Monday 8 August 2016

Anna and The French Kiss

I

Judul : Anna and The French Kiss (Anna and The French Kiss #1)
Penulis : Stephanie Perkins
Tebal : 372 halaman
Penerbit : Speak

Anna is happy in Atlanta. She has a loyal best friend and a crush on her coworker at the movie theater, who is just starting to return her affection. So she's less than thrilled when her father decides to send her to a boarding school in Paris for her senior year.

But despite not speaking a word of French, Anna meets some cool new people, including the handsome Étienne St. Clair, who quickly becomes her best friend. Unfortunately, he's taken —and Anna might be, too. Will a year of romantic near misses end with the French kiss she's waiting for?



Review:
Buku ini sempat booming. Rating juga bagus. Ada teman saya yang sangat pemilih dalam hal bacaan juga merekomendasikan buku ini. Tapi saya membaca judulnya dan... Ugh. Pasti klise. Saya tidak terlalu suka Paris pula. Mungkin kalau London pasti lebih menarik.

Lalu saya membaca buku ini. Saya jatuh cinta pada Paris. Saya mau belajar bahasa Perancis. Saya mau ke Paris sana dan menelusuri seluruh jejak Anna. Saya bahkan disembuhkan sedikit dari pandangan sinis saya akan soulmate. Mungkin saya benar-benar bisa menemukan seorang Étienne dan cinta sejati saya di dunia ini. Saya dihantui buku ini selama dua malam penuh. Dan saya bertanya-tanya: Ke mana saja kau, Buku Bagus? 

Saya bukan penggemar romance karena saya biasanya bosan dengan romantisme dan manisnya kata-kata penuh kebohongan itu. Tapi kalau ada dramanya saya suka. Walau tetap saja, saya tidak suka drama yang selebay sinetron. Dan di otak saya pertama kali, buku ini terkesan bakal seperti cerita romansa-romansa penuh gula dan orang-orang sempurna. Tidak bakal ada plot keren yang bikin gemas. 

Saya salah besar.

Oh, soal plot keren memang tidak ada karena cerita di buku ini sangat normal dan sehari-hari. Tapi tokoh utamanya: Anna dan Étienne tidak sempurna dan biasa saja sampai-sampai saya merasa seperti berteman dekat dengan mereka. Chemistry dibangun perlahan dengan interaksi dialog yang menarik, cerdas, dan tidak berlebihan. Saya percaya akan koneksi di antara keduanya. Saya percaya akan hubungan persahabatan keduanya. Dan karena saya suka seni, Anna dan Étienne adalah gambaran pasangan yang keren di mata saya. Si Anna suka film dan Étienne suka sejarah. Wow. Saya sangat berharap bisa punya teman seperti mereka. Dilihat dari minat mereka, obrolan mereka sudah pasti sangat menarik buat saya. Dan itulah yang terjadi di sepanjang buku ini. Saya sangat mencermati semua dialog mereka. Bahkan saya menikmati cerita sejarah Étienne tentang bangunan-bangunan di Paris.

Seperti yang saya bilang sebelumnya, Anna dan Étienne bukan orang sempurna. Ada kalanya mereka menyebalkan dan bersikap tidak masuk akal. Yah, namanya juga remaja yang masih labil. Suka marah-marah, mengeluh soal orang tua, dsb. Tapi bukan itu yang saya lihat dari buku ini. Saya melihat sisi romance-nya yang sangat tepat dan sesuai dengan bayangan saya soal true love. Jiwa romantis saya dibuat puas oleh buku ini. Sumpah. Bahkan saya suka dengan sifat pasif agresif Étienne yang antara mau menyatakan perasaannya dan tidak. Kode yang ditulisnya di buku puisi gagal diketahui Anna pula. Haha... Tidak ada romance yang berjalan semulus dan seindah itu. Oh, bagian saat Anna tidak lagi menyangkal perasaannya itu... Kena jleb di saya. Penggambarannya bagus banget.


Settingnya cocok. Saya suka dengan nuansa kota dan sekolah mereka. Saya lumayan penasaran dengan Josh, sahabat Étienne yang artistik dan tukang bolos. Biasa, inisial "J" itu memang kelemahan saya. Haha... Dan si Josh bakal muncul di buku ketiga nanti. Kyaaaaaa...


Sekarang bagian fangirling. Buku romance kan harus ada bagian ini. Saya harus akui kalau Étienne sangat charming dan lucu. Suka Sejarah dan seni pula. Ya, saya memang seleranya seperti itu. Cowok yang suka seni dan sejarah itu seksi, tau! Namanya juga itu, lho. Étienne St. Clair. Bagussss banget. Tapi... Saking bagusnya kisah Anna dan Étienne ini, saking kuatnya koneksi di antara mereka, saking cocok dan meant-to-be-nya kedua tokoh itu, akhirnya yang saya inginkan cuma satu: mereka jadian dan hidup bahagia selamanya.            

Stephanie Perkins, saya salut. Buku ini sukses bikin saya percaya kalau di luar sana pasti ada seseorang yang bisa memiliki koneksi terdalam dengan pikiranmu dan menerimamu apa adanya. 


Saya tahu buku ini menjual mimpi. Tapi ini bagus buat kesehatan jiwa dan mental saya yang super negatif dan sinis terhadap manusia.


Definitely all times favorite.


5/5

2 comments:

  1. WOW ratingnya sempurna. Pasti berkesan banget buku ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Recomennded bgt buat yg suka young adult romance :)

      Delete