Wednesday, 27 April 2011

Eleven Minutes


Judul : Eleven Minutes
Penulis : Paulo Coelho
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Resensi :
Cinta hanya menimbulkan penderitaan…

Demikianlah anggapan Maria, gadis Brazil yang sejak remaja begitu yakin tak akan pernah menemukan cinta sejati dalam hidupnya. Seseorang yang ditemuinya secara kebetulan di Rio de Janeiro berjanji akan menjadikannya aktris terkenal di Swiss, namun janji itu ternyata kosong belaka. Kenyataannya, dia mesti menjual diri untuk bertahan hidup, dan dengan sepenuh kesadaran dia memilih untuk menjalani profesi sebagai pelacur. Pekerjaan ini semakin menjauhkannya dari cinta sejati.

Namun ketika seorang pelukis muda memasuki hidupnya, tameng-tameng emosional Maria pun diuji. Dia mesti memilih antara terus menjalani kehidupan gelap itu, atau mempertaruhkan segalanya demi menemukan “cahaya di dalam dirinya.” Mampukah dia beralih dari sekadar penyatuan fisik ke penyatuan dua pikiran atau bahkan dua jiwa---ke suatu tempat di mana seks merupakan sesuatu yang sakral?

Dalam novel yang sungguh berbeda ini, Paulo Coelho menantang segala prasangka kita, membuka pikiran kita, dan membuat kita benar-benar terperangah.


Menurut Paulo Coelho sendiri, bukunya yang ini sangat berbeda dari buku-buku lainnya. Gue nggak yakin itu bener apa nggak. Tapi seperti yang selalu gue suka dari Paulo Coelho, dia selalu bisa menulis sesuatu yang gamblang dan gue bisa ngerti apa yang mau dia sampaikan. 

Mungkin penjelasan tentang ambisi dan pergulatan batin seorang Maria sungguh aneh. Tapi gue tau masalah seperti itu mungkin terjadi. Maria yang adalah seorang pelacur menginginkan lebih dari sebuah cinta sederhana karena dia sudah dikecewakan beberapa kali oleh pria. Ia selalu merasa kosong dan berbeda dari teman-temannya. Mungkin itu karena dia termasuk tipe yang banyak merenung dan berpikir. Seandainya dia lebih flow dalam hidupnya, dia nggak akan mungkin jadi pelacur.

Yah, itu masalah lain. Maria pergi ke Swiss dengan harapan akan uang yang berlebih. Tapi seperti semua impian yang mudah didapat, mimpi itu mudah juga hilang. Dia terlunta-lunta di negeri asing. Demi uang, dia rela jadi pelacur. Tapi gue suka bagian ini. Waktu Maria berpikir kalau menjadi pelacur adalah sebuah pilihan. Beberapa gadis bilang kalau mereka tidak punya pilihan untuk mencari uang dan menjadi pelacur adalah salah satu cara untuk hidup. Hanya saja itu salah. Mereka selalu punya pilihan. Mereka bisa saja kelaparan dan hidup miskin tapi tetap hidup terhormat.

Begitu juga Maria. Dia menjadi pelacur karena tidak ingin mengecewakan orang tuanya. Dia tidak mau pulang dengan tangan kosong. Akhirnya Maria menjadi kaya dan menjadi salah satu pelacur istimewa.

Tapi hidupnya kosong. Ia bahkan tidak pernah orgasme. Tapi Maria tidak peduli. Ia sudah punya target hidup. Ia hanya akan menjadi pelacur selama setaun dan setelah itu ia akan pulang ke Brasil dengan membawa banyak uang.

Sampai ia bertemu seorang pelukis bernama Ralf. Mereka adalah jiwa yang kosong dan penuh pencarian. Itulah yang membuat mereka cocok. Dan itulah pertama kalinya Maria jatuh cinta. 

Buku ini menjelaskan bahwa seks adalah sesuatu yang sakral dan bukannya sesuatu yang tabu. Maria selalu menghina dan membenci pekerjaannya. Tapi seiring dengan perjalanan hidupnya, ia belajar banyak tentang cinta dan seks itu sendiri.

Yah, gue kasih tiga bintang deh buat buku ini. Cukup menggemparkan dari segi isi buku. Tapi begitulah. Beberapa bagian ada yang bikin gue bosen. Tapi gue suka ending-nya. Gue nggak nyangka bakal happy ending sih sebenernya. Jadi nilai plus buat Paulo Coelho yang ngasih gue happy ending. Hahaha...

New term had started and dreamer feels more and more depressed looking at the subjects,


:)    

Thursday, 21 April 2011

Kiss Me, Annabel


Judul : Kiss Me, Annabel
Penulis : Eloisa James
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Buku ini adalah buku kedua dari seri Essex Sisters. Gue kemarin udah baca buku pertamanya, Much Ado About You. Tapi entah kenapa buku ini nggak sebagus buku pertamanya.

Resensi :
Bagi Annabel Essex, seorang suami harus memenuhi kriteria kaya, memiliki gelar, dan berkewarganegaraan Inggris. Ia sudah bosan hidup dalam kemiskinan sehingga menginginkan pria kaya raya yang akan memanjakannya dalam kemewahan. Tak perlu ada cinta di antara mereka, selama Annabel tak perlu banting tulang demi bisa bertahan hidup. Untuk mendapatkan pernikahan impian itu, Annabel pun rela menempuh segala cara.

Betapa beruntungnya Annabel ketika akhirnya menemukan calon suami yang sesuai. Dan calon potensial itu sama sekali tidak seperti Earl of Ardmore, pria miskin asal Skotlandia yang hanya dikaruniai mata menawan, otak cerdas, dan ciuman yang memabukkan. Lantas, kenapa nasib malah menakdirkan Annabel bersama Ardmore dalam perjalanan ke Skotlandia untuk melangsungkan pernikahan? Tak disangka permainan kata berhadiah ciuman yang mereka lakukan selama perjalanan menyingkap jati diri masing-masing. Akankah Annabel bersedia menerima Ardmore apa adanya?


Gimana ya? Gue sih agak bosen baca buku ini. Gue suka sih sama dua tokoh utamanya. Annabel sangat logis dan apa adanya. Tipe yang pengen gue jadiin temen di dunia nyata. Lalu Ewan, Lord of Ardmore juga lucu.

Jadi masalahnya bukan pada karakternya. Gue rasa karena adegan-adegannya tidak ada yang klimaks. Semuanya datar dan membosankan. Bahkan permainan ciuman di antara kedua tokohnya tidak menarik, menurut gue. Terus adegan memanah dan perbincangan di antara kedua tokoh terlalu datar dan realistis sehingga tidak ada gregetnya. 

Love scene-nya juga biasa aja, nggak ada hot-hot-nya. Yah, nggak apa-apa sih. Itu nggak terlalu penting.

Buku ini nggak bakal bisa berkesan buat gue. Tapi gue masih kasih tiga bintang karena hubungan adik-kakaknya Annabel. Terus tokoh yang akan muncul di buku selanjutnya juga diceritakan. Dan gue suka banget sama mereka. Contohnya, Imogen. Dia itu nyebelin banget, tapi menurut gue dia sangat unik. Kapan lagi bisa baca tokoh utama cewek yang nyebelin (sering sih, cuma yang ini bikin penasaran)?

Gue nggak sabar baca lanjutannya. Masalahnya gue nggak nyangka Imogen bakal jadian sama cowok itu (tebak sendiri, lagian gue bakal bikin review-nya nanti kalau udah baca). Astaga pasti bagus banget. Terus Josephine, si bungsu bakal jadian sama cowok satunya lagi yang sangat, sangat, sangat gue suka. HOT gila itu cowok. Hahahaha...

Ih, kayaknya gue bakal jauh lebih suka buku ketiga dan keempat deh.

Sampai nanti lagi...

Dreamer thinks today is really beautiful (my mother and my brother are coming)


:)

Monday, 18 April 2011

Dancing At Midnight


Judul : Dancing At Midnight (Splendid Trilogy #2)
Penulis : Julia Quinn
Penerbit : Dastanbooks
Oke... Satu hal tentang Julia Quinn, dia selalu mendapatkan bintang tiga atau lebih dari gue. Dia adalah pengarang yang konstan dalam menulis. Di setiap bukunya selalu banyak percakapan sarkastis yang sangat gue suka.

Buku ini juga sama.

Resensi :
Lady Arabella Blydon, atau Belle, punya kecantikan sekaligus kecerdasan yang jarang dimiliki oleh wanita lain. Namun, ia merasa lelah menghadapi para pria yang mendekatinya selama ini karena mereka hanya memuja kecantikannya tanpa menghargai kecerdasannya, sehingga ia memutuskan untuk berlibur di pedesaan guna menenangkan diri.

Lord John Blackwood adalah seorang pahlawan perang yang memiliki masa lalu kelam, dan hal itu terus membuatnya dihantui perasaan bersalah sehingga ia merasa khawatir untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Sampai ia bertemu dengan Belle yang memesona. Belle membuat John bersemangat hidup kembali dan melupakan masa lalunya. Di lain pihak, Belle telah terpikat pada John sejak pertama kali mereka bertemu karena John ternyata sangat menghargai kecerdasan seorang wanita. Akan tetapi, rasa sakit, ketakutan, dan masa lalu yang terus membayangi John membuatnya berpikir kalau ia tidak layak untuk mendapatkan Belle, apalagi ditambah dengan keadaan fisiknya yang tak sempurna.

Mampukah Belle membuat John membuka hatinya untuk mencintai lagi? Apakah ketulusan cinta Belle mampu menyembuhkan jiwa dan hati John yang telah tersiksa sejak lama?


Ini adalah sekuel novel Splendid dan merupakan novel kedua Julia Quinn. Buku ini lucu untuk dibaca. Lagipula gue suka tokoh ceweknya yang suka ngomong sendiri. 

Hanya saja buku ini nggak sebagus Bridgerton Series dari segi cerita. Tidak membosankan sih, hanya saja tidak berkesan. Sama seperti Splendid sendiri.

Tapi gue jadi nggak sabar baca lanjutannya yang berjudul Minx. Kenapa? 

Karena William Dunford, tepatnya. 

Gue udah suka tokoh ini sejak muncul di novel Splendid. Dia itu lucu, apalagi di Dancing At Midnight dia adalah tipikal sahabat cowok yang bikin gue ngakak melulu. Dia sahabat yang baik buat si Belle. Ada beberapa adegan yang bikin gue ketawa. Contohnya waktu kecelakaan kereta dan dia ditindih paling bawah. Lucu deh.

Yah, Julia Quinn... What do you expect? Bintang tiga untuk buku ini.

Dreamer wishes that this holiday would never end...


:)  

Sunday, 17 April 2011

H.R.H.


Judul : H. R. H.
Penulis : Danielle Steel
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Yah... H.R.H itu kependekan dari her royal highness. Ceritanya itu tentang putri di negara kecil bernama Lichtenstein (gue nggak yakin tulisannya bener, hahaha).

Resensi :
Christianna, putri cantik dan anggun dari kerajaan kecil di Eropa, tidak puas dengan kehidupannya yang serba glamor dan membosankan. Karena itu, dia membaktikan diri dengan menjadi relawan di Senafe, Afrika Timur.

Di tengah belantara Afrika yang indah itulah dia bertemu dan jatuh cinta pada Parker, dokter relawan dari Amerika. Tapi kisah cintanya terhalang oleh statusnya sebagai putri raja yang tidak boleh menikah dengan rakyat biasa. Pernikahannya tidak akan mungkin direstui ayahnya, yang sudah telanjur berjanji pada mendiang istrinya bahwa Christianna harus menikah dengan keturunan raja yang setara.

Malang tak bisa ditolak. Di tengah perasaannya yang sedang terluka, Christianna pun harus kehilangan ayah dan kakaknya, calon pengganti ayahnya. Karena tidak ada pewaris lain, Christianna harus mengemban tugas negara yang berat sebagai pengganti ayahnya.

Di tengah rasa duka dan beban berat akan tanggung jawabnya sebagai pemimpin negara, dapatkah Christianna mewujudkan kebahagiaan bersama kekasih hatinya?


Hmm... Danielle Steel adalah salah satu pengarang romance yang cukup terkenal. Tapi gue baru baca dua buku karangan dia, H.R.H. ini dan Zoya. Gue baca Zoya waktu SMP jadi gue udah agak lupa ceritanya. Tapi pada saat itu gue cukup suka sama ceritanya karena gue emang suka roman kehidupan.

Yah, tapi gue nggak pernah ngefans gimana sama Danielle Steel. Lagipula banyak orang bilang cerita dia itu terlalu tua dan bertele-tele. Gue jadi nggak niat baca bukunya.

Lalu suatu hari gue liat buku ini. Sebagai penggemar warna hijau, gue tertarik liat cover buku ini. Lagian diliat dari resensinya, ceritanya keliatan bagus. Tentang putri dan rakyat jelata. Pasti bagus gitu.

Beberapa halaman pertama gue merasa cukup tertarik dengan ceritanya. Tokoh utamanya, si putri Christianna terlihat baik dan berbakti sama ayahnya sekalipun dia keliatan banget benci jadi putri. 

Tapi ada bagian yang sangat annoying. Danielle Steel selalu mengulang kata-kata yang sama dalam bentuk yang berbeda. Sampai gue sendiri bosen. Gue nggak gitu inget karena gue baca buku ini sekitar dua minggu lalu dan di otak gue saat itu hanya ada ujian, jadi gue nggak gitu inget bagian pengulangan kalimat-kalimat itu.

Gue nggak punya masalah dengan gaya penceritaan Danielle Steel yang seperti dongeng dan bukannya mendeskripsikan adegan-adegan tertentu. Hanya saja dari bintang empat di awal cerita, buku ini langsung jatuh ke bintang dua.

Hanya saja... Bagian terjelek dan terparah adalah penokohan. Demi Tuhan, kalau ini adalah perwakilan dari buku-buku Danielle Steel yang lain, gue nggak ngerti kenapa dia bisa menjadi pengarang terkenal.

Christianna terlalu sempurna di awal cerita, tapi dia punya kehidupan putri yang terus disesalinya. Ia tidak mau terikat tanggung jawab tapi demi ayahnya ia mau berusaha apalagi kakak laki-lakinya yang adalah putra mahkota sangatlah tidak bertanggung jawab. Oke, gue masih menerima. Sempurna tapi hidupnya membosankan.

Tapi itu penggambaran awalnya. Lalu dia mulai mau mencoba menjadi sukarelawan di daerah perang. Ayahnya tidak setuju tapi dia memohon. Dan karena cuma beberapa hari, ayahnya menyetujuinya. Gue pikir bagus juga seorang putri bisa punya kepedulian terhadap orang lain dan mau langsung terjun sendiri ke medan perang.

Namun begitu pulang dari perang itu, Christianna berubah. Dia nggak berselera lagi jadi putri. Dia pengen jadi sukarelawan di PBB. Ayahnya nggak setuju. DAN PARAHNYA, hilang sudah sikap berbakti Christianna. Dia menjadi si cengeng dan si manja yang terus ngambek kalau keinginannya nggak dituruti. Dia marah sama ayahnya karena nggak dibolehin pergi ke Afrika buat jadi relawan di daerah perang. Sampai nggak mau ngomong sama ayahnya.

WHAT THE HELL...

Karena si ayah sayang banget sama si anak, akhirnya dengan berat hati diizinkan. Astaga. Apa bedanya dia dengan kakaknya yang nggak bertanggung jawab? Really, I wanna punch her in her face when she was whining and crying.

Di Afrika dia jatuh cinta sama cowok biasa. Tapi dia menutup jati dirinya supaya tidak diperlakukan sebagai putri. Dia pengen jadi rakyat biasa.

Dan terus terang gue nggak ngerti kenapa cowok itu bisa cinta sama dia. Oke, gue tau cinta datang tanpa alasan. Dan emang di Afrika sana Christianna sangat mudah disukai. Dia ceria dan senang membantu.

Setelah 9 bulan, dia balik lagi. Dan dia berubah jadi orang nggak bahagia. Dia juga putus hubungan dengan si cowok bernama Parker dengan alasan ayahnya pasti nggak akan setuju. Tapi karena dia pengen bahagia, dia coba ngomong jujur sama ayahnya soal cintanya sama Parker. 

Tentu aja ayahnya nggak setuju. Dia kan putri. Aturannya kan nggak boleh nikah sama rakyat jelata. Dia kan udah tau dari awal kalo kehidupannya berbeda dari orang lain.

Dan dia ngambek lagi. Nggak mau ngomong sama ayahnya dan mengurung diri di kamar. Putri apaan itu? Manja dan cengeng. 

Karena gaya penceritaannya yang seperti mendongeng, tokoh dibuat seperti tidak ada karakter. Tidak berkesan sama sekali. Gue jadi nggak tau gue lagi baca apa, sumpah. Semua penokohan tidak konsisten dan buram.

Dan yang terakhir... Gue hampir ingin membuang bukunya gara-gara ending-nya. Demi Tuhan, apa-apaan itu? Hanya supaya happy ending, Danielle Steel menuliskan suatu penyelesaian masalah Christianna dengan sangat gampang. Bikin saja ayah dan kakaknya mati dalam pengeboman. Lalu tidak ada lagi yang menghalangi cintanya pada si Parker. Lalu karena sang putra mahkota meninggal, dia jadi ratu sekalipun cewek tidak boleh memegang tahta menurut undang-undang. Tapi karena keadaan mendesak, undang-undangnya diubah. Dan karena dia ratu, dia bisa mengubah aturan sesukanya. Dia bikin juga aturan kalau anggota keluarga kerajaan boleh menikah dengan rakyat jelata.

WHAT?!!!

Gue hampir pingsan setelah selesai baca bukunya (lebhay). Tapi sungguh. Novel macam apa ini?

Harusnya sih novel ini bintang satu. Tapi karena gue suka ide awalnya, gue akhirnya kasih bintang dua. Kalau saja penyampaian cerita dan penokohannya bagus, ini bisa jadi novel yang cukup menarik. Hanya saja Danielle Steel lebih mementingkan penjualan buku daripada kualitas. 

Jadi sudah pasti, gue nggak akan baca buku Danielle Steel yang lain.

Cheers from the piggy dreamer (just ate big portions of Spaghetti Carbonara),


:)  

Saturday, 16 April 2011

Free!!!

Akhirnya ujian gue beres juga...

Setelah menghabiskan 2 minggu berkutat dengan buku pelajaran menjijikkan, gue bisa bebas juga. Selama 2 minggu gue berdiam di kamar seperti orang bodoh dan menyedihkan, tapi gue cukup puas dengan apa yang gue tulis di ujian gue. Memang kali ini ujiannya lebih susah jauh dari sebelumnya, tapi gue emang nggak pernah mengharapkan lebih dari kata "lulus". Gue nggak berharap dapet A (walaupun gue mau, tentunya).

Kemaren gue ikut seminar pemilihan jurusan. Maksudnya, spesialisasi. Kan jurusan gue Biomedical Sciences. Nah, gue kan baru nyelesaiin tahun kedua gue. Dan di tahun ketiga murid-murid boleh milih spesialisasi masing-masing.

Pilihannya :
  • Cellular and Molecular Pathology
  • Medical Biochemistry
Yah, gue kan nggak gitu suka sama kuliah gue. Jadi, apapun lah. Sebenernya lebih mudah pilihan kedua karena hanya memperdalam apa yang gue udah pelajari selama dua tahun program diploma.

Tapi...

Ngapain gue belajar sesuatu yang membosankan dan sama untuk kedua kali walau lebih mudah? Gue bisa tambah eneg. Jadi dengan berat hati (nggak juga sih) gue memilih pilihan pertama, sekalipun banyak murid fail di jurusan spesialisasi ini. Setidaknya gue belajar sesuatu yang baru.

Oh, tahun ketiga tidak ada lagi ujian pilihan ganda. Semuanya esai. Semoga Tuhan menolong gue...

Hahaha... (tertawa frustrasi)

Yah, jadi itulah yang terjadi selama dua minggu ini. Makanya gue nggak nulis blog padahal ada beberapa buku yang udah selesai gue baca dan belum gue bikin review-nya.

Gue harus mulai kembali produktif mengarang lagi. Dan ada kejadian menarik di hari Kamis mendatang. Nyokap sama adik gue bakal datang. Yay!!!

Besok lagi ah...

Dreamer is waiting for Thursday to come...


:)

Tuesday, 5 April 2011

Much Ado About You


Judul : Much Ado About You (Essex Sisters #1)
Penulis : Eloisa James
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Judulnya itu lho... mirip banget karya Shakespeare, Much Ado About Nothing. Yah, sebenernya nggak aneh mengingat pengarangnya, Eloisa James adalah professor yang mengajar sastra Shakespeare.

Resensi :
Tess Essex yang pintar dan yatim piatu harus melaksanakan kewajibannya: menikah dengan pantas dan segera, agar ia bisa mengatur pernikahan untuk ketiga adiknya?Annabel yang cantik, Imogen yang romantis, dan Josie yang praktis. Sepeninggal ayah mereka, gadis-gadis itu menjadi anak perwalian Duke of Holbrook yang pemabuk. Tak disangka, pada hari kedatangan kakak-beradik Essex di rumah sang duke, Earl of Mayne dan Lucius Felton sedang berkunjung, Menurut pendamping Tess, pria-pria itu "tangkapan" yang baik bagi para gadis Essex, mengingat gelar, kekayaan, dan reputasi mereka.

Tepat ketika Tess mulai mengira semuanya akan berjalan dengan baik, salah seorang adiknya kabur bersama lord muda yang gila kuda, sementara tunangan Tess pergi begitu saja, meninggalkannya di altar! Reputasi Tess diselamatkan oleh salah satu tamu sang duke, yang bersedia menggantikan posisi tunangan Tess. Ia tahu ini tak bisa dipercaya, tetapi ia mungkin telah jatuh cinta...


Awalnya gue nggak tertarik beli buku ini. Cuma karena gue mau coba karangan historical romance yang lain, gue coba karangan dia. Apalagi pengarang favorit gue, Julia Quinn adalah salah satu temannya. Gue asal beli buku berjudul Kiss Me, Annabel. Eh, ternyata buku itu adalah sekuel dari buku ini. Jadi, gue beli juga ini buku.

Gue nggak suka Eloisa James. Gaya bahasa dia acak-acakan dan perpindahan POV yang terlalu sering membuat pembaca jadi pusing. Apalagi dia menyediakan terlalu banyak secondary character yang malah membuat cerita tokoh utama jadi nggak fokus. 

Tapi itu dulu, waktu gue baca novelnya yang berjudul Duchess In Love. Sumpah, itu buku bosenin banget.

Gue males banget baca buku dia jadinya. Tapi begitu gue baca buku ini, gue langsung kaget. Kok kesannya beda banget sama buku yang gue baca dulu. Apa mungkin ini cuma perasaan gue aja? Soalnya buku yang gue baca dulu terjemahan Dastan Books, sedangkan ini terjemahan Gramedia. Rasanya enak banget bacanya, ngalir gitu.

Hanya saja gue rasa emang buku ini bagus. Memang bukan jenis yang fokusnya romance seperti historical romance biasanya. Buku ini lebih banyak menceritakan hubungan di antara kakak dan adik. Mulai dari Tess yang sarkastik dan kakak yang baik, Annabel (gue suka banget sama ini orang) yang realistik dan matre (lucu banget kalau dia lagi ngomong, kesannya polos dan bajingan), Imogen yang mengesalkan dengan perasaan cinta matinya pada cowok tolol (tapi gue suka di bagian dia iri sama Tess, rasanya manusiawi banget), dan Josie yang keliatannya polos dan penurut. Gue suka percakapan di antara adik kakak itu. Makanya gue jadi jatuh cinta sama novel ini.

Untuk tokoh utama prianya, masalahnya terletak pada namanya yang agak ganjil. Lucius Felton. Serasa membayangkan Tom Felton dan Lucius Malfoy. Apalagi Eloisa mendeskripsikannya sebagai cowok yang nggak terlalu tampan dan pirang dengan rambut disisir ke belakang. Astaga, mirip banget. Hahahaha...

Dua tokoh utamanya sangat menyenangkan. Cowoknya sopan dan gentleman banget. Terus dia sangat kaya walaupun nggak punya gelar. Sikapnya kaku dan praktis tapi dia berbuat baik secara diam-diam dari belakang. Yah, bukan tipe cowok gue sih (gue sukanya yang nakal dan jahil), tapi boleh lah jadi tokoh utama. Tessnya sih nggak usah ditanya. Baik banget deh. 

Jadi, sebagai kesimpulan buku ini gue kasih empat dari lima bintang. Mengejutkan kan? Biasanya gue kasih karangan Eloisa James maksimal tiga bintang. Tapi yang ini cukup beda dan fresh dibanding bukunya yang lain.

Ya, sudah. Gue harus kembali belajar.

Dreamer hopes that these torturing exams will be over SOON,


:) 

Friday, 1 April 2011

Still...


Judul : Still...
Penulis : Esti Kinasih
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Karena kemaren gue udah baca Cewek!!!, gue langsung penasaran baca sekuelnya. Walaupun sebenernya gue rencana baca buku yang laen.

Resensi : 
Bima---si cowok macho yang suka panjat gunung---emang terkenal playboy, suka mengintimidasi, dan posesif. Kalau udah naksir cewek, dia langsung ngajak jalan. Nggak peduli tuh cewek naksir dia atau nggak. Dan tanpa bilang cinta, Bima menyatakan Fani sebagai pacarnya.

Fani menerima Bima karena terpaksa. Tapi ketika rasa tertekannya udah di puncak, dia minta putus dari Bima! Jelas Bima nggak mau ngelepas Fani, tapi Fani ngotot. Di saat Fani bebas merdeka, Bima patah hati. Di saat Fani nemuin gebetan baru, Bima merenung. Cowok itu sok tegar, sok baik-baik aja, sok memegang prinsip pantang bilang cinta, padahal hatinya sakit.

Sebenarnya Bima nggak sepenuhnya melepas Fani. Fani juga nggak benar-benar membenci Bima. Ketika di suatu siang Bima ketemu cewek itu, Bima nggak sanggup menutupi kata hatiny"Aku cinta kamu, Fan. Sekarang. Mudah-mudahan sampai nanti....
 


Yah, ini buku tipis super gede hurufnya adalah sekuel Cewek!!! yang bagi gue terkesan ngasal banget. Kayaknya Esti Kinasih maksa nulis sekuelnya dan alurnya buru-buru banget.

Tapi yah sudahlah. Gue kan bukan pengarangnya.

Gue kasih ini buku 3 bintang dari lima. Kenapa rating-nya lumayan tinggi? Karena novel ini sukses bikin gue nangis. Bagian Bima dan Fani cukup bikin gue gemes dan sakit hati juga. Keduanya duduk di lantai atas hanya buat ngeliat sekilas sosok yang satunya, saling suka, tapi nggak mau jujur sama perasaan sendiri. Terus gue tetep jatuh cinta sama hubungan persahabatan di antara tokoh-tokohnya.

Yah, seperti yang gue bilang. Teenlit nggak bakal lebih gede dari tiga bintang. Dan buku ini nggak bisa dibaca terpisah dari Cewek!!!. Rasanya pasti garing dan kecepetan. Bentar juga abis soalnya.

Oke, sampai besok lagi.

Dreamer wants to read but the exams are close...


:)