K: Saya juga demen fantasi dan saya memang tumbuh besar bersama Harry Potter, tapi ga termasuk kacamata bulat culunnya. *apa sih*
S: Siapa penulis favoritmu? Kenapa?
R: Favoritku ada empat. J.K. Rowling, Darren Shan, Sinta Yudisia, Bang Aswi.
J.K. Rowling.
Aku lebih dulu berkenalan dengan tante Jo ketimbang Harry Potter. Sebelum aku berkenalan dengan tante Jo, aku memang sudah bertemu dengan Harry Potter tapi kami hanya saling berpandangan tanpa melempar senyum apalagi bertegur sapa. Kemudian seorang teman mengenalkanku pada tante Jo. Aku tahu sedikit lebih banyak tentangnya. Mengenal masa kecilnya hingga akhirnya ia melahirkan anak khayalannya. Aku tahu sedikit cerita bagaimana tante Jo membesarkan dua anak sekaligus. Lalu kakak sepupuku—entah kesambet apa—memberiku buku Harry Potter and the Order of the Phoenix yang masih baru, berplastik bahkan masih ada label harganya. Saat itulah aku berkenalan dengan Harry Potter. Dan aku sadar kalau tante Jo telah merapal mantra dan diarahkan padaku.
Darren Shan.
Om Shan adalah penulis pertama yang berhasil mengambil hatiku. Untuk pertama kalinya aku ingin membaca cerita tulisannya lagi, lagi dan lagi. Dan Darren Shan Saga adalah serial pertama yang aku punya lengkap. Ah om Shan, dia benar-benar membuatku ingin jadi keponakannya.
Sinta Yudisia.
Pertama kalinya aku membaca buku mbak Sinta itu di tahun terakhir di SMP. Waktu itu lagi rame-rame dateng ke bazar di kantor Mizan. Aku asal ambil buku. Dan aku mengambil buku mbak Sinta. Tadinya aku berniat membeli buku itu untuk disumbangkan ke perpustakaan. Sebuah buku kumcer berjudul Cadas Kebencian. Dan ternyata, aku tidak rela buku itu jadi milik perpustakaan. Ceritanya luar biasa. Sederhana tapi ngena. Sayang sekali seseorang meminjamnya dan tak pernah mengembalikan. Hingga aku lupa siapa yang meminjam. Dan kini hanya keajaiban yang bisa membuatku mendapatkan buku itu kembali. Karena tidak ada satupun yang tersisa di gudang penerbit.
Bang Aswi.
Aku kenal beliau lewat buku antologi berjudul Can You Keep the Secret. Aku membacanya sekali pinjam dari teman. Lalu menemukannya di toko buku dan beli sendiri. Aku membaca biodata para penulis. Aku sadar satu hal. Bang Aswi adalah orang yang sama dengan orang yang pernah mama ceritakan. Mama kenal Bang Aswi. Buku itu punya nasib yang sama dengan Cadas Kebencian. Hanya saja aku tahu siapa yang meminjam. Tapi aku tidak tahu kenapa aku bisa meminjamkan buku itu. Hanya itu sih karya Bang Aswi yang aku baca. Aku lebih sering membaca tulisannya di blog. Mendengar ia memenangkan banyak hal dengan tulisannya membuatku kagum. Terlebih karena aku—akhirnya—aku mengenalnya—setelah berinteraksi hanya lewat internet—aku mengunjungi rumahnya, ia berkunjung ke rumahku, ia di depan mataku. Rasanya seperti mimpi. Karena kalau bertemu, ia terlihat biasa. Orang lain mungkin tak akan menyangka kalau goresan penanyalah yang punya sentuhan.
K: Saya cuma tahu satu doank >.<
S: Saya baca blogmu dan ternyata kamu suka Darren Shan. Apa istimewanya dari penulis ini?
R: Seperti yang sudah kukatakan. Om Shan—anggap saja aku ini keponakannya—adalah penulis pertama yang memikatku. Aku suka membaca ceritanya berulang kali. Tidak bosan. Dan selalu berharap bisa membaca seluruh karyanya. Bukan julukan master of horror yang membuatku terpikat. Sesuatu yang ajaib telah merasukiku saat membaca bukunya. Aku selalu merasa ada di sisinya. Andai ia benar-benar ada di sisiku. Sekali saja..... *lalu mencari tissue*
K: Saya penasaran mau baca karya Om Shan ini. Tapi begitu melihat genrenya... "master of horror", kabur ah~~ *takut*
S: Kamu suka nulis sejak kapan? Kenapa kamu suka menulis? Karya mana sajakah yang sudah diterbitkan? Siapakah yang menjadi inspirasi terbesarmu? (oops, diborong)
R: Aku suka menulis karena orang yang sama. Seorang teman yang diam-diam kuajak bicara karena aku males juga jalan bareng temen buat ngerjain tugas tapi gak ngobrol. Dia membisikan sesuatu padaku kalau tentang ceritanya. Tentang seorang tokoh perempuan bernama Aqua. Dari sanalah aku ingin menulis. Aku tidak ingin kalah darinya. Seorang pendiam yang menghasilkan karya. Seharusnya aku juga bisa. Tapi karyaku belum ada yang diterbitkan *lalu mengambis tissue lagi* Tiga tulisanku masuk buku. Tapi kuharap tidak ada yang menghitungnya karena perjuangan ketiganya sama sekali tidak berasa. Tidak ada orang khusus yang menjadi inspirasi terbesarku. Terkadang inspirasi itu datang dari mimpiku sendiri. Beneran mimpi, mimpi pas lagi tidur. Hehe. Tapi aku selalu bilang pada diriku untuk mempersembahkan satu ceritaku untuk seseorang yang kupikir punya pengaruh besar. Nama mereka akan tertulis di buku yang—semoga—kelak diterbitkan J optimis weh lah aku mah...
K: Optimis dong :D Lagipula gaya tulisanmu bagus nih. Saya bahkan nggak perlu edit jawabanmu hehe...
S: Apa impian terbesarmu?
R: Aku berharap bisa meraih impian yang tersisa. Maksudku, aku sudah 3 kali mengubur impianku dan tentu saja itu menyedihkan. Aku ingat saat kecil ingin menjadi apa saat besar nanti. Kujawab sebuah profesi. Tapi karena suatu hal yang tak bisa kuhindari, membuatku menguburkan impian itu. Lalu aku berganti mimpi, ingin menjadi sesuatu. Tapi saat aku kembali terbentur kenyataan kalau aku tidak bisa meraihnya, aku kembali mengubur impian itu. Lalu aku berganti mimpi lagi. Yang pertama terpikir saat aku SD, lalu yang kedua aku lupa tapi anggap saja saat SMP. Dan yang terakhir itu terpikirkan saat aku SMF. Sebuah impian yang sesungguhnya berbeda jalur dengan apa yang aku pelajari. Tapi saat aku sadar aku juga tidak bisa melakukannya, aku menangis sebelum aku mengubur mimpi itu. Kini aku kembali mendapat pijakan. Menulis. Hanya itu yang bisa kuraih dalam keadaan yang sekarang. Jikalau aku tidak bisa menjadi seorang penulis, aku tidak tahu aku ingin menjadi apa. Sepertinya tidak ada hal lain yang kuimpikan selain melawan rasa takutku. Ya, aku takut saat ada yang membaca tulisanku. Setidaknya itulah mimpiku. Yang kita bicarakan ini bukan mimpi manusia pada umumnya kan? Seperti hidup sejahtera dan bahagia hingga akhir waktu?
K: Profesi apa nih? Guru, dokter, menteri keuangan? Haha... Kalau mimpi manusia pada umumnya, saya juga mau :D
S: Apa hobimu selain membaca dan menulis?
R: *langsung mati gaya* haduh, nulis sama baca aja belum bisa dibilang hobi XD Gak ada lagi kayaknya. Sejak 3 bulan yang lalu sih demen main game online Travian. Tapi berhubung bikin kecancuan, aku close semua akunku. Kadang rindu juga. Itu game yang aku banget. Bangun pagar, bagun ladang, berpetualang..... Aku juga jarang keluar rumah. Kalau gak sama laptop ya sama buku kalo enggak ya sama tv. Dan pilihan lain ya sama tempat tidur dan gulingku tercinta #eh
K: Tos! Saya juga anak rumahan, jarang keluar rumah dan senang guling-gulingan di kasur sambil baca buku. *eh?
S: Apa pendapatmu soal seri Harry Potter? Kan kamu suka banget sama seri itu.
R: Kalau aku bilang amazing sih udah banyak yang bilang ya? Hahaha. Kenyataannya adalah aku menyukai cerita ini lebih ke behind the scene-nya. Jadi bukan hanya tentang Harry Potter tapi tentang J. K. Rowling. Aku masih heran apa yang sebenarnya ia lakukan hingga seluruh dunia tahu tentang Harry Potter. Satu hal yang sih yang aku percaya. Apa yang ia lakukan dulu setimpal dengan apa yang ia dapatkan sekarang. Tapi aku berusaha meyakinkan diriku bahwa aku tidak perlu sesedih Tante Jo jika aku berharap aku mendapatkan apa yang bisa ia dapatkan.
K: Memang, perjuangan tanpa lelah pasti membuahkan hasil pada akhirnya. *wise mode on*
S: Kamu bisa bahasa Jepang ya? (soalnya ada posting judulnya pake bahasa itu :D) Bisa bahasa apa lagi selain Indonesia?
R: Ah, itu mah gaya-gayaan aku aja. Aku gak bisa bahasa Jepang kok. Cuma tahu sapaan selamat pagi, selamat siang, sampai jumpa lagi, minta maaf, pernyataan cinta, ucapan selamat ulang tahun, ucapan selamat tidur, ucapan selamat makan, tunggu, Cuma kosakata yang benar-benar dasar. Aku memang mengagumi Jepang tapi gak bisa kok bahasa Jepang. Cuma kalau baca teks bahasa Jepang emang udah gak kaku. Udah biasa lidahnya :D Bahasa lain? Inggris pun aku belum lancar eung -_- Dan kita gak menghitung bahasa daerah kan? Karena soal ini aku pun tidak pandai o_O
K: Ah, menurut saya kalau sudah bisa pernyataan cinta berarti sudah lumayan bisa bahasanya. *ngaco*
S: Kelihatannya kamu sibuk ya sampai membutuhkan 30 jam sehari? Ceritakan tentang pekerjaanmu sehari-hari.
R: Aku suka dengan kesibukan. Membuatku merasa seperti orang penting dan aku perlu alasan itu agar aku tidak bermalas-malasan di kasur. Aku perlu 7 jam untuk tidur, 7 jam untuk bekerja, 4 jam untuk rutinitas di rumah, 4 jam untuk bermain, 4 jam untuk menulis dan 4 jam untuk membaca. Bukankah 24 jam sehari itu jauh dari cukup?
K: Setuju sekali. Sibuk berarti orang penting! Makanya saya suka pura-pura sibuk padahal santai begini *eaaa*
S: Kalau disuruh milih, kamu ingin tinggal di negara mana?
R: Kembali ke Jepang. Aku suka Jepang. Tapi kalau urusan tempat tinggal....
Aku senang aku tinggal di Indonesia. Dan sungguh, aku rasa tidak ada tempat tinggal yang lebih baik dari tempat di mana aku dilahirkan...
K: Saya jadi kangen Bandung~~ *lupakan*
S: Tokoh fiksi mana yang paling disukai? Kenapa?
R: Kalau paling, aku bingung sebenarnya. Sejauh ini belum benar-benar suka sama seorang tokoh :p Ada satu sih, tapi tokoh yang aku ciptakan sendiri XD Namanya Renee. Dia akan kuperkenalkan pada dunia secepat yang aku bisa. (berkata dalam hati : entah deh kapan).
K: Ayo, cepatlah menuliskan cerita Renee. Namanya bagus, uy.
S: Apa kamu punya quote favorit dari buku?
R: Kalau kata-kata indah sih banyak. Tapi favoritku itu kalimat biasa tapi sungguh bisa membuat tenggorokanku tercekat. Aku merasa dadaku sesak. Seketika aku harus berusaha untuk membendung air mataku. Agak lebay ya? Oke aku tahu ini bukan agak lebay tapi memang lebay :p Favoritku adalah paragraf pertama dari bab 29 dari buku Cirque Du Freak karya om-ku, om Shan :p
"Aku memperlakukan setiap menit yang kuhabiskan bersama keluarga dan teman-teman bagaikan waktu-waktu yang sangat berharga. Aku memperhatikan wajah dan suara mereka dengan cermat, supaya tidak melupakan semua itu. Aku tahu aku takkan pernah melihat mereka lagi dan hal itu membuat hatiku pedih, tapi hal ini memang harus terjadi. Tidak ada jalan kembali."
K: Betul, waktu tidak bisa diputar ulang. Enjoy while you can. XD
S: Apakah kamu punya dosa timbunan buku yang belum dibaca? Seberapa besar timbunan itu?
R: Aku tidak mau membicarakan ini. Ada banyak di kamarku. Mungkin sekitar 45 judul. Dan aku tidak tahu aku harus mulai dari yang mana *ngacak-ngacak rambut*
K: Tenang, nanti akan nambah lagi kok. Sama kayak saya, hehe... *tambah ngacak-ngacak rambut*
S: Apa kesanmu menjadi anggota BBI? Apa harapanmu ke depan sebagai anggota BBI?
R: Sungguh menyesal. Aku jadi kecanduan baca buku. Dan kini lagi kena virus dystopia ._.
K: Haha... Dijamin makin kecanduan. Sebelum gabung BBI, timbunanku cuma 60 buku. Sekarang? 211 :(
~R. Maryana with her books~
Nah, itulah hasil interviewnya. Saya jadi mengenal seorang anggota lain dari Bandung :)
Untuk melihat hasil interview anggota lain, silakan kunjungi link-link yang ada di sini.