pindah ke New York, Brooke panik. Ia belum sempat melakukan rencananya untuk menyatakan cinta.

Itu sebabnya Brooke pindah sekolah ke New York.

Brooke akhirnya betul-betul berteman dengan Scott dan bahkan mendapatkan impiannya. Tapi apakah memang itu yang diinginkannya? Kenapa ia menginginkan sesuatu yang lebih?

Kesan:
Seperti teenlit pada umumnya, cerita ini ringan dan sangat remaja. Setting berpusat di sekitar sekolah, nongkrong dengan sahabat, dan belajar ujian. 

Mungkin karena saya sudah tidak cocok dengan teenlit atau mungkin karena saya memang suka cerita rumit, saya merasa tidak menikmati buku ini. Terlalu sederhana dan bahkan saya tidak suka tokoh-tokohnya yang aneh. Gaya bercerita penulisnya cukup lucu, agak mirip Meg Cabot sih tapi nggak seheboh itu.

Menurut saya, ada banyak teenlit lain yang lebih bagus dari ini.

2/5

Friday, 28 September 2012

Eona


Judul : Eona (Eon #2)
Penulis : Alison Goodman
Tebal : 637 halaman
Penerbit : Firebird

Eona, bukan lagi Eon. Dia sudah mengakui identitas yang sebenarnya dan banyak yang tidak suka padanya. Karena dia perempuan... karena dia juga adalah salah satu dari dua Dragoneye yang tersisa.

Dengan kemampuan barunya, Eona tidak lagi pincang. Ia disembuhkan oleh naganya. Namun saat ia mencoba untuk menyembuhkan temannya, musibah terjadi dan ratusan orang mati karenanya.

Kerajaan telah berada di bawah kekuasaan Lord Sethon yang jahat. Tapi Eona bersama kelompok yang setia pada kerajaan yang dulu hanya ingin Kygo yang menjadi raja. 

Kygo butuh bantuan Eona. Tapi sebagai pria, ia tidak bisa percaya pada perempuan. Apalagi Eona telah membunuh ratusan orang karena kemampuannya secara tidak sengaja. Namun sekalipun ia tidak percaya, ia jatuh cinta pada Eona.

Langkah pertama untuk menghancurkan Lord Sethon adalah melatih Eona untuk mengendalikan kemampuannya. Itu berarti Eona butuh Lord Ido untuk mengajarinya. Lord Ido yang jahat... namun tidak ada pilihan lain karena hanya dialah Dragoneye yang tersisa dan bisa mengajari Eona ilmu naga. Jadi, Kygo memutuskan untuk membebaskan Lord Ido dari penjara Lord Sethon.

Ternyata... Eona masih punya rahasia. Ternyata ia adalah keturunan dari Dragoneye Mirror Dragon yang dulu. Dan Dragoneye itulah yang membuat Mirror Dragon menghilang ratusan tahun. Dan Dragoneye itu telah mengkhianati kaisar di masa lalu.

Dengan orang-orang di sekitarnya yang tidak yakin akan kemampuannya, apakah Eona bisa menyelamatkan Kygo dari Lord Sethon? Dan kenapa Kinra, leluhurnya melakukan pengkhianatan lima ratus tahun lalu?

Kesan:
Untuk sebuah duologi, cerita ini sangat padat dan rumit walaupun hanya dua buku saja. Kejutan-kejutan yang dibuka secara satu per satu oleh penulis membuat saya tidak bisa berhenti membaca buku ini sampai akhir.

Tapi entah kenapa saya lebih suka buku pertamanya. Di buku ini romancenya lebih kuat dan saya memang suka romance. Tapi anehnya saya nggak dapat feel-nya. Belum lagi saya gemas sekali dengan orang-orang di sekitar Eona. Ya, ampun. Kurang apa lagi sih si Eona ini? Mau bantu, iya. Mau berkorban, iya. Apa mereka nggak bisa ngerti kalau dia itu masih cupu dan belum berpengalaman? Tapi tiap kali Eona terus yang disalahkan.

Lord Ido makin mantap di sini. Jahat dan sarkastis. Saya masih suka sekali dengan tokoh ini. Tapi yang namanya tokoh jahat akan tetap jahat. Jadi, ending untuk tokoh ini memang tidak bagus.

Twist di bagian Kinra dan Yuso cukup bikin kaget. Keren amat si penulis bisa bikin saya terkecoh, hahaha... Dan saya suka dengan adegan akhirnya walaupun agak terlalu cepat menurut saya.

Dari segi gaya penulisan, saya tidak bisa berkomentar banyak selain "sempurna". Deskripsi, dialog, penokohan, dan diksinya enak dibaca. Mungkin karena si penulis dosen penulisan kreatif kali ya. Jadi, tahu hal-hal teknis model begitu. Hehe...

Bacaan fantasi yang singkat dan sangat menghibur.

5/5

Thursday, 27 September 2012

Little Women


Judul : Little Women
Penulis : Louisa May Alcott
Tebal : 392 halaman
Penerbit : Bukune

4 wanita kecil dari keluarga March...

Meg, gadis enam belas tahun yang cantik dan feminin. Ia punya impian untuk menikah dengan orang kaya sehingga dia tidak perlu bekerja.

Jo, si anak kedua yang paling bandel dan tomboi. Dia selalu merasa sebagai pemimpin keluarga karena ayah mereka berada di medan perang.

Beth, si lembut yang sangat baik hati. Dia pecinta binatang dan tidak suka menimbulkan konflik seperti saudara-saudaranya.

Amy, si bungsu yang manja dan egois. Dia punya bakat seni yang sangat baik namun ia sering membuat orang kesal dengan kesombongannya.

Mereka berempat sama-sama masih muda dan masih belajar bagaimana menghadapi masalah kehidupan. Inilah kisah sehari-hari mereka yang penuh warna. Kadang penuh tawa, kesedihan, pahit, manis, dan menyenangkan.

Kesan:
Saya selalu suka membaca cerita kehidupan sehari-hari yang tidak banyak masalah dan hanya membahas realitas kejadian sederhana. Cerita seperti ini ringan, tenang, dan mendamaikan.

Seperti itulah rasanya membaca Little Woman. Saya ikut bersenang-senang bersama Jo yang senang bertualang bersama Laurie, sahabatnya; tersenyum melihat Meg jatuh cinta pada pemuda biasa yang ternyata tidak kaya; cemas saat Beth sakit dan hampir meninggal; dan gemas melihat Amy yang kadang suka bikin kesal.

Kisah ini terkesan agak terpisah setiap babnya. Karena setiap bab menceritakan pengalaman berbeda dari setiap tokohnya. Dari setiap pengalaman itu kita bisa belajar mengenai pemecahan masalah sederhana dan juga pendalaman karakter tokoh-tokohnya. Saya harus mengacungkan jempol pada pengembangan karakter yang ditulis dengan sangat baik ini.

Salah satu karya sastra klasik yang tidak boleh dilewatkan. 

4/5 

Friday, 21 September 2012

Eon


Judul : Eon (Eon #1)
Penulis : Alison Goodman
Tebal : 531 halaman
Penerbit : Firebird

Dua belas naga dengan dua belas Dragoneye pengendalinya. Setiap tahun dua belas anak dipilih untuk saling bersaing demi mendapatkan posisi sebagai Apprentice.

Kali ini adalah tahun Tikus. Sang Naga Tikus akan memilih seorang Apprentice.

Eon yang pincang tidak yakin ia bisa dipilih sang Naga Tikus sebagai Apprentice. Ia sering salah gerakan dan pinggangnya yang sakit membuatnya tidak bisa membuat gerakan-gerakan bela diri yang sulit. Tapi ia berusaha supaya tidak mengecewakan gurunya. Termasuk meminum ramuan yang menghentikan haidnya.

Oh, ya. Eon bukanlah laki-laki. Dia menyamar demi mendapatkan posisi Apprentice karena perempuan tidak diizinkan untuk ikut bersaing.

Pemilihan berlangsung. Lord Ido, Dragoneye Tikus yang akan mengajar Apprentice melakukan kecurangan. Dari sejak saat itu, Eon semakin yakin dirinya tidak mungkin terpilih.

Dia memang tidak terpilih. Namun... Naga Naga, salah satu dua belas naga yang juga dikenal sebagai Mirror Dragon tiba-tiba muncul dan memilih Eon. Mirror Dragon sudah menghilang sejak lima ratus tahun lalu. Kemunculan ini membuat seluruh kerajaan terpana. Sang Mirror Dragon meminta Eon menyebut nama aslinya, yaitu Eona. Tapi Eon tidak bisa membongkar penyamarannya sehingga akhirnya ia jatuh pingsan.

Eon segera menjadi Dragoneye dan bukannya Apprentice karena tidak ada Dragoneye Mirror Dragon sama sekali. Ia masuk ke kerajaan tanpa punya pengalaman apapun. Ia juga tidak tahu bahwa ada konspirasi besar yang ingin menjatuhkan kekuasaan raja. 

Eon harus mendapatkan kepercayaan para Dragoneye lainnya. Tapi ia bahkan tidak bisa memanggil naganya sendiri. Karena ia tidak menyebut nama aslinya dalam upacara pemilihan, ia tidak menyatu secara penuh dengan Mirror Dragon. Ia tidak bisa mengakses kekuatan naganya.

Tanpa dukungan dan sendirian, Eon tidak bisa melawan pengaruh Lord Ido yang kejam. Ia tidak bisa membantu Pangeran Kygo meneruskan tahta ayahnya. 

Dan puncaknya terjadi pada upacara mengendalikan cuaca. Saat itulah Eon kehilangan naganya dan Lord Ido menguasai keinginannya. Tidak ada yang bisa Eon lakukan saat ia tidak lagi punya kekuasaan. 

Apa yang akan terjadi saat pemberontakan pecah dan para Dragoneye lain dibunuh? Bisakah Eon menyelamatkan kerajaan tanpa naganya atau kekuatannya?

Kesan:
Unik. Itulah hal pertama yang saya rasa begitu membaca cerita ini. Dengan berbagai jenis novel fantasi bertebaran di luar sana, Eon benar-benar berbeda dengan nuansa Jepang dan Cinanya. Mengambil sedikit dari kebudayaan Timur dan juga sistem horoskop Cina, saya tidak menyangka ceritanya akan cukup dalam. Pada awalnya saya agak merasa aneh dengan penggunaan horoskop, tapi seiring berjalannya cerita saya jadi benar-benar suka dengan buku ini.

Eon bukanlah heroin yang menonjol ataupun keren. Dia pincang dan selalu kalah dalam pertarungan. Saya sungguh dibuat gemas dengan berbagai kegagalan yang dialaminya. Tapi rasanya sangat nyata. Dia kan masih anak bawang. Tidak aneh kalau akhirnya ia berhasil dikontrol oleh Lord Ido.

Dan yang paling membuat saya surprised adalah alasan kenapa Eon kehilangan naganya. Jenius. Begitu sederhana sampai saya tidak bisa menebaknya dari awal. Saya terlalu banyak mikir yang rumit-rumit padahal jawabannya jelas-jelas ada di sana. Itulah yang menyebabkan keberhasilannya di akhir itu belivable walaupun dia harus mengorbankan banyak hal.

Oh, saya suka sekali dengan Lord Ido. Jahatnya mantap. Oke, jangan tanya kenapa saya suka tokoh jahatnya. Soalnya porsi jahatnya pas. Bikin frustrasi heroinnya dan bikin frustrasi pembacanya (saya). Itulah yang bikin novel ini benar-benar seru dan hard to put down.

Jangan mengharapkan novel fantasi young adult yang penuh romance. Tidak ada cinta segitiga seperti Twilight, Vampire Diaries, or apalah. Eon murni bercerita tentang kebusukan dalam sebuah kerajaan dan perjuangan seorang heroin yang tidak punya kelebihan apapun membuktikan kesetiaannya pada rajanya.

Brilliant!

5/5

Monday, 17 September 2012

How To Marry A Marquis


Judul : How To Marry A Marquis (Agents of The Crown #2)
Penulis : Julia Quinn
Tebal : 448 halaman
Penerbit : Dastanbooks

Elizabeth Hotchkiss, pendamping Lady Danbury kebingungan. Uangnya tidak cukup untuk menghidupi ketiga adiknya. Apalagi dia harus membayari adik laki-lakinya untuk sekolah ke Eton. Satu-satunya jalan adalah menikah dengan orang kaya.

James Sidwell, Marquis of Riverdale sudah pensiun dari pemerintahan. Ia sedang bosan sewaktu bibinya, Lady Danbury memanggilnya. Ternyata ada orang yang ingin menyuap Lady Danbury sehingga James diminta untuk menyelidiki kasus itu. James menyamar sebagai agen properti di rumah bibinya.

Elizabeth mulai belajar untuk menaklukkan pria dari sebuah buku berjudul "How to Marry a Marquis". Tapi ia tidak tertarik pada laki-laki manapun selain agen properti majikannya. Hanya saja agen properti itu tampaknya miskin dan hidup pas-pasan.

James jatuh cinta pada Elizabeth. Ia merayu gadis itu sambil menyembunyikan statusnya sebagai Marquis.

Dan bagaimana akhirnya kalau Elizabeth tahu soal identitas James yang sebenarnya?

Kesan:
Ternyata Lady Danbury favorit saya dalam serial Bridgerton muncul lagi. Seperti biasa, dia masih sarkastis dan gaul walaupun usianya sudah tua. 

Saya sudah suka sama James dari buku pertama seri ini. Saya memang suka dengan tokoh yang jahil dan sedikit kurang ajar (ahahaha). Itu sebabnya saya menaruh harapan tinggi terhadap buku ini.

Awalnya buku ini sangat menjanjikan. Konyol dan unik seperti biasanya. Julia Quinn selalu bisa bikin saya ketawa dengan dialog-dialog dan kejadian-kejadian memalukan dalam ceritanya. Saya suka dengan Elizabeth yang strong dan mau berkorban untuk adik-adiknya. Saya juga suka sikap James dalam merayu heroin kita.

Tapi sayang. Semakin ke belakang, daya tarik cerita ini menurun. Menurut saya Elizabeth terlalu keras kepala dalam menolak James. Oke, dia merasa marah karena James menyembunyikan identitasnya. Tapi marahnya jangan sampai keterlaluan begitu. Adegan baikannya juga terlalu heboh sampai seluruh tokoh harus hadir, bahkan kucing Lady Danbury juga hadir. Lucu sih, tapi karena saya keburu kesal dengan Elizabethnya jadi sudah hilang selera deh.

Bacaan ringan khas Julia Quinn. Cukup menarik untuk dibaca tapi bukan salah satu favorit saya.

Agents of The Crown Series : 
2. How To Marry A Marquis 

3/5

Saturday, 15 September 2012

Soul Eater


Judul : Soul Eater (Chronicles of Ancient Darkness #3)
Penulis : Michelle Paver
Tebal : 275 halaman
Penerbit : Orion

Di suatu hari yang sial... Torak sedang berada di hutan bersama Renn dan Wolf sewaktu Wolf diculik. Renn menyarankan agar mereka kembali ke perkemahan dan melaporkan semuanya pada Finn Kedin, ketua klan Raven. Namun Torak berkeras untuk mencari Wolf sendiri.

Menggunakan kemampuannya sebagai Spirit Walker, Torak masuk ke dalam jiwa seekor Raven dan menemukan bahwa Wolf diculik oleh para Soul Eater. Soul Eater adalah kelompok Mage yang sudah menyerahkan diri pada sihir jahat. 

Jejak yang diikuti Torak berakhir di Utara, di mana salju terbentang di mana-mana. Sebagai penghuni hutan, Torak dan Renn tidak kuat hidup di tengah udara dingin seperti itu. Tapi mereka tidak punya pilihan.

Bagaimana Torak menyelamatkan Wolf dari empat orang Soul Eater dengan kemampuan sihir luar biasa? Apakah Torak berhasil mencegah para Soul Eater melepaskan iblis ke dunia mereka?

Kesan:
Karena sebelumnya saya terpukau pada buku keduanya, Spirit Walker, saya jadi berharap terlalu tinggi untuk buku ini. Tapi ternyata saya kurang suka dengan buku ini. Nggak jelek sih, cuma rasanya kurang mantap gimana gitu. Petualangannya kurang misteri karena sejak awal Torak sudah tahu Wolf ada di mana dan bersama siapa. Dan saya bisa menebak bagaimana akhirnya Torak bisa selamat karena dialog di awal pertemuan Torak dengan salah satu Soul Eater.

Selain itu, bagian Wolfnya kurang. Yah, sepanjang buku ini kebanyakan si Wolf dikasih obat yang bikin dia bingung jadi nggak bisa apa-apa.

Tapi satu hal yang cukup bikin sedih adalah percakapan Torak dengan Renn sewaktu bilang kalau Wolf adalah segala-galanya buat dia. Torak merasa nggak punya siapa-siapa, bahkan klan Serigala saja tidak ada. Dia nggak bisa cocok dengan siapapun karena bagaimanapun dia berbeda dengan orang biasa. Kemampuannya sebagai Spirit Walker saja sudah membuat orang lain menganggap dia aneh. (Oke, saya memang punya kecenderungan suka pada segala hal yang berbau lonely... memang aneh saya ini =.=)

Lanjut ke seri berikutnya...

4/5

Thursday, 13 September 2012

The Witch of Portobello


 Judul : The Witch of Portobello
Penulis : Paulo Coelho
Tebal : 312 halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Mengisahkan Sherine Khalil, anak Gipsi yang diadopsi oleh pasangan Lebanon. Sejak kecil dia selalu berbeda. Ia memiliki indra keenam, bisa melihat malaikat, dan kata-kata yang mengalir dari mulutnya seakan bukan berasal dari anak kecil.

Sebuah panggilan misterius...

Sherine mengganti namanya menjadi Athena. Dia digambarkan sebagai gadis yang sangat eksotik dan menarik. Tidak aneh saat seorang pria mendekatinya di usianya yang masih muda. Mereka menikah muda sekalipun orang tua Sherine tidak setuju. Dari pernikahan itu lahir seorang anak. Sherine meyakini kalau dirinya terpanggil untuk mendidik seorang anak dan bukannya belajar. Jadi, itulah yang ia lakukan dengan serius sehingga melupakan suaminya sendiri. Sang suami yang kecewa pun meminta cerai darinya.

Ambisi dan harapan...

Sherine ingin kehidupan yang lain. Ia butuh sesuatu yang dirindukan hatinya dan ia percaya jawabannya ada pada ibu kandungnya. Pencarian yang dilakukannya membuatnya mengenal suatu sisi lain dari kehidupan. Bahwa kepuasan tertinggi terjadi dalam segala hal yang dilakukan dengan sepenuhnya. Bahwa Tuhan ada dalam musik, lukisan, perjalanan, dan segalanya.

Dan dia adalah Athena, penyihir dari Portobello...

Athena melupakan orang tua angkatnya, melupakan segalanya hanya demi pemenuhan dirinya sendiri. Ia bahkan berhasil mengumpulkan pengikut yang menyembahnya sebagai dewi penyelamat. Ia dikecam dan dihina, namun ia tetap ngotot mempertahankan kepercayaannya.

Sampai akhirnya, Athena dibunuh...

Kesan:
Satu hal yang terpikir di otak saya mengenai Athena adalah kalau dia adalah orang yang sangat bodoh. Oke, saya mengagumi keteguhan hatinya dalam mengejar kepercayaannya. Tapi tetap saja itu namanya bodoh. Menurut saya, hidup bukan hanya tentang diri sendiri. Masih ada orang tua dan teman-teman yang harus dihormati. Athena tidak hanya mengabaikan orang tuanya dan tanggung jawabnya. Ia bahkan mempermainkan perasaan orang lain, di antaranya wartawan yang mencintainya dan juga pacar wartawan itu yang telah mempercayai Athena dengan segenap hati.

Buku ini membicarakan agama dengan cukup kuat, terutama menceritakan orang-orang fanatik yang ekstrim. Karena saya tidak pernah suka agama, saya selalu menganggap orang-orang fanatik itu tidak ada kerjaan. Masih ada hal lain di dunia ini yang bisa dilihat dan dipelajari. Dan buat apa sih mengurusi kepercayaan orang lain? Lebih baik waktu luang digunakan untuk berbuat kebaikan pada orang lain saja (jangan mencontoh kejadian di Indonesia yang mencerca kedatangan seorang artis).

Gaya bercerita disampaikan secara flashback dari orang-orang yang mengenal Athena. Saya suka dengan gaya bercerita seperti ini karena pada awalnya segalanya terasa acak sebelum akhirnya semuanya menyatu menjadi sebuah kisah. Seperti mengumpulkan puzzle.

Cerita ini unik walaupun saya tidak setuju dengan isinya. Endingnya menurut saya kurang dijelaskan. Kenapa tiba-tiba tokoh yang tidak pernah ada sebelumnya muncul? 

4/5


Sunday, 9 September 2012

Spirit Walker


Judul : Spirit Walker (Chronicles of Ancient Darkness #2)
Penulis : Michelle Paver
Tebal : 294 halaman
Penerbit : Orion

Sebuah penyakit aneh... Penderitanya seperti kerasukan iblis dan mulai menggaruk-garuk kulitnya sebelum mulai membunuh dirinya sendiri.

Torak ingin pergi untuk mencari obatnya. Namun ketua Raven clan tidak setuju. Ia berpendapat kalau penyakit itu adalah jebakan agar Torak keluar dari sarangnya. Sebelumnya Torak telah membunuh beruang yang dirasuki iblis dan para Soul Eater ingin tahu siapa yang telah membunuh makhluk ciptaan mereka.

Torak tidak mengindahkan nasehat sang ketua. Diam-diam ia pergi sendiri menuju perkemahan klan-klan di timur karena di situlah penyakit itu bermula. 

Renn langsung tahu kalau sahabatnya pergi mencari obat. Ia marah karena tidak diajak. Ia pun mengikuti jejak Torak.

Sementara itu, Wolf yang hilang di akhir buku pertama sudah tumbuh dewasa. Ia ingin kembali pada Torak.

Petualangan dimulai. Dari hutan, mereka menuju lautan di mana Seal clan bermukim. Torak merasa seperti berada di rumah. Ia betah tinggal di situ. Ia mengenal Tenris, penyihir kaum Seal yang bisa membuat obat penawar penyakit aneh itu. 

Dan di situlah Torak mulai mengetahui kemampuan dirinya yang tersembunyi, termasuk kebenaran masa lalu ayahnya.

Kesan:
Masih seperti buku pertamanya, saya terpukau dengan kebudayaan dan cara hidup klan-klan yang unik ini. Saya baru tahu kalau Seal itu bisa dimakan dan kulitnya bisa dipakai buat bikin baju <--- ga penting.

Daya tarik utama buku ini tetaplah si Wolf yang bahasanya lucu sekali. Tall Tailless = manusia, Up = langit, Bright Yellow Eye = matahari, Dark = malam, Light = siang, Bright White Eye and his cubs = bulan dan bintang. Saya sampai pengen miara serigala padahal aslinya sih serigala itu ganas.

Jalan ceritanya menarik karena saya memang suka petualangan. Dan dibanding buku pertama, ini lebih rame. Terutama rahasia besar yang terungkap di akhir. Anehnya, saya tidak bisa menebak rahasia yang sudah jelas itu dari judul dan beruang yang memburu ayah Torak. Mungkin saya lagi malas mikir kali ya jadi saya kaget begitu tahu kalau... (baca sendiri, muahaha)

Untuk buku anak-anak, Spirit Walker termasuk sangat serius. Malah lebih cocok untuk remaja, menurut saya.

5/5 

Tuesday, 4 September 2012

My Stupid Boss


Judul : My Stupid Boss
Penulis : Chaos@work
Tebal : 200 halaman
Penerbit : Gradien Mediatama

Ini kumpulan cerita kehidupan seorang pegawai TKI di Malaysia yang sangat sial karena menandatangani surat kontrak kerja di perusahaan milik bos paling rese dan menyebalkan. Saking gondoknya sama bosnya yang edan, si pegawai sampai menulis blog pribadi untuk melepaskan uneg-unegnya. Dan lalu diterbitkan sebagai buku ini.

Pertama saya mau komentar tentang cover-nya yang lucu sekali. Aduh, itu muka bosnya nggak nahan. Bahagia sekali. Hahahaha... 

Oh, tapi... Begitu membaca buku ini, kamu mungkin bakal kesal banget sama si bos. Bayangkan saja punya bos yang suka seenaknya begitu. Mending keluar saja deh. Tapi sayangnya kontrak kerja sudah ditandatangani. Kalau keluar, harus terpaksa bayar. Malas amat.

Lumayan sih buat bacaan santai. Walau saya bukan penggemar humor, dengan membaca buku ini saya bisa mengantisipasi hal terburuk yang mungkin terjadi dalam dunia kerja. Kebetulan saya kan belum kerja. Tapi amit-amit deh. Jangan sampai dapat bos model gini.

Kalau kalian suka tertawa, baca buku ini. Banyak yang bilang buku ini lucu sekali. Adik saya cekikikan melulu baca ini. Sampai-sampai saya yang tadinya nggak mau baca, jadi terpancing baca karena penasaran selucu apa sih. Nggak selucu itu sih, menurut saya (tampaknya urat humor saya sudah putus =.=). Tapi pendapat saya tidak masuk hitungan, lah. Soalnya saya rata-rata suka buku yang bikin depresi dan lonely.

Terakhir... Untuk Chaos@work, banyak orang yang terhibur dengan penderitaanmu ini. Termasuk saya. Maaf, seharusnya saya simpati tapi bosmu itu cacat dan gokil abissss.

3/5

Miss Pesimis


Judul : Miss Pesimis
Penulis : aliaZalea
Tebal : 272 halaman
Penerbit : Gramedia

Cinta masa SMA bagi Adriana bernama Baron. Ia mengagumi lelaki itu dari jauh namun tidak pernah berani mendekatinya.

Sekarang Adriana berusia hampir 30 tahun. Tanpa pasangan dan hanya kerja melulu. Namun Adriana sadar jam biologisnya terus berjalan dan ia harus segera menikah. Di saat seperti itulah ia ingin sekali bertemu Baron dan kali ini ia harus berani menyatakan perasaannya.

Di sisi lain, Adriana pernah naksir Ervin yang dikenalnya di pesawat. Tapi mereka hanyalah sepasang sahabat. Dan Adriana pun lupa dengan perasaan naksirnya pada Ervin. Ia bahkan tidak terlalu peduli pada sifat playboy Ervin dan aktivitas seksual sahabatnya itu yang berlebihan.

Dan hadirlah Baron... Pria itu sudah punya tunangan dan hampir menikah. Adriana kecewa tetapi saat Baron terus mendekatinya, ia tak mampu menolak. Puncaknya terjadi saat pria itu melamarnya.

Nuraninya berkata itu semua salah. Adriana pun menolak Baron dan membantu pria itu kembali pada tunangannya.

Patah hati dan frustrasi, Adriana ingin membuang sifat kaku dan terkendalinya. Ia ingin bebas. Bebas berciuman dengan siapapun, one night stand... Dan Ervin menawarkan dirinya sendiri padanya...

Apa yang akan terjadi?

Kesan:
Ini kali kedua saya membaca karya aliaZalea. Ternyata tokoh wanitanya adalah adik dari tokoh utama di buku Blind Date. Saya kurang suka dengan bukunya yang pertama karena terlalu banyak kebetulan dan tokohnya terlalu sempurna. Tapi di novel kali ini penulis sudah mengalami kemajuan. Kebetulan-kebetulan masih ada tapi tidak sebanyak itu. Masih bisa ditoleransi. Untuk tokohnya... saya cukup suka karena manusiawi, nggak sempurna dan punya kelemahan.

Awalnya buku ini sangat menjanjikan. Saya suka interaksi sederhana dan sangat sehari-hari antara Ervin dan Adriana. Real dan seperti hubungan persahabatan pada umumnya. Namun begitu Baron muncul, semuanya mulai aneh. Terutama cara Adriana menyadarkan Baron akan pentingnya kesetiaan terhadap calon istrinya. Beneran aneh. Belum lagi keputusan Adriana untuk gila-gilaan, minum alkohol, dan one night stand. Rasanya orang alim seperti Adriana tidak mungkin dalam sekejap berubah gila seperti itu. 

Tokoh Ervin lumayan tapi tidak bikin gemas gimana. Biasa saja.

Yang paling mengecewakan adalah endingnya. Kurang dramatis gimana gitu. Cara penyelesaian masalahnya juga kurang asyik ah. Pokoknya nggak sesuai selera saya.

Tapi saya suka dialog antara Adriana dan kakaknya. Sangat real dan tepat sekali.

"Gue bosan sama hidup gue yang itu-itu saja. Dari gue SD, yang gue tahu Cuma sekolah sama kerja, mencoba untuk jadi murid terbaik, anak terbaik, adik terbaik, pokoknya segala sesuatu yang terbaik. Semua itu gue kerjakan supaya gue nggak ngecewain lo, Bapak, dan Ibu. Gue nggak pernah bisa menikmati masa-masa ABG gue karena terlalu sibuk mikirin nilai. Semua itu gue bela-belain sampai gue nggak punya social life. Waktu semua orang mulai pada pacaran, lo tahu gue ada di mana? Di perpustakaan... belajar. Gue nggak pernah ada kesempatan untuk benar-benar merasakan apa itu fall in love."
 
“Siapa bilang kamu nggak pernah jatuh cinta. Kamu dilamar sama Vincent, kan?”
 
“Yang kemudian gue tolak? Kebayang nggak sih.... dua kali gue dilamar orang, satu kali sama laki-laki yang memang gue nggak cinta dan satu kali lagi sama laki-laki yang gue sangka gue cinta. Tapi buntutnya gue tolak dua-duanya. Gue kerja kayak orang kesetanan, maksudnya supaya orang bisa bilang gue sukses. Tapi gue nggak bisa share sama orang lain kesuksesan gue itu. Gue nggak punya suami, nggak ada anak, nggak punya love life. Waktu di Lembang gue sadar selama ini gue mengidentifikasi diri gue dengan segala sesuatu yang ada di sekeliling gue. Tapi gue sendiri nggak pernah tahu siapa gue di luar itu. Gue bahkan nggak tahu apa yang gue mau."
 
“Kamu ini adikku yang paling pintar, paling baik, paling berbakat, paling punya potensi untuk sukses. Kamu punya kerjaan bagus yang kamu suka...”
 
"Tapi itu bukan yang gue mau, Mbak... itu semua gue kerjakan hanya untuk memenuhi kebutuhan duniawi, tapi gue ngerasa kosong, dan gue baru sadar kekosongan itu nggak akan bisa diisi sama segala sesuatu yang sifatnya material. Kekosongan itu harus diisi dengan... cinta.”

“Kamu dicintai sama gue, Ibu, Bapak, keluarga besar kita, Ina, sobat-sobat kamu....” 

“Ya memang cinta, tapi gue mau cinta dalam bentuk lainnya. Suatu bentuk cinta yang selama ini ada di kamus gue, tapi dengan definisi yang salah. Gue pikir gue cinta sama seorang laki-laki selama lima belas tahun tapi sekarang gue sadar gue nggak cinta sama dia. Separo hidup gue sudah habis hanya untuk menunggu cinta orang itu. Gue sudah salah perhitungan. Sekarang gue sudah mengerti bahwa bentuk cinta yang gue mau berarti pengorbanan, bukan permintaan. Cinta itu harus diberi dengan rela dan terbuka."

Nice dialog, really. I'm touched. Haha...

3/5