Judul : Scars and Other Beautiful Things
Penulis : Winna Efendi
Tebal : 296 halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Dulu Harper Simmons memiliki segalanya. Keluarga hangat dan kekasih yang penyayang. Prestasi gemilang, tim debat tangguh yang memenangi turnamen demi turnamen antar sekolah, dan sahabat yang mendampinginya untuk menaklukkan dunia.
Sampai suatu malam, seorang pria bernama Scott Gideon merenggut itu semua.
Kini, yang Harper miliki adalah malam-malam penuh mimpi buruk yang hanya mampu terlewati dengan bantuan obat tidur. Psikiater yang kerap kali menanyakan apa ketakutan terbesarnya. Ayah yang larut di balik tumpukan pekerjaan, adik kembar yang berhenti mengejar impiannya, sahabat yang tak kunjung mengerti, dan cinta yang perlahan-lahan berubah serapuh porselen.
Harper pikir, ia hanya perlu menjadi lebih kuat daripada seharusnya. Bukankah orang-orang berkata semuanya akan berlalu seiring waktu?
Ini adalah kisah perjalanan untuk melupakan. Untuk menemukan diri sendiri setelah kehilangan begitu banyak; walau seringkali, penemuan dan kehilangan tak berjalan pada sisi yang sama.
Sampai suatu malam, seorang pria bernama Scott Gideon merenggut itu semua.
Kini, yang Harper miliki adalah malam-malam penuh mimpi buruk yang hanya mampu terlewati dengan bantuan obat tidur. Psikiater yang kerap kali menanyakan apa ketakutan terbesarnya. Ayah yang larut di balik tumpukan pekerjaan, adik kembar yang berhenti mengejar impiannya, sahabat yang tak kunjung mengerti, dan cinta yang perlahan-lahan berubah serapuh porselen.
Harper pikir, ia hanya perlu menjadi lebih kuat daripada seharusnya. Bukankah orang-orang berkata semuanya akan berlalu seiring waktu?
Ini adalah kisah perjalanan untuk melupakan. Untuk menemukan diri sendiri setelah kehilangan begitu banyak; walau seringkali, penemuan dan kehilangan tak berjalan pada sisi yang sama.
Review:
Inilah kenapa saya tidak pernah suka konsep pesta remaja di rumah orang. Apalagi kalau tidak mengenal siapa yang mengadakan pesta dan siapa saja yang diundang. Kalau pun mau datang ke pesta begitu, jangan minum yang aneh-aneh. Minimal selalu bersama teman yang bisa dipercaya dan harus saling menjaga.
Jadi, boleh dibilang saya agak kurang bisa bersimpati dengan Harper. Tragedi yang dialaminya terjadi karena kebodohannya sendiri. Memang sih pelaku kejahatannya juga brengsek.
Sebenarnya sih nasib Harper tidak buruk-buruk amat. Keluarga dan pacarnya sangat mendukung. Hanya saja suatu peristiwa besar yang terjadi dalam hidup pasti mengubah identitas diri. Harper harus menghadapi bahwa dirinya bukan dirinya yang dulu dan menerima itu.
3/5
No comments:
Post a Comment