Tuesday 15 May 2018

See You at Harry's


Judul : See You at Harry's
Penulis : Jo Knowles
Tebal : 320 halaman
Penerbit : Candlewick Press

Twelve-year-old Fern feels invisible. It seems as though everyone in her family has better things to do than pay attention to her: Mom (when she’s not meditating) helps Dad run the family restaurant; Sarah is taking a gap year after high school; and Holden pretends that Mom and Dad and everyone else doesn’t know he’s gay, even as he fends off bullies at school. Then there’s Charlie: three years old, a "surprise" baby, the center of everyone’s world. He’s devoted to Fern, but he’s annoying, too, always getting his way, always dirty, always commanding attention. If it wasn’t for Ran, Fern’s calm and positive best friend, there’d be nowhere to turn. Ran’s mantra, "All will be well," is soothing in a way that nothing else seems to be. And when Ran says it, Fern can almost believe it’s true. But then tragedy strikes- and Fern feels not only more alone than ever, but also responsible for the accident that has wrenched her family apart. All will not be well. Or at least all will never be the same.


Review:
Jujur, saya tidak sadar kalau buku ini adalah untuk remaja yang masih sangat muda sekali. Tokoh utamanya berumur dua belas tahun dan saya agak merasa tokohnya terlalu muda untuk bacaan saya. Saya suka sih buku anak-anak. Tapi entah kenapa saya tidak cocok dengan narator di buku ini. Terlalu kekanak-kanakan dan nggak penting.

Buku ini bercerita tentang keluarga. Sang ayah memiliki restoran es krim yang diwariskannya dari sang kakek. Anak-anak di keluarga ini ada empat orang. Si tokoh utama yang bernama Fern adalah anak ketiga. Dia selalu merasa invisible. Memang sih. Kalau dibandingkan saudara-saudaranya yang lain, Fern ini agak membosankan. Sarah si sulung merupakan cewek kuat yang bicara sesukanya. Holden si anak kedua adalah gay dan selalu di-bully di sekolah. Charlie si bungsu masih bayi dan polos. Dia ini kelihatannya paling sayang sama Fern dibanding kakak-kakaknya yang lain.

Sekarang, masalahnya apa? Fern tidak suka dengan cara ayahnya menyewa kameramen untuk mensyuting seluruh keluarga demi iklan restoran es krimnya. Dia malu di hadapan teman-temannya. Iya, saya tahu itu wajar. Anak seumur begitu pasti labil dan sangat peduli sama reputasi di sekolah. Tapi entah kenapa saya merasa Fern terlalu suka mengeluh. 

Lalu ada tragedi terjadi. Saya tidak menyangka sih itu. Nah, plot baru terlihat menarik setelah itu. Fern dan keluarganya harus berhadapan dengan duka serta rasa bersalah masing-masing. Nuansa sedihnya tidak terlalu kental sampai bikin depresi. Mungkin karena targetnya bukan untuk pembaca dewasa. Selain itu, saya agak menyayangkan endingnya yang terlalu cepat dan mudah.  

Buku ini tidak jelek. Saya hanya susah dibuat terpukau dengan genre contemporary

3/5

No comments:

Post a Comment