Judul : Cloud Atlas
Penulis : David Mitchell
Tebal : 529 halaman
Penerbit : Sceptre
Six interlocking lives--one amazing adventure. In a narrative that circles the globe and reaches from the 19th century to a post-apocalyptic future, David Mitchell erases the boundaries of time, genre and language to offer an enthralling vision of humanity's will to power, and where it lead us.
Review :
Warning spoiler!!!
Warning spoiler!!!
Buku ini berisi enam novela yang bersetting di enam waktu yang berbeda. Semuanya bertema kemanusiaan dan dituturkan dengan bahasa yang sesuai dengan zamannya. Setiap novela dibagi dua dan dilanjutkan di akhir dalam urutan terbalik (1-2-3-4-5-6-5-4-3-2-1).
Jujur, saya susah masuk ke dalam ceritanya. Bahasanya cukup sulit. Yang paling menjengkelkan adalah novela tersebut dipotong di tengah-tengah dan baru dilanjutkan di akhir-akhir. Saya baru saja mengerti maksud ceritanya dan mengenal tokoh-tokohnya, tapi cerita sudah berakhir dan berganti ke novela lain. Arrr... Membingungkan dan bikin penasaran. Saya tahu buku ini bagus, tapi saya tidak mengerti di awal-awal karena pemotongan-pemotongan itu. Namun begitu misteri dibuka selapis demi selapis, saya tidak bisa berhenci membacanya. Keren, spektakuler, dan bikin merinding. Pokoknya susah dijelaskan. Jenius banget penulisnya.
Saya akan bahas satu-satu novelanya.
1. The Pacific Journal of Adam Ewing
Diceritakan dalam bentuk diari dan bersetting di abad ke-19. Adam Ewing dan temannya, Dr. Henry Goose berlayar ke Pulau Chatham. Di sini saya mendapatkan pengetahuan tentang suku asli New Zealand, Moriori dan bagaimana suku itu dibantai oleh Maori. Dalam keadaan sakit parah, Adam menulis tentang perbudakan orang-orang suku itu. Suatu hari, seorang Moriori bernama Atua menyusup ke kamarnya dan meminta pertolongan Adam. Atua ingin kabur dari tempat asalnya dan meminta Adam untuk meminta izin pada kapten kapalnya agar bisa bekerja di kapal itu. Dengan setengah hati, Adam setuju walau semua orang menganggapnya aneh.
Di bagian kedua, Adam menemukan kalau penyakitnya adalah akibat dari obat Dr. Henry Goose. Temannya sendiri meracuninya demi harta yang diwarisi Adam. Di saat sekarat seperti itu, Atua muncul untuk membalas budi dan menyelamatkan Adam dari kapal itu. Karena alasan itulah, Adam memutuskan untuk bergabung dalam gerakan anti perbudakan.
Dan sebagai kesimpulan:
“My life amounts to no more than one drop in a limitless ocean. Yet what is any ocean, but a multitude of drops?” (nice quote!!)
2. Letters from Zedelghem
Di bagian kedua, Adam menemukan kalau penyakitnya adalah akibat dari obat Dr. Henry Goose. Temannya sendiri meracuninya demi harta yang diwarisi Adam. Di saat sekarat seperti itu, Atua muncul untuk membalas budi dan menyelamatkan Adam dari kapal itu. Karena alasan itulah, Adam memutuskan untuk bergabung dalam gerakan anti perbudakan.
Dan sebagai kesimpulan:
“My life amounts to no more than one drop in a limitless ocean. Yet what is any ocean, but a multitude of drops?” (nice quote!!)
2. Letters from Zedelghem
Settingnya di awal abad ke-20 dan ditulis dalam bentuk surat dari Robert Frobisher kepada Rufus Sixmith yang ternyata adalah kekasihnya. Robert Frobisher melarikan diri dari sebuah hotel karena tidak punya uang untuk membayar. Dalam keadaan tidak punya uang, ia memutuskan untuk menjadi "amanuensis" komposer terkenal, Vyvyan Ayrs. Komposer terkenal itu sudah lama tidak menghasilkan karya baru karena penyakitnya dan Robert berharap bisa membantu Vyvyan menciptakan karya lagi. Sekaligus numpang terkenal.
Robert memang berhasil menciptakan karya bersama Vyvyan. Karena kesuksesan sesaat itu, dia lupa diri. Dia menjalin hubungan dengan istri Vyvyan dan bahkan jatuh cinta dengan anak komposer itu. Tapi Vyvyan tahu sehingga mengancam akan menghancurkan reputasi Robert jika dia tidak terus membantu menghasilkan lagu. Lagu buatan Robert pun harus terbit menggunakan nama Vyvyan. Robert pun kabur dari rumah Vyvyan dan memutuskan untuk menghasilkan karya sendiri berjudul Cloud Atlas Sextet sebelum akhirnya bunuh diri (bodoh banget sih!!!)
Robert menyebutkan soal jurnal Adam Ewing yang dibacanya saat berada di rumah Vyvyan.
3. Half-Lives, The First Luisa Rey Mystery
Settingnya sekitar 1980 dan merupakan novel thriller yang berdasarkan kisah nyata. Luisa Rey, jurnalis koran kecil terjebak dalam lift bersama Rufus Sixmith yang adalah kekasih Robert Frobisher sewaktu muda. Rufus menyatakan kalau proyek nuklir yang akan diluncurkan oleh Seaboard itu berbahaya, namun direktur perusahaan itu tidak peduli. Rufus berjanji akan mengirimkan buktinya pada Luisa Rey. Namun beberapa hari kemudian, Rufus ditemukan mati sebelum berhasil kabur ke luar negeri.
Dimulailah perjalanan Luisa menyelidiki kasus itu sambil dikejar-kejar pembunuh bayaran. Ia membaca surat-surat Robert Frobisher demi mengenal sosok Rufus lebih jauh. Ia juga mencari lagu Cloud Atlas Sextet dan menemukan kalau ia kenal lagu itu walaupun belum pernah mendengarnya.
Bahasanya gampang dimengerti dan cukup menarik karena menceritakan petualangan. Namun misterinya tidak terlalu "menggigit", menurut saya.
4. The Ghastly Ordeal of Timothy Cavendish
Settingnya sekarang dan menceritakan Timothy Cavendish, pemilik penerbit kecil yang tiba-tiba kaya gara-gara salah satu penulisnya melakukan pembunuhan. Namun saudara penulis itu tidak suka melihat Timothy kaya sementara sang penulis dipenjara. Timothy diancam untuk memberikan uang dengan batas waktu. Karena tidak punya uangnya, Timothy mencari pinjaman dari adiknya, Denholme. Denholme tidak mau meminjamkan uang dan menyuruh Timothy bersembunyi di Hull yang ternyata adalah rumah jompo.
Timothy berusaha kabur dari rumah jompo itu dengan susah payah. Dalam prosesnya, ia menemukan naskah bagus menceritakan kisah Luisa Rey dan ingin menerbitkannya.
Menurut saya, tokoh Timothy ini lucu dan sinis. Kesan novela ini ringan dan menyenangkan. Bahasanya paling mudah dimengerti karena jelas menggunakan bahasa zaman sekarang.
5. An Orison of Sonmi-451
Bersetting jauh di masa depan saat para klon diciptakan untuk dijadikan budak. Diceritakan dalam bentuk wawancara antara seorang Archivist dengan klon bernama Sonmi-451. Biasanya klon diprogram sebagai orang monoton dan bodoh, sedangkan Sonmi-451 menjadi self-aware tiba-tiba setelah temannya juga berubah. Sayangnya, temannya mati karena ketahuan menjadi pintar.
Seseorang menyelamatkan Sonmi-451 dari perbudakan dan ingin dijadikan bahan penelitian tentang bagaimana membuat para fabricant atau klon itu menjadi self-aware. Hari-hari dihabiskan Sonmi dengan mempelajari ilmu pengetahuan manusia dan menjadi semakin mirip dengan pure-blood (manusia). Namun suatu insiden membuat Sonmi bertemu sebuah organisasi bernama Union. Organisasi itu menginginkan Sonmi untuk menjadi dijadikan simbol untuk merekrut para klon lain melawan para tiran. Dalam prosesnya, Sonmi jatuh cinta dan mempelajari lebih banyak tentang dunia luar.
Penggambaran dunia dystopia-nya sangat keren dan detail. Saya bahkan bisa membayangkan betapa modern dan canggihnya teknologi zaman itu. Bahasanya sedikit membingungkan karena banyak istilah-istilah baru. Dan menurut saya, ini novela paling menarik dari buku ini.
Sonmi-451 menonton film The Ghastly Ordeal of Timothy Cavendish dan menemukan betapa berbedanya dunia dulu dan dunianya sekarang.
6. Sloosha's Crossin' an' Ev'rythin' After
Kisah ini berada jauh di masa depan saat segalanya sudah hancur dan manusia kembali ke titik primitif, hidup di hutan, dan hukum alam kembali berlaku. Zachry hidup di pulau yang dulunya bernama Hawaii dan masyarakat desanya semua memuja dewi Sonmi. Suatu hari datanglah orang asing (kaum Prescients) bernama Meronym. Dari Meronym, Zachry mempelajari banyak hal tentang masa lalu dan sejarah, termasuk kenyataan bahwa Sonmi hanyalah manusia biasa.
Novela ini satu-satunya yang tidak terpotong di tengah-tengah dan bahasanya super sangat sulit. Semua huruf "g" di akhir kalimat dibuang, istilah zaman sekarang digantikan kata-kata lain, dan banyak kata-kata yang disingkat penulisannya. Tapi justru di bagian inilah saya baru sadar betapa jeniusnya David Mitchell. Tidak hanya bahasanya yang berbeda-beda, kesan novelanya juga. Suara para tokohnya sangat terasa perbedaannya seakan setiap novela ditulis oleh orang yang berbeda.
Keenam tokoh dihubungkan oleh tanda lahir berbentuk komet yang hanya bisa berarti bahwa setiap tokoh adalah orang yang sama namun bereinkarnasi untuk hidup di zaman yang berbeda. Saya hanya bisa speechless setelah menyelesaikan novel ini karena tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan betapa kerennya buku ini. Sebaiknya baca sendiri jika ingin tahu kelanjutannya.
“Our lives are not our own. We are bound to others, past and present, and by each crime and every kindness, we birth our future.”
Buku ini sudah diadaptasikan menjadi film dengan judul sama. Berikut trailernya.
Catatan: Review ini ditulis dalam rangka baca bareng BBI bulan Mei dengan tema contemporary classic.
5/5