Thursday, 28 February 2013

Crash Into You


Judul : Crash Into You
Penulis : aliaZalea
Tebal : 280 halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Hanya ada satu orang yang paling dibenci Nadia di dunia ini, seorang anak laki-laki bernama Kafka. Cowok jail itu tidak bisa berhenti mengisenginya setiap hari, enam hari dalam seminggu, selama hampir dua tahun. Terakhir kali Nadia bertemu dengannya adalah sekitar dua puluh tahun yang lalu ketika mereka sama-sama masih mengenakan seragam putih-merah. Semenjak itu Nadia berjanji untuk tidak akan pernah lagi sudi bertatap muka dengannya.

Tetapi ketika suatu pagi, di usia dewasanya, Nadia terbangun dengan hanya mengenakan pakaian dalam di kamar hotel Kafka, dia harus mengevaluasi ulang pendapatnya tentang laki-laki satu ini. Kafka bukan saja kelihatan superhot, tetapi Nadia secuil pun tak pernah membayangkan bagaimana cowok iseng dan jail itu kini bisa menjadi dokter jantung ternama yang menangani ayahnya.

Review:
Saya punya kebiasaan membaca seluruh karangan penulis yang sama walau nggak begitu suka sama karya-karyanya. Tapi penasaran saja, apa ada kemajuan dari si penulis atau nggak.

Yang saya suka dari karya aliaZalea adalah diksinya. Rapi sekali dan sangat enak dibaca. Tidak menggunakan bahasa gaul (gue, elo, dsb.) tapi juga tidak berkesan kaku. Contohnya ini.

"Anda mengharuskan pasangan date Anda single dan unattached. Apakah Anda bersedia dating dengan laki-laki yang statusnya baru 'pisah' dengan istri mereka?"
 
"Nggak. Saya ingin laki-laki single, se-single-single-nya."   (Blind Date by aliaZalea)

Crash Into You dimulai dengan cukup menghebohkan. Nadia terbangun dalam keadaan setengah telanjang di ranjang hotel laki-laki yang dulu pernah dibencinya. Sebenarnya sih kejahilan Kafka terhadap Nadia waktu kecil bisa dimaklumi. Namanya anak cowok, yah begitulah. Tapi memang keterlaluan sih si Kafka.

Tidak seperti novel aliaZalea sebelumnya, saya tidak terlalu merasa banyak kebetulan dalam novel ini. Entah karena saya sudah terbiasa dengan tipe bukunya atau memang penulis sudah bisa membuat plot yang lebih masuk akal. 

Nadia di sini digambarkan sebagai anak alim yang punya potensi liar. Tidak percaya diri dan selalu menganggap dirinya tidak pantas berada di antara teman-temannya. Ya, ampun. Kok bisa ya berteman lama tapi masih punya pikiran begitu? Ga bisa nilai apa kalau teman-temannya tulus dan perhatian sama dia? Cape, deh. Tapi karakter ini cukup membumi sih.

Seperti biasa, metropop selalu menonjolkan tokoh cowoknya yang keren-keren. Tapi Kafka tidak sekeren itu sih menurut saya. Dan SMS-SMS itu beneran sexual harassment banget. Lagipula kalau memang suka sama Nadia, ngomong dong. Jangan pake bahasa vulgar begitu, si Nadia mana nangkep. Dasar cowok aneh, harus dibikin cemburu dulu baru maju.

Dua bintang saja deh. Soalnya tidak sebagus Miss Pesimis. Tapi saya akan selalu menanti karya-karya aliaZalea selanjutnya.

2/5

Sunday, 24 February 2013

Great Expectations


Title : Great Expectations
Writer : Charles Dickens
Number of Page : 460
Publisher : HarperCollins

The story began when little Philip Pirrip or "Pip" stood in front of his parents' tombstone. A filthy and crude man approached him. He threatened Pip, said that if Pip didn't bring him food on the next day, somebody would come and killed Pip. Scared of that threat, Pip stole food from his sister's kitchen and brought all of them for that man.

Pip was an orphan. He lived with his elder sister and her husband. His sister was a bad woman and she often humiliated Pip in front of other people, saying that Pip should thank her for saving him and accepting him in her house. She could have given Pip to orphan house but she didn't and she liked reminding Pip about that. Pip didn't like living in that house if not for Joe Gargery, her sister's husband. Joe was like a father for Pip. He was compassionate blacksmith, honest, humble, although he was very weak compare to his wife.

Pip's fate was already determined since the first time he came to that house. He would become a blacksmith like Joe and inherite his in-law's business. But one day he was invited to Miss Havisham's house. Miss Havisham was a rich lady who had a bitter past. She had an adopted daughter, named Estella. And Pip fell in love with her at the first sight.

Because now Pip knew about Estella and rich world which he didn't belong, he had an expectation. He wanted to be a gentleman and marry Estella. It seemed like a dream which wouldn't come true. Until a secret benefactor gave Pip a chance to become a gentleman. He went to London and experienced the world of the riches. He even forgot Joe who loved him and had so much hope that Pip would inherit his business.

Pip didn't know, it was not Miss Havisham who gave him the money to become a gentleman. It was the convict whom he saved in the graveyard years ago. 

Would Pip eventually get Estella, the girl that he wanted? Did being a gentleman give him a happiness?

In my opinion:
I understand why this book is a classic. It is the kind of book that lingers in your mind not because it has the coolest action scenes, beautiful/handsome characters, or thrilling mysteries. This book has meaning, subtly implied and made reader thinking how ordinary and wonderful life is. Great Expectations shows so many different characters from colourful and unique backgrounds. From Pip the softhearted hero, Abel Magwitch the faithful convict, Miss Havisham the revengeful woman, Estella the cold and beautiful lady, Mr. Jaggers the professional lawyer, and Joe the simple and humble blacksmith. I think Charles Dickens had talents in creating such ordinary characters and making them interesting and memorable. 

I love all the characters, especially Magwitch and Joe. I don't know why. I felt so sad if I remembered about them. I'd never expected that Magwitch was very thankful for what Pip had done in the cemetery that he saw Pip as his own son. It was a small good deed but yet it could change and gave a hopeless convict like Magwitch a new purpose. Maybe that is why we must always help people no matter how ridiculous or unimportant the problem is. It will come back to you in a good way. Like Pip. He became a gentleman because of Magwitch.

Pip hated that he had accepted money from a bad man. Well, he was okay accepting money from Miss Havisham, but not from Magwitch. Maybe Pip thought that those money were "dirty". 

I liked how Charles Dickens gave backgrounds for every characters that he mentioned. I understand why Miss Havisham became a bitter woman and I even felt sad for her. But, the saddest part was Magwitch's life. He was not smart and easily used by people. He became convict because of other people's faults and he couldn't do anything about it. Oh, life is not fair! And once Pip knew about this, he could slowly accept Magwitch.

For now, my repugnance to him had all melted away, and in the hunted wounded shackled creature who held my hand in his, I only saw a man who had meant to be my benefactor, and who had felt affectionately, gratefully, and generously, towards me with great constancy through a series of years. I only saw in him a much better man than I had been to Joe.   ~~pg. 398

Yes, I think Pip was a bit cruel to Joe for forgetting him. He rarely visited Joe. But, at the end he learned his mistakes from Magwitch. Gentleman was not a status or the amount of money you had, it was something achieved from the heart and attitude. Even Magwitch the convict and Joe the blacksmith were more gentleman than any other men Pip met in London. 

"And what's the best of all," he said, "you've been more comfortable alonger me, since I was under a dark cloud, than when the sun shone. That's the best of all."   ~pg. 410

Great Expectations is definitely a good book, except it is very "literature" that I spent veeeerrrryyy long time finishing it. It is boring, really. There are many parts which are not important to be mentioned in the book, like the sequences of Pip's activities everyday and flat conversations between Pip and some minor characters. Those should be mentioned in several sentences only. But, maybe that was just a typical characteristic of classic books.

Oh, I want to watch the movie next week maybe if I have time. Here is the trailer.


Woot, I believed the movie would be great :) Jeremy Irvine, kyaaaaa!!! ignore this, seriously

4/5


Additional Notes: This post was published as part of reading event "Celebrating Dickens" hosted by Fanda Classiclit.

Sunday, 17 February 2013

Where's My Hero?


Judul : Where's My Hero?
Penulis : Lisa Kleypas, Julia Quinn, Kinley MacGregor
Tebal : 392 halaman
Penerbit : Gagasmedia

Tiga novella, tiga penulis.

Against All Odds by Lisa Kleypas
Tokoh utama dari cerita ini adalah Jake Linley dan Lydia Craven. Jake Linley adalah dokter, mengikuti jejak ayahnya (nggak yakin nih, sepertinya ayahnya pernah muncul di seri Bowstreet Runners-nya Lisa Kleypas? Namanya Linley juga dan dia dokter). Sedangkan Lydia Craven sendiri adalah anak dari Sarah dan Derek Craven, pasangan yang menjadi tokoh utama di Dreaming of You.

Jake sudah mencintai Lydia sejak pertama kali mereka bertemu. Waktu itu usia Lydia masih 16 tahun dan kakinya terkilir. Lydia yang logis dan senang matematika sebenarnya juga menyukai pria itu. Hanya saja sebuah salah paham membuat dia menyangkal rasa sukanya. Keduanya sering bertengkar sejak pertemuan pertama itu.

Sekarang Lydia akan menikah dengan calon yang sangat potensial. Kaya dan punya gelar. Jake yang putus asa dan juga patah hati hanya bisa mabuk-mabukan. Ia tahu kalau dirinya tidak kaya dan juga tidak punya gelar. Ia tidak bisa mengejar Lydia apalagi gadis itu sepertinya membencinya. Dalam keadaan mabuk, ia bertemu gadis itu dan menciumnya.

Lydia terkejut dan marah. Namun dalam hati kecilnya ia tahu kalau ia menyukai Jake. Tapi toh ia akan menikah dan Jake juga tidak bilang apa-apa.

Ibu Lydia, Sarah Craven cemas dengan pernikahan anaknya yang hanya berdasarkan pertimbangan masuk akal. Ia ingin Lydia menikah karena cinta seperti dirinya dan Derek. Kebetulan ia mengetahui dari ibu Jake kalau pria itu menyukai anaknya. Ia pun menyusun rencana.

Salah paham di saat-saat terakhir sebelum pernikahan... Saya suka sekali dengan ide ceritanya. Hanya saja terlalu pendek (yah, namanya juga novella). Ah, pokoknya saya suka sama ceritanya. Saya bingung mau komentar apa. Memang Lisa Kleypas hampir tidak pernah bikin saya kecewa, hehe...

Midsummer's Knight by Kinley MacGregor
Di antara anggota persaudaraan mereka, Simon memang paling tidak menonjol. Dia hanyalah pelindung Stryder, Earl of Blackmoor yang juga adalah sahabatnya.

Kakak Kenna pernah menjadi teman seperjuangan Simon. Sayangnya pria itu meninggal.

Hubungan mereka dimulai saat Kenna mengirim surat pada Stryder. Karena Stryder tidak bisa membaca, semua urusan surat-menyurat jatuh ke tangan Simon. Menggunakan nama Stryder, Simon membalas surat pertama itu dan surat-surat seterusnya. Keduanya saling jatuh cinta. Namun Simon hanya bisa bersembunyi di balik nama Stryder karena dirinya bukan siapa-siapa.

Sampai akhirnya pesta pertunangan diumumkan. Kenna pun datang untuk bertemu calon suaminya. Dengan bahagia, ia menghampiri Stryder. Dan Stryder yang kebingungan pun kabur. Ia marah sekali pada Simon karena telah sembarangan nulis surat tanpa sepengetahuan dia.

Kenna awalnya kecewa karena telah ditipu. Namun ia sudah mengenal Simon dari surat-surat itu dan ia mengerti semuanya. Lagipula hatinya tetap milik Simon.

Pernikahan sudah diatur. Simon hanya punya satu cara untuk memenangkan Kenna. Ia harus berduel dengan Stryder yang tidak pernah kalah satu kalipun dari duel. 

Simon pun kalah dan ia harus kehilangan Kenna. Apa yang terjadi selanjutnya?

Penulis ini asing buat saya. Saya tidak pernah membaca karangannya sama sekali. Menurut saya, novella yang satu ini sangat bagus. Saya memang selalu suka kisah cinta yang banyak rahasia, salah paham, patah hati, bertepuk sebelah tangan... Tokoh Simon membuat saya sedih saat membaca dilemanya. Simon ini sangat setia dan dia mencintai sepenuh hati. Saya suka hero seperti ini, hehe... 

Tapi sayangnya saya tidak begitu cocok dengan gaya menulis dari Kinley MacGregor. Bukan tipe saya, walaupun ceritanya bagus.

A Tale of Two Sisters by Julia Quinn
Ned Blyton, kakak Belle dari Dancing At Midnight akan menikah dengan Lydia. Ia tidak begitu bersemangat dengan pernikahannya, begitu juga dengan Lydia yang ternyata mencintai pria lain.

Di suatu pesta, Ned bertemu dengan Charlotte, adik Lydia. Pertemuan itu membuahkan percakapan menarik dan Belle pun melihatnya. Ia menghampiri Ned dan berkata kalau Charlotte lebih cocok menjadi istrinya dibanding Lydia. 

Lydia sudah merencakan kawin lari dengan pria yang dicintainya. Charlotte terpaksa membantu kakaknya itu walaupun ia tidak setuju. Sayangnya aksi mereka ketahuan oleh Ned yang sangat marah karena pengantinnya kabur hanya sehari sebelum mereka menikah.

Charlotte pun dipilih menjadi pengganti Lydia. Awalnya sih Ned sok gengsi dan bilang kalau pernikahan itu tidak diinginkannya. Padahal dia jauh lebih menyukai Charlotte dan ia bersyukur Lydia kawin lari sehingga ia bisa mendapatkan gadis yang benar-benar diinginkannya.

Kocak, khas Julia Quinn. Namun sayang sekali tidak ada chemistry yang kuat di antara kedua tokohnya. Saya tidak bisa percaya kalau Ned bisa mencintai Charlotte secepat itu. Dari tiga novella, saya paling tidak suka yang ini.

Buku yang cukup menghibur. Oh, saya suka sekali sama cover-nya. Sangat jadul dan hangat. Terjemahannya sempurna dan sangat enak dibaca. I'm impressed

3/5

Saturday, 9 February 2013

Lukisan Keempat


Judul : Lukisan Keempat
Penulis : Rina Suryakusuma
Tebal : 224 halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Sebagai pramugari maskapai penerbangan internasional Corissa Airlines, tidak seorang pun mengira Natasya Petra Rahadian memiliki tiga fase kehidupan yang membuat gadis itu terluka karena cinta.

Dimulai dari ayahnya yang meninggalkan Natasya bersama ibu dan adiknya. Kekasih masa kuliah yang menduakannya dengan sahabat karibnya sendiri. Dan terakhir, pilot yang dekat dengan dirinya ketika menjalani pelatihan berselingkuh dengan teman sekamarnya.

Natasya bersumpah takkan jatuh cinta lagi. Sampai ia bertemu Craig Hayden, penumpang Corissa Airlines yang menyebalkan. Sementara Craig sudah tertarik pada Natasya yang begitu menawan hati saat kali pertama ia memandangnya.

Entah bagaimana Craig tahu, Nat memendam luka dalam hidupnya. Ia bertekad akan menyingkap kabut tersebut, memberi Natasya siraman kasih sayang, dan mengembalikan kepercayaannya kepada cinta.

Mampukah Craig membuktikan bahwa ia layak masuk dalam kehidupan Natasya? Bisakah Craig mewujudkan tekadnya untuk menjadi bagian dari lukisan hidup Natasya yang keempat, sekaligus yang terakhir?

Review:
Ah, ini salah satu buku yang bikin saya gatal mau menulis ulang.

Kali ini saya membaca Amore lagi. Tipis dan ringan. Cocok buat otak saya yang lagi mumet akhir-akhir ini. Kebetulan Rina Suryakusuma sudah bukan penulis asing lagi buat saya. Biasanya karya dia cukup menghibur walau tidak sampai bisa membuat saya suka banget sama novelnya.

Tampaknya ini buku Amore pertama yang diterbitkan oleh penulis. Mungkin itu sebabnya narasi dan plotnya terasa mentah dan tidak rapi. Adegannya loncat-loncat dan tidak berkesan. Saya tertipu dengan luka hidup Natasya. Di sinopsis digambarkan seakan hidup Natasya itu penuh lika-liku yang berat. Tapi saya sama sekali tidak merasakan esensi luka itu sama sekali. Interval antara kejadian yang satu dengan yang lain terlalu cepat dan terasa terburu-buru. Saya tidak masalah dengan kemunculan tokoh pria utama yang agak terlambat. Tapi bukan berarti peristiwa di awal harus dikebut supaya cepat-cepat bisa memunculkan Craig. 

Saya sempat berharap ada kejadian menggemaskan dan bikin seru saat Craig muncul. Tapi saya harus kecewa lagi karena rasa suka Craig terhadap Natasya muncul secara instan dan tidak masuk akal. Lalu bukankah Natasya punya luka yang membuatnya tidak percaya pada laki-laki? Namun anehnya dia cepat sekali luluh pada Craig. Dan lalu cerita pun berakhir.

Ide ceritanya bagus. Saya selalu suka drama dan penderitaan lebay dalam novel. Hanya saja untuk menulis cerita seperti itu, penulis harus bisa menggali akar masalah dan aspek psikologis karakter lebih dalam. Selain itu, penulis harus bisa membuat drama yang terkesan tidak masuk akal terasa normal-normal saja dengan pembawaan kata-katanya. Sayangnya, Rina gagal menciptakan kisah seperti itu dalam novel ini.

Yang ingin mencoba karya penulis, saya menyarankan untuk membaca Lullaby terlebih dahulu.

2/5

Friday, 1 February 2013

Pengakuan Seorang Santa Pada Si X

Kalau kemarin saya menebak siapa Secret Santa saya, hari ini saya harus mengaku kepada X saya.

Sebelum saya menyebutkan nama si "X", saya mau cerita panjang lebar dulu. Biar post-nya nggak pendek, hehe...

Jadi, begini. Waktu saya mau bikin riddle, saya bingung. Apa saya kasih kode-kode yang harus diterjemahkan atau teka-teki? Lalu saya minta pendapat adik saya, dia bilang kode-kode sih jelek. Adik saya itu mencari di internet cara membuat riddle keren untuk nama saya. Dia menunjukkan satu kalimat di salah satu riddle yang menurut saya bagus. Kalimat itu adalah : "It's mine but other use it more often."

Satu hal yang saya ingat mengenai nama "Sabrina", itu ada hubungannya dengan model baju. Salah satu jenis baju yang saya merasa geli-geli kalau memakainya. Soalnya terlalu terbuka gitu dan saya itu lebih suka pakai celana pendek dan kaos doang. Saya pikir cocok juga dengan kalimat riddle dari internet itu. Saya jarang pakai baju model itu, sementara banyak orang mengenakan baju itu terutama di pesta perkawinan. Tapi "Sabrina" itu juga nama saya (it's mine).

Setelah saya tanya ke adik saya yang satu lagi yang kebetulan belajar fashion design, dia bilang "Sabrina" itu bukan model baju tapi jenis kerah. Jadi, saya googling. Ternyata betul. Sabrina adalah jenis kerah dan bahasa inggris kerah adalah "neckline".


sabrina or bateau neckline

Lalu saya bingung lagi. Bagaimana menggabungkan fakta-fakta di atas menjadi sebuah teka-teki yang bagus? Dan diputuskan akhirnya untuk membuat riddle yang sederhana saja. Saya bikin kalimat-kalimat kacau yang nggak masuk akal untuk mengalihkan orang dari jawaban yang sesungguhnya. Jadi, cara menebak riddle saya hanyalah dengan memperhatikan 7 huruf berbeda di dalam kalimat pengalih perhatian itu.

(Panjang amat cerita bikin riddlenya =.=)

Saya membuat huruf yang berbeda itu semencolok mungkin biar X saya bisa menebaknya dengan mudah. Tapi ternyata X saya tertipu juga. Aduh, beneran maaf kalau riddle-nya terlalu susah hahaha...

Jadi, X saya itu adalah...

Maria/Hobby Buku 

Saya memberikan dua buku, yaitu Charlie Bone and The Blue Boa by Jenny Nimmo dan Memoirs of Geisha by Arthur Golden. Kebetulan saya baru baca yang pertama doang, sementara yang kedua saya cuma pernah nonton filmnya. 

Sekarang saya membahas soal riddlenya. 

the riddle

Ada tiga cara untuk memecahkan riddle itu. Semuanya akan menunjuk ke jawaban yang sama.

1. Perhatikan baris ketujuh: "What I want is only a neckline". Kalau pergi ke wikipedia dan membaca soal neckline, pasti akan ketemu nama saya :D

2. Perhatikan dengan teliti. Cari tujuh huruf yang ditulis berbeda. 
Baris pertama: Semuanya ditulis dengan huruf kecil, kecuali "S"
Baris kedua: Semua huruf "a" yang saya tulis selalu bulat---> "a", tidak pernah seperti alfabet komputer "a" pada kata "paying"
Baris ketiga: Semua huruf di baris itu bersih tanpa kesalahan kecuali "b" yang ditipp-ex (maksa, hihi...)
Baris keempat: Ada huruf kapital "R" di tengah kata "incReasing"
Baris kelima: Ada huruf kapital "I" di tengah kata "fashIon"
Baris keenam: Ada huruf kapital "N" di tengah kata "aiN't"
Baris ketujuh: Sama seperti baris kedua
Gabungkan ketujuh huruf dan jadilah nama saya.

3. Perhatikan baris kedelapan: "One, two, three, four, five, six, seven." Itu mengarah pada urutan huruf di tujuh baris sebelumnya. Khusus untuk kata "One", saya pakai huruf kapital karena merupakan awal nama dan juga mengarah ke huruf "S", satu-satunya huruf kapital di tujuh baris puisi amatir di awal.

Something that woman likes 
paying high for her clothes
ebbing all her money
incReasing her looks and beauty
fashIon does rule the world 
but,aiN't that what I mean
what I want is only a neckline

Kata apa itu? *pura-pura bloon dan ditendang

Yah, itu cerita mengenai pengakuan Secret Santa yang cupu ini. Teehee...

I'm glad you like the books, Maria. I'm happy to be your Secret Santa and sorry for the complicated riddle, hehehehe... :P