Monday 21 April 2014

Allegiant


Judul : Allegiant (Divergent #3)
Penulis : Veronica Roth 
Tebal : 526 halaman
Penerbit : KatherineTegen Books

The faction-based society that Tris Prior once believed in is shattered—fractured by violence and power struggles and scarred by loss and betrayal. So when offered a chance to explore the world past the limits she’s known, Tris is ready. Perhaps beyond the fence, she and Tobias will find a simple new life together, free from complicated lies, tangled loyalties, and painful memories. 

But Tris’s new reality is even more alarming than the one she left behind. Old discoveries are quickly rendered meaningless. Explosive new truths change the hearts of those she loves. And once again, Tris must battle to comprehend the complexities of human nature—and of herself—while facing impossible choices about courage, allegiance, sacrifice, and love. 


Review:
Warning: Spoiler!

Sebelum saya mulai membaca buku terakhir seri Divergent ini, saya sempat melihat ratingnya yang sangat turun jauh dibandingkan buku pertamanya. Setelah saya selesai menutup buku ini, saya mengerti alasannya. Tapi anehnya, justru saya paling suka buku ketiga ini.

Di akhir buku kedua, seluruh faksi dihadapkan pada kenyataan bahwa ada dunia di luar sana yang berbeda dari dunia yang mereka miliki. Seseorang yang dikenal dengan nama Edith Prior menyatakan dalam videonya bahwa kaum Divergent akan muncul dan mereka dibutuhkan di dunia luar. 

Video ini memunculkan berbagai macam reaksi. Evelyn Johnson, ibu Tobias tetap memegang keputusan awalnya untuk memimpin semua orang dengan sistem diktator. Para anggota faksi yang tidak suka pun membentuk grup pemberontakan bernama Allegiant. 

Sementara itu, Tris dan kawan-kawannya ingin pergi keluar dari tempat mereka untuk mencari kebenaran di dunia yang terletak di balik pagar pembatas. Mereka berhasil keluar dengan sembunyi-sembunyi dan bertemu dengan orang-orang yang ternyata tahu mengenai keberadaan mereka.

Kenyataan ternyata memang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Bagi orang-orang di luar, Chicago hanyalah sebuah objek eksperimen. Dulu manusia percaya bahwa ada gen jahat dalam DNA mereka. Itu sebabnya mereka mulai memperbaiki genetik manusia dan ternyata hasilnya sangatlah buruk. Manusia hasil eksperimen mereka hanya memiliki satu dimensi karakter saja. Untuk memperbaiki hal itu, pemerintah mengisolasi seluruh manusia yang genetiknya rusak (Genetically Damaged/GD) ke dalam beberapa area. Mereka terus dipantau dan dibiarkan berkembang biak hingga mutasi penyembuhan terjadi dan muncullah orang-orang normal atau yang disebut manusia bergenetik murni (Genetically Pure/GP). Salah satu tempat isolasi itu adalah Chicago yang merupakan satu-satunya area yang menggunakan sistem faksi. 

Seiring waktu berlalu, GP mulai muncul dalam bentuk kaum Divergent. Satu per satu kaum Divergent diculik oleh para ilmuwan untuk akhirnya bisa bebas dan hidup di dunia yang sebenarnya dan bukan dunia eksperimen. Hal itu membuat Tris marah. Bagaimana mungkin para ilmuwan itu tega memperlakukan mereka hanya sebagai objek? Mereka hanya diam saja saat semua orang dibantai dan dibunuh oleh Jeanine Matthews. Mereka bahkan tidak membantu saat sekarang Chicago dalam krisis pemerintahan. 

Tris tinggal di dalam area penelitian itu sambil mengamati keadaan. Ia melihat lewat kamera pengintai apa yang terjadi di tempat tinggalnya dulu. Ia juga mempelajari siapa ibunya yang sebenarnya. Dan saat keadaan berubah semakin kacau di Chicago, para ilmuwan itu memutuskan untuk memprogram ulang semua manusia itu dengan serum memori. Mereka akan membebaskan serum itu di seluruh Kota Chicago agar semua orang lupa ingatan dan mulai dari awal lagi. 

Tris tidak bisa menerima itu. Ia tidak mau orang-orang yang dikenalnya melupakan segalanya. Ia tidak ingin membiarkan para ilmuwan itu memanfaatkan manusia seenaknya demi menutupi kegagalan mereka sendiri. Ia pun menyusun rencana untuk menjatuhkan biro penelitian itu sekaligus menyelamatkan penduduk kotanya.

Saya membaca buku ini bagai orang kesetanan. Saya tidak bisa berhenti membaca karena sangat penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Setiap rahasia yang dibuka membuat saya terpana. Saya pun mulai bisa menyatukan kepingan puzzle yang tidak begitu jelas sejak awal cerita ini dimulai di buku pertama. Ceritanya sangat menarik dan sangat fresh karena saya tidak pernah membaca kisah seperti ini di buku manapun. Belum lagi sisi sains genetiknya yang keren sekali. Maklum, saya kuliah di bidang itu, jadi pasti saya suka dengan ide Veronica Roth ini. Memperbaiki manusia dengan membuang gen jahat? Kreatif banget! Haha...

Saya tidak pernah suka sekali pada tokoh Tris, tapi saya menghormati setiap keputusan yang dibuatnya. Saya menganggapnya orang biasa yang berani mengambil tindakan. Untuk itu, saya cukup suka dengan karakternya. Saya menangis untuk hidupnya yang tidak adil. Dari awal, ia tidak pernah bisa bergabung dalam satu kelompoknya sendiri karena ia sangat berbeda. Ia seorang Divergent, Insurgent, dan bahkan di buku terakhir ini... Ia memang seorang GP, tapi ia membenci para GP yang ditemuinya di pusat penelitian itu. Seharusnya GP membenci para GD, tapi seorang Tris ingin menyelamatkan seluruh teman-teman GD-nya. Saya kasihan sekali pada tokoh ini. Sesuai pesan Veronica Roth sejak awal, ia ingin menuliskan bahwa semua orang ingin memiliki tempat tersendiri dalam masyarakatnya. Belong to something. Saat seseorang memilih suatu jalan hidup, dia berharap dia akan memiliki komunitas yang menghargai apa yang dipilihnya itu. Tapi sayangnya, Tris tidak punya kemewahan itu. Itu sebabnya saya harus setuju dengan penulis yang memberikan akhir seperti itu pada Tris. Memang jauh lebih baik begitu. Karena walaupun ia memiliki Tobias dan Christina yang menyayanginya, saya rasa itu tidak cukup. Saya rasa Tris pasti lelah dengan seluruh perjuangannya untuk mendapatkan tempat dalam dunia itu walaupun Tris tidak pernah putus asa dan menyerah demi orang-orang yang dicintainya.

“I don't belong to Abnegation, or Dauntless, or even the Divergent. I don't belong to the Bureau or the experiment or the fringe. I belong to the people I love, and they belong to me-they, and the love and loyalty I give them, form my identity far more than any word or group ever could.” 

Kisah ini sedih dan pada dasarnya saya menyukai cerita yang sedih. Bahkan epilog buku ini menghantui saya dengan narasi-narasi Tobias yang sangat menyentuh. Endingnya mengejutkan, namun bagus sekali. Saya memang sejak dulu selalu berpendapat bahwa kisah hidup para pahlawan benar-benar ironis. Mereka terkenal dan dipuji setelah meninggal. Dan pastinya saya memang suka cerita-cerita ironis seperti Allegiant ini.

“When her body first hit the net, all I registered was a gray blur. I pulled her across it and her hand was small, but warm, and then she stood before me, short and thin and plain and in all ways unremarkable- except that she had jumped first. The stiff had jumped first.
Even I didn't jump first.
Her eyes were so stern, so insistent.
Beautiful.” 


“But that wasn't the first time I ever saw her. I saw her in the hallways at school, and at my mother’s false funeral, and walking the sidewalks in the Abnegation sector. I saw her, but I didn't see her; no one saw her the way she truly was until she jumped. 
I suppose a fire that burns that bright is not meant to last.” 


Definitely my favorite book!

5/5

33 comments:

  1. Rating yang tinggi sekali, 5/5. Keren banget ya. Sayang banget, saya belum baca series-nya.

    ReplyDelete
  2. ayo dibaca... kan udah ada film pertamanya tuh :)

    ReplyDelete
  3. huaaa endingnya begitu ya? T.T

    ReplyDelete
  4. lalu sebenernya kenapa sih kok banyak orang-orang yang takut sama para Divergent?
    Kenapa juga Jeanine dan pemimpin dauntless sampai membunuh para divergent?
    memangnya apa yang mereka takutkan dari para divergent?
    saya masih nggak ngerti

    ReplyDelete
    Replies
    1. 1. Kenapa orang takut sama para Divergent?
      Yang takut pada Divergent adalah orang-orang seperti Jeanine. Mereka tidak mau dunia yang mereka punya diubah. Ingat, mereka adalah orang-orang yang hanya punya satu sisi kepribadian saja sehingga mereka cenderung kaku dan tidak suka perubahan. Keberadaan Divergent mengancam adanya perubahan itu. Kalau dipandang dari sudut orang normal, hal itu memang aneh. Tapi menurut mereka, dunia faksi adalah yang terbaik. Lihat saja betapa takutnya dan jijiknya mereka terhadap Factionless. Divergent mungkin dianggap jauh lebih mengerikan dibandingkan Factionles.

      2. Kenapa Jeanine dan pemimpin Dauntless membunuh para Divergent?
      Karena ketakutannya itu. Mereka ingin segalanya tetap seperti biasa. Selain itu, sisi Erudite Jeanine membuatnya selalu ingin tahu akan segala pengetahuan. Divergent adalah kelainan dan ia ingin mempelajarinya. Tidak semua DIvergent ingin dibunuhnya. Ia menyimpan beberapa untuk penelitian.

      3. Yang ditakutkan dari Divergent?
      Yah, ini hanya pengandaian. Seandainya di dunia kita ada alien. Apa yang akan dipikirkan semua orang? Apakah menerima begitu saja? Apakah ada yang seperti Jeanine, yang mencoba memusnahkan kemungkinan ancaman itu? Sebenarnya intinya sih begitu. Manusia cenderung tidak menyukai kelainan.

      Delete
    2. Oohh ya ya saya ngerti. Terus Edith Prior itu termasuk orang yang tinggal dalam program faksi2 itu atau dia ada di luar?

      Delete
    3. Edith Prior itu nama aslinya Amanda Ritter. Dia orang luar yang ingin membangun faksi di kota itu. Dia memulainya dengan identitas baru, yaitu Edith Prior yang adalah orang pertama di faksi Abnegation.

      Semoga membantu jawabannya :)

      Delete
  5. Hai Sabrina,
    Saya menyukai Review Allegiant yang kamu buat, terus terang saya tidak terlalu "sreg" dengan kisah akhir seperti itu, terkesan dituntut untuk cepat selesai dan kupikir Roth seperti tertekan. Allegiant dikisahkan dengan dua point of view (Tris & Tobias), tetapi saya rasa dengan ketebalan yang tidak terlalu tebal dibandingan dua seri sebelumnya saya pikir Roth bisa lebih mengeksplor lagi bagian per bagian.

    Mungkin karena saya terlanjur skeptis karena Jeanine Matthews tewas duluan di Insurgent, jadi saya ga ngerti kenapa dia ngotot hunting Divergent? dan kupikir roth agak kacau, ada hal yang aneh:

    1. Roth memperkenalkan kita pada kakaknya Will bernama Cara di Divergent (Pada saat hari kunjungan). Di divergent Roth tidak menggambarkan bahwa Cara sangat mirip dengan Jeanine Matthews dan sangat membenci kaum abnegation. Tetapi, di Allegiant Roth memperkenalkan Cara (mempertemukannya dengan Tris) sebagai orang yang mirip dengan Jeanine Matthews, tetap sebagai kakaknya Will, dan lebih heran lagi diceritakan Tris seperti baru pertama kali bertemu Cara dan kaget bahwa sangat mirip dengan Jeanine Matthews.
    (kupikir ini pasti salah satu alasan agar Kate winslet tetep "eksis" di Filmnya)

    2. Pembagian dua pov nya membingungkan, untung aja ada title Tris or Tobias diawal.

    segitu aja sih, let's disscus.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thanks sudah baca reviewnya :) Iya banyak yang mengeluh sad ending, tapi karena Tris terlalu jago di awal-awal, saya malah lebih suka akhirnya begitu. Hehehe... Saya setuju banyak hal kurang dieksplorasi di sini, alurnya sangat cepat sehingga mungkin kurang jelas di beberapa bagian. Tapi untungnya Roth hanya berpusat di Tris dan Tobias sehingga banyak hal kecil muncul namun tidak terlalu penting.

      1. Wah, sepertinya kamu lebih detail dari saya ya. Entah kenapa saya tidak pernah menganggap Cara mirip Jeanine. Setahu saya maksud Tris dengan Cara mirip Jeanine itu karena dia seorang Erudite yang senang meneliti hal-hal baru. Mungkin saya harus baca ulang untuk tahu persisnya seperti apa. Tapi di Divergent si Cara tidak mengambil peran penting dan Tris hanya mengenal sambil lalu. Kalau biasa kita kenalan sama orang baru mungkin kita nggak terlalu merhatiin. Setelah mengalami banyak kejadian dengan Jeanine, mungkin Tris baru ngeh dan baginya Cara mengingatkannya pada Jeanine karena Cara seorang Erudite.

      2. Ini biasanya kesalahan penulis. Dual POV selalu menjadi jebakan kalau menggunakan sudut pandang orang pertama. Kesannya jadi mirip dan tidak bisa dibedakan. Ada beberapa bagian yang saya rasa suara Tobias mirip dengan Tris. Tapi karena petualangan mereka berbeda, saya masih bisa mengikuti.

      Delete
    2. Tadinya kupikir begitu,tapi coba baca ulang Divergent dan Allegiant dan perhatikan saat awal muncul pertama Cara di setiap buku.

      ALLEGIANT:
      Halaman 67

      "Aku merasakan sentakan ngeri. Wanita itu sangat mirip dengan ... Jeanine."
      Tidak, aku sudah melihatnya mati. Jeanine sudah tiada.
      Wanita itu mendekat. Ia bertubuh tegap dan pirang, mirip Jeanine. Kacamata bergantung dari sku depan, dan rambutnya dikepang. Seorang Erudite sejati, tetapi bukan Jeanine Matthews.
      Cara

      DIVERGENT
      Halaman 211
      "Aku memperkenalkan ibuku pada will dan Christina. Lalu, Christina memperkenalkanku pda ibu dan adik perempuannya. Namun, saat will memperkenalkanku pada Cara, kakak perempuannya, ia menatapku dengan tatapan yang bisa membuat tanaman layu dan tak mengulurkantangan untuk bersalaman denganku."

      Dari sini terlihat sekali bukan?
      aku benar-benar yakin kalau ini bertujuan untuk kelangsungan "eksis" Kate Winslet dalam adaptasi film nya.

      Delete
    3. logikanya, bukankah dalam Divergent pun Tris sudah mengerti wajah Jeanine Matthews? Kenapa Roth tidak mendeskripsikan sejak awal saja bahwa Jeanine dan Cara sangat mirip? toh akting Kate Winslet sudah tidak dapat diragukan ragi, ia pasti dapat memerankan 2 tokoh sekaligus dalam satu film.

      Delete
    4. Wah, beneran kesalahan si Roth nih. Mungkin awalnya dia tidak menganggap Cara bakal jadi tokoh penting, jadi asal bikin deskripsi. Kalau soal Kate Winslet kurang tau juga sih. Waktu nulis Allegiant apakah Roth sudah tahu bakal ada Kate Winslet di film Divergent? Tapi beneran fatal sih kesalahn deskripsinya. Cuma buat pembaca kayak saya yang kurang kritis pasti terlewat :)

      Delete
  6. Allegiant ditulis saat proses syuting divergent sudah melalui tahap casting almost done, dan allegiant selesai ditulis bahkan diparuh syuting film selesai dan sudah mengambil beberapa take scene untuk Kate Winslet.

    Begini.
    Saya suka dengan basic story mengenai pembagian faksi menurutku juara banget, kesalahan disana-sini roth saya maklumi karena debut. Tetapi kalau karya dicampur aduk dengan kepentingan komersial? weird banget

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oh, ternyata begitu... Sepertinya Roth memang tidak memiliki semaca draft karakter untuk Cara. Jadi, langsung menulis begitu. Tapi memang keberadaan Kate Winslet menjual filmnya banget.

      Delete
  7. Dan lagipula Divergent-Insurgent-Allegiant bukan kisah yang sempurna, terus terang saya jatuh cinta pada saat pertama kali membaca Divergent, lalu melihat biografi Roth yang ternyata masih sangat muda dan debutnya langsung BOOMING seperti ini saya menjadi agak kurang "sreg".
    Roth seperti tertekan, kesalahan pertama yg saya tangkap adalah saat Tori menghujam perut Jeanine dan mengucapkan "George Wu" saya berpikir siapa itu George Wu? Ternyata Roth salah tulis, di Divergent Roth mengatakan bahwa adik Tori bernama "Jonathan Wu" aduhh mba Roth ni kebanyakan bikin novel (Divergent, Insurgent, Allegiant, Free Four, The Transfer) sampai lupa sama karakternya sendiri.

    -Yoni Fiksiana-

    Notes: belum lagi adaptasi novelnya yang benar-benar bukan sperti yang tertuang di buku, masa Natalie Prior rambutnya hitam, pakaian faksi ga sesuai deskripsi buku, Tris nya enggak blonde, banyak bedanya deh...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul, seri Divergent ini jauh dari sempurna. Roth beruntung karena idenya orisinal hingga bisa BOOM. Dia juga belum berpengalaman sayangnya sehingga kerasa banget banyak adegan ditulis terlalu cepat dan sambil lalu. Lalu dikejer tenggat waktu oleh agennya, saya rasa. Jadi,deh banyak kesalahan.

      Soal film memang selalu mengecewakan. Tidak pernah bisa konsisten sama bukunya. Tris di film juga terlalu kekar padahal digambarkan di buku pendek dan kecil gitu...

      Delete
  8. Btw.. Saking saya senengnya sama Divergent series ini, dan menemukan kejanggalan-kejanggalan itu saya sampai membaca ulang semuanya, dan yang saya temukan memang "kejanggalan" itu.
    Terus terang saya fans berat Kate Winslet, saya seneng sekali aktris favorit saya bermain film di adaptasi novel favorit saya dan ini penampilan perdana Winslet sebagai villain.
    Tetapi ketika kejanggalan itu menggelitik saya untuk protes, ya seperti ini jadinya. Saya menumpuk karya Roth di paling ujung rak buku karena saya tak ingin membacanya lagi.

    Terimakasih atas Diskusinya, Sabrina.

    -Yoni Fiksiana

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha... sampe ditaro di rak paling ujung. Emank fenomenal seri Divergent ini. Nggak apa-apa, walaupun banyak kejanggalan, yg penting menghibur :) Kate Winslet memang keren di filmnya, banyak yg suka dia jadi villain...

      Thanks juga sudah mau berbagi pendapat, nice to know you :D

      Delete
  9. nice to meet you Sabrina :)

    ReplyDelete
  10. Hai.. Lagi kesel karna baru beres baca allegiant.. Browse gaje sana sini brharap ada happy news nya. . tp trnyata banyak yg kcwa juga ya... Hahaha. . saya juga ngrasa ini buku ktiga trlu dpaksakan .. Brasa monoto dgn bnyak nya konflik ... Kurang greget seru nya.. Dan ngrasa itu si tobias ko fragile bgt yaa.. Extreme bgt routh bkin dia galau nya.. Pdhal kan four itu jagoan.. Blh lah tnjuki kelemahan nya.. Tp klo kaya gtu bgt kaya jatoh bgt.. Dan yang paling aku ga suka ya itu...knpa mesti mati sih tris nya.. Gkan ada idup gy kan??? I mean.. Dgn smua perjuangan dia trs mati aja yaa.. Ga worth..
    Oia.. Salam kenal ya. Hehet4

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha... iya, banyak banget yang kecewa. Nggak adil buat Tris memang. Tapi saya memang seneng yg tragis2 sih... Menurut saya, justru memang si penulis seneng bikin cerita yang banyak konflik, tumpang tindih. Karena dia penulis pemula, jadi belum bisa bikin alur yang rapi. Si Four memang udah galau dan suka marah2 dari buku kedua. Dia bukan divergent juga, jadi pasti ada yang beda dari org biasa.
      Salam kenal juga :)

      Delete
  11. aaah sumpah ending novelnya bikin aku mewek....aku suka banget novel ini T^T

    ReplyDelete
  12. Jadi gimana cerita cinta tris dan four akhirnya gimana ? Tolong diperjelas

    ReplyDelete
    Replies
    1. cerita cintanya sad ending. cewenya meninggal... *eaaa spoiler

      Delete
  13. tris meninggal gara gara apa sab ? jwb plis penasaran :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Walah spoiler alert yaghhh... Tris matinya ditembak. :(

      Delete
  14. Buat yang debat tentang Cara, menurut saya Roth emng ga desripsiin bahwa Cara mirip sama miss JM, tp pas tris ngeliat Cara di Allegiant Cara kan ngubah penampilan, tp di divergent cara kan biasa aja, mungkin tris kaget karena cara ngubah penampilan menjadi mirip miss JM
    Ini opini saya

    ReplyDelete
  15. Wah setelah saya baca review mba, saya baru ngeh gimana maksudnya novel ini, dibandingkan dengan filmnya yg barusan saya tonton *btw ini pov orang yg nonton film tapi ga baca novelnya hehe* Sebelum baca review ini, saya bingung dengan filmnya, maksudnya apa.

    Lalu ending film yg membiarkan Tris tetap hidup (saya baca spoiler novel sebelum film ini muncul), rasanya ada yg kurang, ending Tris yg saya harapkan tsb (lha^^i) malah ga dibiarkan terjadi hwhw. Rasanya ada sedikit rasa kecewa.

    Btw nice review mba :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thx sudah berkunjung :)

      Iya, saya kecewa karena filmnya dibuat berbeda dari buku. Pesan yang ingin disampaikan penulis di allegiant jadi tidak tersampaikan. Saya belum nonton film ketiganya, tapi ratingnya sepertinya kurang bagus. Saya jadi waswas juga nih.

      Delete
  16. Another playing-God-class-division-society story just like Hunger Games ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kind of. But it is more of division by personalities and characters. The idea is to create perfect human with no bad traits.

      Delete