Saturday 13 October 2018

The Siren


Judul : The Siren
Penulis : Kiera Cass
Tebal : 327 halaman
Penerbit : Harper Collins

Kahlen became a Siren after her family died in a terrible shipwreck, decades ago. And though a single word from her can kill, she can’t resist spending her days on land, watching ordinary people and longing for the day when she will be able to speak and laugh and live freely among them again.

Kahlen is resigned to finishing her sentence in solitude…until she meets Akinli. Handsome, caring, and kind, Akinli is everything Kahlen ever dreamed of. And though she can’t talk to him, they soon forge a connection neither of them can deny… and Kahlen doesn’t want to.

Falling in love with a human breaks all of the Ocean’s rules, and if the Ocean discovers Kahlen’s feelings, she’ll be forced to leave Akinli for good. But for the first time in a lifetime of following the rules, Kahlen is determined to follow her heart.


Review:
Sudah lama saya tidak membaca karya Kiera Cass. Ternyata saya masih suka dengan gaya penceritaannya yang mengalir lancar dan enak dibaca. Saya melahap buku ini cepat sekali. Ringan, menghibur, dan cukup bikin penasaran.

Kahlen menjadi Siren setelah kecelakaan kapal yang menenggelamkan seluruh keluarganya. Selama puluhan tahun, ia bekerja kepada laut dengan penuh kesetiaan hingga dia menjadi Siren kesayangan.

Sampai suatu hari, ia bertemu dan jatuh cinta pada Akinli, seorang pemuda ceria dan baik hati yang dikenalnya di kampus. Ia mulai mempertanyakan kehidupan dan kontrak kerjanya sebagai Siren. Ia juga mulai merasa ingin memiliki kehidupan yang berbeda.

Buku ini hanya kisah cinta biasa. Tapi bukan itu yang menarik buat saya. Bagian paling kuat dari cerita ini adalah bagian perkenalan. Saya suka interaksi antara Kahlen dan si laut yang dipanggil Mother. Saya juga suka saudara-saudara sesama Siren yang dimiliki Kahlen. Hidup mereka menarik sekalipun sepi. Karena manusia manapun yang mendengar suara mereka akan mati. Selain itu, mereka juga imortal.

Jujur saja, saya cukup suka dengan konflik cinta terlarang seperti ini. Memang, proses jatuh cinta antara Kahlen dan Akinli terlalu cepat. Tapi, namanya juga cerita soal cinta sejati. Ya, sudahlah. Apalagi buku ini tipis. Tidak mungkin memperpanjang kisah cinta yang jelas-jelas sudah doomed kayak gitu.

Sejak awal, saya memperkirakan ada tiga ending untuk buku ini. Yang pertama, endingnya bahagia di mana Kahlen bisa bersama Akinli walaupun tetap bisu. Tapi karena Kahlen imortal, dia harus meninggalkan Akinli di akhir dan hanya menengok laki-laki itu setiap beberapa bulan dari kejauhan. Yang kedua, endingnya tragis. Mereka tidak bisa bersama karena laut tidak menyetujui mereka dan lalu Akinli terbunuh atau apalah sebagai konsekuensinya. Yang ketiga, Kahlen menyelesaikan kontrak kerjanya sebagai Siren sebelum akhirnya bisa bersama dengan Akinli sekalipun Akinli-nya sudah jauh lebih tua.

Tentu saja ceritanya tidak sesuai dengan apa yang saya perkirakan. Menurut saya, nuansanya cukup sendu dan endingnya bikin saya merasa kehilangan. Tapi bagian soal penyakit itu agak bikin saya mengernyit sedikit. Terlalu dipaksakan.

Yah, lumayan. Cuma kurang cetar sedihnya...

3/5

No comments:

Post a Comment